Chapter 12

10.2K 1K 20
                                    

Satu-satunya mobil Audi membelah jalanan dengan kecepatan tinggi. Sean yang mengemudikan mobil tersebut terus saja menoleh dengan raut wajah khawatir ke arah seorang wanita yang masih menahan sesak dengan wajah yang sangat pucat.

Fokusnya benar-benar terbagi dua akibat keadaan Lilian yang semakin parah pasca sarapan mereka.

Sean tidak menyangka bahwa kegiatan sarapannya untuk pertama kali bersama Lilian sejak wanita itu mengetahui kedok busuk dirinya dan Leo akan berakhir seperti ini.

Kala itu semuanya berjalan seperti biasa, acapkali Sean melontarkan kata pedas disela-sela makan dan Lilian meresponnya dengan balasan yang pedas pula.

Hingga di saat Lilian meneguk jus buah yang disediakan oleh pelayan sesuatu yang aneh pun terjadi, nafas Lilian yang tadinya normal malah terputus-putus selayaknya wanita itu  tengah berada di sebuah ruangan tanpa oksigen--- ditambah tubuhnya yang semakin lama semakin pucat.

Bisa dibayangkan begitu kacaunya situasi yang tengah Sean hadapi, di saat dia harus menjaga agar Lilian tersadar dan tidak terbawa begitu dalam oleh efek yang ditimbulkan  racun yang masuk, dia sekaligus juga  harus mencari tau racun tipe apa yang dicampurkan dalam minuman Lilian.

Hingga setelah memeriksa minuman jus tersebut yang sudah berubah warna menjadi pekat dengan aroma yang menusuk, barulah dia mengetahui jenis racun apa yang tercampur dalam minuman Lilian.

Artodoxs Beta, racun yang baru-baru ini diteliti di Amerika Serikat.

Walaupun masih dalam penelitian, racun yang sering disebut AB sebagai singkatannya terbilang cukup populer di pasar gelap dunia maupun dark web sekalipun karena keampuhannya menyebabkan sang korban tersiksa secara perlahan sampai maut memisahkan raga.

Sialannya, jangka waktu yang dibutuhkan racun ini untuk menyebabkan kematian hanya berjarak 45 menit.

Dalam waktu yang terbilang singkat tersebut tentu saja dengan menunggu dokter ahli datang ke mansion Leo bukanlah pilihan yang tepat karena jarak antara kota dan letak mansion yang jauh hingga membutuhkan waktu satu jam lebih.

Lain halnya jika Sean membawa Lilian ke rumah sakit terdekat, jarak antara kediaman Leo hanya menempuh waktu perjalanan kurang lebih 20 menit jika dia melajukan mobil dalam kecepatan tinggi.

Jadi sudah dapat tertebak bukan pilihan apa yang dipilih oleh Sean sekarang?

"Jangan tidur, Bego!" ingat Sean dengan suara keras saat pandangannya tidak sengaja melihat Lilian hampir memejamkan mata.

Lilian yang hampir menutup mata pada akhirnya kembali mempertahankan kesadarannya. Wanita itu meringis dikala denyut jantungnya perlahan melemah.

"Gue... gu... gue bakalan mati?" tanya Lilian dengan suaranya yang sangat serak.

"Shit! Jangan bahas kematian lo sama gue sekarang." Sean menekan pedal gas, lebih menaikkan kecepatan laju mobilnya, "Gue gak terima lo mati di tangan orang lain, lo seharusnya mati di tangan gue, Sialan!"

Setelah berkata demikian, tepat pula di saat mobil memasuki kawasan rumah sakit. Sean buru-buru keluar dari mobilnya, meneriaki para tenaga kesehatan yang ada sekaligus membuka pintu mobil penumpang yang di sana tampak Lilian yang semakin tersenggal dengan pasokan nafas yang semakin menipis.

Salah satu tenaga kesehatan yang ada di sana datang menghampiri mereka berdua.

Hingga di saat tenaga kesehatan tersebut melihat Lilian, dia begitu terkejut karena mengetahui siapa wanita yang tengah terduduk lemah dalam kondisi pucat pasi dan nafas sesak.

"Oh Tuhan, kak Lilian?!"

Sean yang mendengar nama Lilian yang dipanggil lantas tentu saja terkejut.

Bagaimana tidak, tenaga kesehatan yang menghampiri Lilian tidak lain adalah Kritaka, salah satu keturunan Emanuel dan juga adik kandung dari Lilian sendiri.

Shit!

"Kak Lilian kenapa bisa kayak gini?" tanya Kritaka yang kini menepuk pundak dan kedua belah pipi Lilian berulang kali di saat Lilian telah hilang kesadaran karena tidak tahan akan sakit yang dideritanya.

"Artodoxs Beta, dia keracunan Artadoxs Beta."

Kritaka menoleh dan ketika itu pula pandangan mereka bertabrakan satu sama lain.

Gadis itu mengeryitkan dahi, "Artodoxs Beta?" tanyanya sembari berpikir. Hingga setelah beberapa detik kemudian Kritaka membelakkan matanya kaget saat menyadari racun apa yang masuk dan tengah menyebar dalam tubuh Lilian.

"Artadoxs Beta?!" teriaknya tidak percaya.

Tepat saat itu pula tenaga medis telah siap dengan brankar dorong dan mulai meletakkan tubuh Lilian yang tidak sadarkan diri di sana. Kritaka ikut membantu memeriksa keadaan Lilian yang terbilang cukup parah bagi orang yang tengah keracunan.

Tubuh Lilian hampir memerah sempurna dengan lebam biru di mana-mana, tidak hanya itu nafas wanita itu pula sangat tipis terasa.

Brankar didorong dengan cepat memasuki gedung rumah sakit diikuti dengan Sean yang ikut masuk ke dalam.

Sean terus saja mengatakan kata makian beberapa kali dan sempat memarahi petugas medis termasuk Kritaka karena melihat kondisi Lilian yang semakin lemah tidak berdaya---Tanpa menyadari seseorang pria juga ikut bersama mereka, tersenyum manis--- selayaknya tengah menikmati sejauh mana rasa sakit yang diderita Lilian.

"You shouldn't forget after this, Kath."

Pria asing itu memundurkan langkahnya dikala tubuh Lilian sudah masuk ke dalam ruang UGD untuk ditangani lebih lanjut oleh medis.

Dia tentu saja tidak ingin Sean mengetahui keberadaannya, apalagi jarak mereka terbilang agak dekat sekarang.

Hah, setidaknya dia cukup puas mengamati Lilian hari ini. Jadi sepertinya dia tidak perlu berada di sini lebih jauh lebih lama lagi.

Maka dari itu tanpa beban apapun pria asing tersebut  keluar dari gedung rumah sakit, meninggalkan Lilian yang tengah berjuang melawan maut setelah dia racuni sebelumnya.

TBC

New character unlock

New character unlock

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
TrappedWhere stories live. Discover now