🍙06.00🍙

68 15 0
                                    

"mungkin aku masih sama, tapi perasaan itu sudah berbeda. Nyatanya kamu yang mengubah perasaanku menjadi benci."

BUMI MANUSIA 🌍
_____________________



HAPPY READING
.
.
.
.
.
.

Hari ini, tangal 05 September, adalah hari dimana kehidupan Claudia Ariana lourien Abraham berubah 180%.

Riana kini tengah dirias, kebaya putih dengan sanggul dan tetek bengek segala aksesorisnya. Riana dibangunkan sejak pukul 03 pagi, padahal tadi malam dia baru kembali ke rumah sekita pukul 10, entah ngelayap kemana saja anak itu.

Wajah yang iya tampilkan tak menunjukkan ekspresi bahagia atau sedih, datar dengan pandangan kosong. Sang penata rias aja sampai terheran heran.

Ceklek

"Riana?" Seorang perempuan dengan kebaya yang lebih simpel dari Riana berwarna ungu. Memandang Riana dari arah cermin rias.

"Lo kesini? Udah izin?" Tanya Riana dari balik punggungnya.

"Udah lah, gue izin 2 hari, ya kali pas pernikahan kak odi aku gak Dateng, nanti aku dicap adik durhaka sama kak clau." Oh rupanya dia gladis, adik almarhumah Claudia. Jarak umur mereka terpaut 2 tahun, yang artinya, sekarang gladis baru kelas satu SMA.

"Hha iya, makasih ya dis udah mau nemenin Kaka, Kaka kamu pasti bangga punya adik kaya kamu." Riana tersenyum dari balik punggungnya.

"Pasti itu mah, orang gladis limited edition kok." Riana tergelak mendengar pengakuan adik sahabatnya ini, meski bukan adik kandung. Riana sudah memperlakukan gladis seperti adik sendiri, bahkan rasa sayangnya lebih besar.

"Oh ya katanya bang Rama udah pulang yah?" Riana menegakkan badannya, menoleh sebentar lalu mengangguk, mengakibatkan tusuk konde miliknya bergemerincing karena pergerakan dikepala.

"Aku jadi kasian sama bang Rama, kemaren dia kerumah minta maaf. Katanya gk nepatin janjinya buat selalu ada disisi kalian, dan bunda Ningsih nangis histeris lagi." Gladis berujar lesu. Riana nampak terkejut, jadi sepulang pertemuan tadi malam, Rama menemui bunda Ningsih?? Untuk apa coba!? Rama bodoh banget!!

Gladis tinggal dipanti asuhan bersama Claudia, pengasuh mereka bernama bunda Ningsih, dan mama mereka tau sendiri, kabur dengan brondong bukan? Ih seleranya yang lebih muda ck ck.

"Bang Rama gak salah kan kak? Ini semua takdir, termasuk meninggalkannya kak Claudia." Monolog gladis.

Riana hanya diam membisu, dirinya tak tau harus bagaimana, semuanya sudah terlambat, andai Riana mau lebih mengerti keadaan Claudia saat itu, andai dia tak membiarkan Claudia saat dia bilang 'aku baik baik aja, kami gak udah kawatir'. Damn it!

"Ehem beb, ini makeup nya udah selesai yah, jangan dirusak lagi, jangan macem-macem pokoknya!! Ekeu capek cin!!" Peringat sang penata rias, memang gayanya sedikit kemayu.

"Iya mas, makasih yah." Riana tersenyum dan memandangi lagi dirinya dicermin.

Tak lama kemudian, seorang pagar ayu datang, memintaku untuk turun menuju tempat ijab Kabul. Disebelah kananku ada gladis, dan disebelah kiri ku adalah sang pagar ayu.

PEREMPUAN MERAH JAMBUOnde as histórias ganham vida. Descobre agora