🍙07.00🍙

68 14 0
                                    

"apa ini cara Tuhan mempersatukan kita? Jika iya, maka aku memilih tak bersatu dengan sialan sepertimu!"

BUMI MANUSIA 🌍
_____________________

HAPPY READING
.
.
.
.
.
.

Jam menunjukkan pukul 19 malam, acara pernikahan kecil kecilan yang bisa dibilang tidak kecil telah selesai. Tamu memang tidak banyak, tidak banyak saja sudah menghabiskan berapa ratus juta huh?😧

Riana tengah duduk diantara bangku tamu yang disediakan, kalinya pegal-pegal, 5 kali ganti gaun dan kebaya, berfoto-foto seharian, melakukan pernikahan dengan upacara adat sungguh lebih menguras tenaga, belum lagi menyalami semua tamu undangan, meski hanya kerabat dekat, tetap saja!! Kerabat Abraham dan Wijaya tidak sedikit!!

'gila, satu hari serasa jadi kuli' Gumam Riana. Rasanya ingin mengeluh, tapi kepada siapa?

"Odi!!" Itu...ah nenek Mira.

"Amma mau pamit, mau kerumah sakit." Nenek Mira sudah berada didepan Riana, masih dengan kursi roda yang iya kenakan.

"Loh, kok gak nginep sih ama? Disini aja jadi teman tidur odi malam ini." Pinta Riana.

"Eh dak bisa gitu dong, amma kan harus pulang, dan rumah sakit rumah kedua amma. Lagian kamu udah punya teman tidur masih ingin amma temani." Ledek nenek Mira dengan senyum menggoda.

"Amma! yaudah deh, amma jaga kesehatan trus yah. Odi bakal sering sering main ke rumah kedua amma." Pasrah Riana, padahal dia masih kangen dengan nenek Mira, satu Minggu dikurung!! Yah meski ngelanggar sih tadi malam wkwk😧

"Yaudah kamu baik-baik yah, besok kamu udah pindah dirumah kami, jadi puasin malam terkhir disini yah." Ujar nenek Mira.

Ya konsekuensi menikah dengan anggota keluarga Wijaya, harus rela tinggal dan menghabiskan sisa waktu hidupnya disana.

"Oh yah cepat cepat kasih amma cicit yah." Setelah membisikkan sesuatu, nenek Mira dibantu asistennya pergi meninggalkan Riana yang mematung ditempatnya.

"Odi!!" Akh apa lagi ini.

"Mama mau pamit pulang yah." Lanjut Maria, Riana mengangguk.

Maria mendekat, membisikkan sesuatu. Mata Riana terbelalak. Lalu Maria memberikan botol, entah isinya apa. Dan Riana terlihat salah tingkah.

"Semangat mantunya mama." Maria pergi meninggalkan ruang tengah kediaman Abraham.

Pipi Riana bersemu merah, mama mertuanya memang ada-ada saja, tapi Riana bersyukur memiliki mertua seperti Maria, amit-amit saja jika mertuanya tipe orang yang menindas dan nyinyir, Riana jadi bergidik ngeri sendiri.


o0o

Pukul 21 malam Riana masuk kamarnya, ralat lebih tepatnya kamar tamu yang disulap menjadi kamar pengantin, karena dia tidak mau kamar pribadinya diinjak oleh orang asing, bahkan hanya ada 2 pria yang pernah masuk kamar itu, penuh kenangan. Riana sebenarnya risih. Yang benar saja, dikasur banyak sekali kelopak mawar, dilantai penuh kelopak mawar, dinakas berjejer lilin-lilin beraroma, jendela yang dihiasi pita-pita di pinggiran kusennya, kepala ranjang yang diberi rangkaian bunga warna-warni. Jangan lupakan tulisan besar diatasnya.

PEREMPUAN MERAH JAMBUWhere stories live. Discover now