🍡Gula gula dunia, siapa tidak suka?
Manis hingga membuat terlena
Walaupun diselingi dengan berbagai tawa dan duka.
Semua bisa dinikmati sejak dalam buaian hingga sampai liang lahat.
Agar kita mengerti cara untuk menikmati setiap hari. Menjadi leb...
Kamu sering berkata, apa kabarmu hari ini? Sekadar bertanya kabar di setiap pagi tidak pernah absen kamu lakukan. Awalnya mungkin hanya basa basi, terkadang juga sampai di hati walaupun kini aku sadari hanya sapaan belaka yang tidak memiliki makna lagi.
Berawal dari segenap perhatian, kamu datang mengetuk pintu sendu. Seolah berkata bahwa kamu akan menemani setiap pilu dan tawa setiap hatinya. Katamu, tak apa jika aku berbagi keluh kesah bersama. Setidaknya aku memiliki teman untuk melalui setiap derita.
Nyatanya dengan perlahan aku pun semakin melekat erat padamu. Perhatian, bujuk rayu hingga senyum mengetuk pintu rindu. Saat tidak ada, terasa sekali rasa yang tidak sempurna. Ada yang hilang dan seolah berjelaga. Aku resah menantikan setiap pertanyaan kabar yang akan kamu tanyakan.
Pergantian senja hingga fajar semakin bergulir menyisakan sebuah jarak nyata. Dahulu kita dekat dengan erat namun, sekarang hanya ada sekat yang lekat. Hilang melebur dan kabur tanpa bisa aku ukur. Hingga suatu pertanyaan aku lontarkan sendiri, apa kabarku hari ini?
Jelas aku tidak akan utuh kembali.
Kabar yang seolah mengabur melesap perlahan. Meninggalkan aku yang hanya berbalut angan. Aku bosan dengan nyaman dan senyuman yang seolah tidak pernah hilang. Terus menerus menarik hingga aku tidak kuasa untuk mengelak. Cukupkanlah semua derita–seharusnya. Agar aku bisa kembali tabah yang semakin nyata.
Oleh karena itu, aku sadar, setiap diri akan singgah pada suatu tempat namun, terkadang tidak sungguh untuk waktu yang lama. Tidak perlu berharap terlalu dalam agar rasa sakit tidak semakin terasa mencekam. Hati-hati perihal hati, karena salah letak akan berakibat pada hati yang retak.
Lalu, aku bisa berkata padamu lain waktu jika kita bersua untuk sekian kalinya. Apa kabar hatimu? Masihkah utuh untukku atau sudah tak berwujud penuh peluh? Kali ini biarkan kita jalani semua dengan perasaan tanpa ikatan yang menyiksa. Berusaha mencukupkan segala perhatian dan ego yang akan membuat candu agar tidak menjadi semu. Aku seorang wanita yang mungkin mudah menaruh rasa. Walaupun kamu juga seorang pria yang mudah menebar pesona. Sesungguhnya kita impas, bisa saling melengkapi walaupun kadang bisa saling menyakiti.
Aku pun jadi tersadar untuk menaruh hati selayaknya pada pemberi hati. Hanya Tuhan Ilahi Rabbi yang selalu mengerti walaupun kadang kita selalu menjauhkan diri. Sejauh apapun pertanyaan kabar tentang hati seseorang, akan berujung pada kepandaian diri yang bisa peka meraba kondisi.