🍡Gula gula dunia, siapa tidak suka?
Manis hingga membuat terlena
Walaupun diselingi dengan berbagai tawa dan duka.
Semua bisa dinikmati sejak dalam buaian hingga sampai liang lahat.
Agar kita mengerti cara untuk menikmati setiap hari. Menjadi leb...
Kamu tahu, rembulan malam ini melengkungkan senyum peraknya. Kerlip bintang seolah menambah kebisingan pada perhelatan malam. Ditambah lagi dengan embusan angin menyelinap perlahan dalam pucuk-pucuk rindu yang kamu semai. Sederhana tanyaku, kamu apa kabar?
Sudah beberapa lama kita tidak bertegur sapa. Bukan perihal jarak lagi, namun lebih kepada rasa yang sudah tidak sama. Hambar dan seolah tidak berselera. Dipendam sesak, diungkapkan merusak. Bagai bebintang yang perlahan hilang ditelan awal mula fajar. Hanya tersisa langit kelam dengan gigil rindu yang mencekam. Sederhana tanyaku. Itulah kita, bukan?
Memori tempo hari selalu menyisakan kesan tersendiri. Entah rasa tumbuh yang selalu membersamai, atau peluh karena rindu tidak jua jenuh. Padahal di dalam dada, terasa sekali saat ingin terasing dan menyendiri di tengah bising. Saat buta pada kenyataan yang ada. Ingin rasanya sendiri mencari, saling menata hati. Tak perlu lagi bersuara karena segalanya percuma. Hanya menambah sesak telinga. Lalu diri mulai sepi menjauh dan menepi.
Hingga aku dapati satu hal. Tentang diri yang akan terus bertahan apapun kondisinya. Tentang hati yang terluka dan sembuh seutuhnya. Tentang sandaran hidup sehatusnya yang menjadi landasan utama. Aku paham benar bahwa dunia adalah tempat di mana kesulitan-kesulitan itu ada. Malam ini aku bisa merasakan, bahkan saking seringnya melewati masalah dan segala hiruk pikuk. Perlahan aku bisa berpikir jika hidup ini selalu tampak mudah dan hanya tempat berkeluh kesah, sejatinya bukan hidup sebagai mana mestinya.
Aku seharusnya sadar. Tidak bisa memaksakan semua asa dalam cinta. Mungkin dengan belajar lapang hatiku akan terasa lebih senang. Belajar mengeja berbagai aksara takdir dalam kalimat sabar. Untaian doaku selalu semenjana itu. Semoga bisa terwujud seiring berjalannya waktu.
Tak mengapa jika perlahan diwujudkan satu per satu. Aku hanya perlu sekali lagi bertahan karena selalu saja ada harapan dalam setiap angan. Aku pun tahu, sesungguhnya tak ada satupun di dunia ini benar-benar milikmu. Bahkan diriku pun akan dikembalikan. Kembali, sendirian hanya berkalang bentala tanah pekuburan. Kita hanya menunggu giliran. Sesederhana itu kan seharusnya, Tuan?
Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.
