11. Pregnant

543 69 19
                                    

Singto dan Krist telah sampai dirumah sakit dan menunggu panggilan di depan ruangan obgyn. Krist merasa sangat cemas, diumurnya yang baru 18 tahun bulan oktober kemarin, ia harus mengandung seorang bayi. Krist tidak tau apakah ia bisa menjaganya dengan baik atau tidak, bisa menjadi orang tua yang bisa menjadi panutan atau tidak.

Singto yang mengetahui wajah Krist semakin terlihat pucat dan gugup pun langsung mengalungkan tangannya dipundak Krist, ia memberikan dukungan sosial untuk kekasihnya itu.

"Semua akan baik-baik saja sayang, jangan gelisah."

Krist hanya mengangguk namun ia masih memiliki banyak pikiran dalam benaknya. Krist tidak meragukan Singto, ia tau kekasihnya itu akan bertanggung jawab tapi Krist ragu pada dirinya sendiri.

"Khun Krist silahkan masuk." Ucap salah satu suster.

Singto berdiri dan mengulurkan tangannya untuk digenggam oleh Krist, namun Krist masih terdiam dengan pikiran yang bergemuruh.

"Sayang?"

Tidak ada jawaban.

"Sayang?"

Tidak ada jawaban lagi.

"Krist!" Ucap Singto dengan menaikkan nada suaranya.

Krist sontak terkejut dengan Singto yang berteriak padanya. "Iya Phi."

"Kau sedang memikirkan apa? Suster sudah memanggil namamu."

Krist langsung melihat kearah suster berdiri, ia segera bangkit dari duduknya dan menggenggam tangan Singto untuk masuk kedalam ruangan.

"Selamat Siang, silahkan duduk." Ujar dokter dengan ramah. "Jadi anda Khun Singto yang dirujuk kesini oleh dokter Jiran? Ada masalah apa Khun?" Lanjutnya.

"Tidak bukan saya, tapi kekasih saya."

"Oh baik, dimana kekasih anda?" Tanya dokter dengan menatap kearah pintu.

"Ini kekasih saya. Dia pria tapi dia memiliki rahim."

Dokter pun mengangguk menandakan ia mengerti. "Baik, kasus seperti ini memang langkah, anda benar-benar istimewa Khun. Mari ikut saya."

Singto mengajak Krist untuk mengikuti dokter hingga ke ruang pemeriksaan USG. Krist meremat ujung bajunya dan menggenggam erat tangan Singto.

"Tidak apa-apa sayang, tenanglah." Ucap Singto menenangkan.

"Silahkan baringkan tubuh anda di ranjang, kita akan mulai pemeriksaannya."

Krist pun berbaring diranjang, tangannya tidak mau lepas dari genggaman Singto, entah tapi Krist merasa sedikit tenang dengan melakukan itu. Sedangkan dokter menyiapkan alatnya yang akan digunakan.

"Maaf saya buka sedikit ya."

Dokter menyingkap baju Krist hingga terlihat bagian perutnya yang masih rata. Dokter memberikan gel pada perut Krist dan mengoleskannya, bisa Krist rasakan perutnya saat ini terasa dingin.

Dokter menempelkan sebuah alat yang terhubung pada monitornya ke perut Krist. Ia menggerak-gerakkan alat itu hingga menemukan titik yang dicarinya.

"Bisa saya lihat disini bahwa anda memang sedang hamil, janinnya masih sangat kecil karena baru memasuki minggu ke-2." Jelas dokter.

Krist tidak bereaksi, ia masih bingung harus bagaimana, bukannya Krist tidak senang mengandung buah cintanya dengan Singto, tapi ia masih takut. Sedangkan Singto tersenyum menatap layar monitor, pemikirannya tentang anak dalam sekejap berubah ketika melihat janinnya yang terlihat sangat kecil itu.

"Tapi kehamilan pada pria itu sangat rentan daripada wanita dan resiko yang dihadapi pun akan lebih tinggi. Anda harus benar-benar menjaga kondisi anda, pola makan anda dan juga jangan sampai stres karena itu akan berpengaruh pada janin. Saya akan memberi resep vitamin dan penguat kandungan untuk anda Khun." Lanjut dokter.

Same but Different [Singto X Krist]Onde histórias criam vida. Descubra agora