29. Sorry and Thank You

605 68 14
                                    

Singto berdiri menghampiri dokter yang baru selesai melakukan pemeriksaan pada kekasihnya itu. Dokter menyampaikan bahwa kondisi Krist baik-baik saja karena tertangani dengan cepat, jika terlambat mungkin sesuatu yang buruk akan terjadi padanya.

"Sebaiknya anda menjaganya lebih baik karena usia kehamilannya masih sangat muda, sehingga rentan terjadi sesuatu pada janin dalam kandungannya." Jelas dokter.

Mata Singto membelalak saat mendengar penjelasan dokter dihadapanya. Hamil? Bagaimana mungkin Krist bisa hamil padahal dokternya dulu telah mendiagnosis Krist tidak dapat mengandung lagi.

"Terlebih lagi cedera dalam rahimnya membuat kandungannya semakin lemah, jika pasien mengalami benturan lagi ataupun stres bisa jadi janin dalam kandungannya tidak akan tertolong." Tambah dokter.

"T-tunggu dok, maksudnya Krist hamil?" Tanya Singto dengan ekspresi yang menyiratkan kebingungan.

"Iya Khun, pasien sedang mengandung, usianya sekitar 3 minggu."

"Terima kasih dok."

Singto masuk ke ruang IGD dan melihat Krist yang masih tidak sadarkan diri. Ia mengusap wajahnya kasar, tidak tau harus bereaksi apa pada kabar yang baru saja diterimanya. Apa ia harus bahagia atau sedih? Semua ini salahnya, harusnya ia lebih hati-hati jika melakukan 'itu' bersama Krist.

"Sial, kenapa aku ceroboh sekali." Gumam Singto sambil menatap wajah teduh milik pria kesayangannya.

Setelah beberapa jam, Krist terbangun dan merasakan perutnya masih sedikit nyeri. Ia melihat kesegala arah untuk memastikan keberadaannya. Ruangan dominan cat putih, tirai pembatas yang juga berwarna putih dan bau antiseptik yang kuat, membuatnya yakin bahwa ia sedang berada dirumah sakit.

Pintu ruang IGD terbuka menampilkan Singto dibaliknya. Krist mengangkat tubuhnya memaksa untuk bangun. Singto segera menghampirinya dan menahan Krist, menyuruh pria manis itu untuk berbaring kembali.

"Sebaiknya kamu istirahat saja. Aku sudah menghubungi Off untuk memberitahukannya kalau kamu menginap dirumahku agar dia tidak khawatir."

Krist hanya mengangguk patuh, lagipula kepalanya juga masih terasa pusing, ditambah perutnya masih terasa nyeri. Namun tiba-tiba pikirannya kembali ke pertengkarannya bersama dengan Fiat beberapa jam lalu. Apa Fiat baik-baik saja? Pasti tidak.

"Phi Sing, Fiat..."

"Kamu istirahat saja, tidak perlu memikirkan Fiat, besok aku akan menghukumnya."

"Tidak. Tolong jangan menghukumnya, Phi. Semua ini salahku, dia patah hati karena aku, wajar jika dia melakukan itu padaku."

"Tidak, tidak ada yang wajar. Jika kamu orang lain, aku tidak akan mempermasalahkannya dan aku akan memakluminya. Tapi tidak denganmu, kamu papanya, kamu yang mengandung dan melahirkannya, kamu bahkan mempertaruhkan hidupmu hanya untuknya. Harusnya dia berterima kasih padamu, bukan malah mencelakaimu."

"Aku mohon padamu, jangan memberinya hukuman. Dia pasti terluka karena kamu memukulnya tadi, itu sudah cukup memberikannya pelajaran. Tolong jangan menghukumnya lagi, yang dia percaya hanya dirimu, aku tidak ingin dia jadi jauh darimu. Jika kau menyakitinya juga, dia tidak akan bisa percaya orang lain lagi. Aku mohon, untuk kali ini dengarkan aku, Phi."

Singto menghela nafasnya, ia memikirkan semua yang dikatakan oleh Krist padanya sebelum akhirnya mengangguk untuk memberi tanda bahwa ia menyetujui permintaan kekasihnya itu.

"Sekarang, kamu istirahat saja yang cukup agar cepat pulih, oke?"

Singto mengusap surai rambut Krist dan menyibakkan anak rambut yang hampir mengenai matanya. Krist hanya mengangguk dan menuruti Singto karena kepalanya juga terasa berat, mungkin dengan istirahat ia akan merasa lebih baik.

Same but Different [Singto X Krist]Where stories live. Discover now