24. Deep Talk

459 77 29
                                    

"Bagaimana kau bisa kembali ke sini, Krist?" Tanya Singto dengan menyesap lattenya.

Krist menghela nafas beratnya sebelum memulai cerita. "Aku ingin membeli susu untuk Fiat di minimarket ujung jalan, waktu aku pulang, aku bertemu dengan Plustor. Seperti biasanya, Plustor selalu mengataiku dan aku tidak terima, aku memukulnya tapi dia lari, kemudian aku mengejarnya. Harusnya aku mendengarkan perkataan Phi Sing untuk tidak termakan dengan ucapan Plustor, karena dia adalah orang yang sangat licik. Dia menyewa 2 orang preman untuk memukuliku hingga aku pingsan. Waktu aku sadar, tidak ada seseorang pun disana, aku mencoba untuk bangun dan kembali pulang. Aku ingat, aku memencet bel kemudian aku pingsan, setelah itu aku sadar sudah berada dirumah sakit bersama dengan papa dan papi."

"Sial, lagi-lagi dia mengacaukan segalanya!" Singto memukul kuat sandaran sofa.

"Bukan dia yang salah, tapi aku. Harusnya aku tidak menanggapinya dan bergegas untuk pulang, tapi tidak, aku malah masuk jebakannya. Aku memang bodoh, dia pasti sedang tertawa puas saat ini."

"Krist, bukankah kamu sudah berjanji tidak akan menyalahkan dirimu sendiri? Semuanya itu sudah takdir, kamu tidak bisa merubahnya."

"Kenapa semua orang selalu membicarakan takdir? Aku sangat membencinya! Semua yang aku miliki direnggut olehnya, kekasihku, anakku, cintaku, semuanya. Tidak ada yang tersisa, hanya tinggal penyesalan tiada akhir." Mata Krist memerah, menahan sesuatu yang ingin meledak.

Singto memegang punggung Krist kemudian mengelusnya perlahan. "Aku tau ini berat untukmu, aku juga merasakan yang sama, Fiat juga merasakannya. Bedanya, aku merasakannya lebih dulu, luka yang sebenarnya tak pernah sembuh, tapi aku berusaha sebisa mungkin menjaga yang ada, yaitu Fiat. Aku selalu percaya kau bukan orang yang jahat, tidak mungkin kau dengan tega meninggalkanku dan anakmu ketika masih sangat kecil, aku tau kau punya alasan yang kuat untuk itu. Aku memang sedih, aku memang terpuruk, tapi aku bangkit dengan kepercayaanku padamu, aku yakin suatu saat kau akan kembali. Tidak peduli selama apapun kau pergi, aku akan tetap menunggumu."

"Apa aku sangat menyakiti Phi Singto?"

"Aku akan menceritakannya, tapi berjanjilah padaku, kau tidak akan sedih mendengarnya, kau tidak akan menangis lagi dan kau tidak akan menyalahkan dirimu sendiri atas semua yang terjadi. Kau setuju?"

Krist nampak berpikir sejenak sebelum akhirnya mengangguk. Ia mengubah duduknya menghadap ke Singto agar dapat mendengarkan dengan baik.

"Malam itu aku pulang sekitar jam 1 malam, aku pikir kau sudah tidur karena aku mengatakan padamu untuk tidak menungguku. Aku masuk rumah tiba-tiba mendengar suara tangisan Fiat yang sangat kencang, aku panik dan langsung masuk kamar. Aku melihat maid mencoba menenangkan Fiat tapi anak itu tidak mau diam, aku mencari keberadaanmu tapi tidak ada. Aku bertanya pada maid dimana dirimu, ternyata kau pergi membeli susu untuk Fiat tapi kau tak kunjung kembali hingga tengah malam. Aku jadi khawatir, waktu itu Pho juga tidak ada dirumah. Aku menyuruh maid lain untuk membelikan susu dan aku pergi mencarimu."

Singto diam sejenak, mengumpulkan semua kenangan buruknya untuk diceritakan kembali bukan hal yang mudah untuknya. Krist paham itu, ia menepuk pundak Singto untuk memberikannya ketenangan. Singto menatap Krist yang tersenyum padanya seakan memberikan asupan kekuatan untuknya.

"Aku berjalan menuju minimarket, dipinggir jalan aku menemukan tas belanjaan milikmu yang berisi susu Fiat dan juga beberapa barang lainnya tergeletak begitu saja. Aku semakin khawatir, pasti terjadi sesuatu denganmu. Aku mencari kemanapun kau tidak ada, aku mencari ke tempat-tempat yang biasanya kau kunjungi juga tidak ketemu, aku lapor polisi namun kerena data dirimu tidak ada dalam catatan kependudukan, polisi mengira aku berbohong. Aku sangat frustasi waktu itu, aku menyuruh orang untuk mencarimu, bahkan aku menyewa detektif swasta, tapi tidak ada yang bisa menemukanmu."

Same but Different [Singto X Krist]Where stories live. Discover now