19. Recovery

417 63 11
                                    

Hari terus berganti, kondisi Krist masih belum ada perubahan, masih terbaring lemah dengan beberapa alat yang menempel pada tubuhnya. Entah apa yang membuat pria manis itu tidak mau membuka matanya hingga berhari-hari, sepertinya ia tidak tau bahwa seseorang sedang menunggunya untuk pulih.

"Sampai kapan kamu akan tertidur, sayang? Apa kamu tidak merindukanku?"

Singto senantiasa menunggu Krist dirumah sakit, ia bahkan meminta cuti dari pekerjaannya hanya untuk merawat Krist, ia bahkan tidak tidur dengan nyenyak dan tidak makan dengan baik.

"Aku mohon bangun. Apa kamu tidak ingin melihat anak kita? Dia sudah lebih besar daripada awal keluar dari perutmu, tapi kata dokter dia masih harus berada di inkubator karena kondisi fisiknya masih rentan."

Setiap hari Singto melaporkan kondisi anaknya pada Krist meskipun tidak pernah mendapat respon dari sang empu. Singto yakin meskipun mata Krist tertutup tapi otaknya masih bisa menerima informasi, Krist pasti mendengar semua hal yang ia ceritakan.

"Sayang..."

Singto menangis, ia tidak mampu menahan rasa sedihnya lagi, ia rapuh, benar-benar rapuh. Sejak Krist dinyatakan koma, hidupnya berubah drastis. Jika setiap hari ia pulang disambut dengan senyuman manis, kini hanya sunyi yang menyapanya. Singto juga tidak menyangka bahwa peran Krist sangat besar dalam hidupnya, menjadi satu-satunya orang yang bisa memporak-porandakan kehidupannya.

Tiba-tiba suara alat ECG berbunyi dengan cepat membuat atensi Singto teralihkan, ia merasa ada yang tidak beres, Singto segera memencet tombol untuk memanggil dokter. Tak kunjung datang, Singto langsung keluar ruangan dan berteriak agar dokter mendatangi ruangan Krist dengan cepat.

"Dokter. Dokter. Suster." Teriak Singto.

"Ada apa Khun?"

"Tolong ke ruang ICU sekarang dok."

"Baiklah."

Dokter beserta dua orang suster bergegas ke ruang ICU untuk memeriksa keadaan Krist. Suster meminta Singto untuk menunggu diluar selagi Krist diperiksa agar tidak mengganggu konsentrasi dokter.

Singto sangat panik, ia takut terjadi sesuatu dengan Krist. Ia melihat dibalik kaca ruang ICU, dokter sedang menempelkan alat pacu jantung pada dada Krist. Apa kondisi Krist separah itu hingga dokter menggunakan alat itu? Perasaan Singto semakin tak karuan.

Beberapa menit kemudian dokter membuka pintu ruang ICU.

"Dok bagaimana keadaan Krist?"

"Khun Krist telah melewati masa Kritisnya, detak jantungnya sempat berhenti sejenak, tapi sekarang sudah kembali normal. Mungkin dalam beberapa jam kedepan pasien akan sadarkan diri."

"Terima kasih dok."

Singto masuk keruang ICU dengan senyum terpatri diwajah tampannya, ia sangat senang mendengar bahwa Krist akan sadarkan diri. Singto tidak sabar menunggu itu.

__________

Singto tertidur dengan kepala yang direbahkan pada ranjang Krist, ia benar-benar lelah karena beberapa hari terakhir tidak dapat tidur dengan nyenyak. Namun setelah mendapatkan kabar dari dokter, pikirannya sedikit lebih tenang sehingga ia bisa beristirahat dengan nyenyak.

Tiba-tiba Singto merasakan ada sebuah tangan yang mengelus rambutnya dengan lembut, perlahan ia membuka matanya.

"Krist?"

Singto sangat terkejut, Krist sadarkan diri. Ia segera memanggil dokter untuk memeriksa kondisi Krist. Hingga beberapa menit kemudian semua alat dilepaskan dari badan Krist.

Same but Different [Singto X Krist]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang