28. Broken

766 62 47
                                    

Krist berjalan masuk ke kantor Singto, niatnya adalah memberikan makan siang untuk pria yang lebih tua darinya itu. Setelah bergulat cukup lama dengan hati dan pikirannya, Krist sudah menemukan jawaban atas kebimbangannya. Ia memilih untuk mengikuti kata hatinya, yang berarti Krist akan memperbaiki hubungannya dengan Singto.

Saat ini Krist berada didepan ruangan Singto, mengumpulkan niat untuk mengetuk pintu dan masuk ruangan. Ia sedikit canggung karena sudah hampir satu bulan lebih tidak bertemu dengannya sejak pulang dari Maldives. Bukan tanpa alasan, Krist menghindari Singto untuk tujuan memantapkan hatinya bahwa ia benar-benar jatuh cinta pada pria yang seumuran dengan orang tuanya itu.

Tok.. tok..

Krist membuka pintu ruangan Singto, bisa ia lihat pria tampan itu sedang sibuk dengan berkas-berkas di mejanya, matanya tidak lepas dari laptop didepannya. Ketampanan Singto berkali-kali lipat jika dia sedang serius seperti ini.

"Taruh saja disitu." Perintah Singto tanpa melihat siapa yang ada didepannya.

"Memangnya kau tau aku membawa apa?"

Singto yang mendengar suara tak asing ditelinganya seketika mendongak, sedikit terkejut karena kehadiran seseorang yang membuatnya rindu bukan kepalang itu.

"Krist."

"Aku membawakanmu makanan, 10 menit lagi waktunya makan siang, 'kan?"

"Makan siang?"

Singto terkejut. Pasalnya tidak ada angin tidak ada hujan, pemuda manis itu tiba-tiba saja membawakannya makanan. Padahal beberapa hari yang lalu ia tidak ingin menemui Singto, bahkan langsung masuk ke kamar saat Singto datang ke rumahnya.

"Kalau kau tidak mau, aku akan memberikannya ke sekretarismu saja."

"Eh t-tidak, aku mau."

Krist tersenyum kemudian duduk didepan meja kerja Singto. "Selesaikan pekerjaanmu, setelah itu makan siang bersama."

"Aku sudah selesai."

"Sudah selesai? Bukannya tadi kau sedang serius mengerjakan sesuatu?" Krist mengernyitkan dahinya.

"Ayo makan." Seru Singto, mana bisa ia fokus untuk menyelesaikan pekerjaan saat orang yang dirindukannya ada didepannya.

Krist menatap aneh kemudian menghendikkan bahunya. Ia beralih duduk disofa dan menyiapkan makanan yang telah dibawanya diatas meja. Singto duduk disampingnya sambil memandangi wajah tampan nan manis yang selalu membuatnya jatuh cinta itu. Rasanya seperti deja vu, dulu Krist selalu membawakannya makan siang karena tidak ingin Singto makan makanan yang tidak sehat dari luar.

"Apa ada sesuatu diwajahku hingga kau melihatku seperti itu?"

"Kau cantik. Eum.. maksudku.. lupakan."

Krist hanya terkekeh kemudian melanjutkan menyiapkan makanannya. Setelah siap, Singto mengambil dan mencicipinya.

"Enak, seperti biasanya. Terima kasih, Krist."

Krist tersenyum senang masakannya mendapatkan pujian dari Singto, tidak sia-sia usahanya berkutat di dapur sedari pagi. Krist pun juga ikut makan bersamanya.

"Tumben sekali kau membawakanku makan siang?" Ucap Singto setelah menyelesaikan makannya.

"Anggap saja sebagai rasa terima kasihku karena kau sudah mengajakku liburan waktu itu."

"Tak perlu berterima kasih karena aku juga senang bisa berlibur bersamamu dan Fiat. Tapi aku senang kau membawakan makanan untukku."

"Sebenarnya aku kesini ingin mengajakmu... eum... kencan." Krist menggaruk tekuknya yang tidak gatal.

Same but Different [Singto X Krist]Wo Geschichten leben. Entdecke jetzt