30. Shock

549 63 31
                                    

Keadaan Krist sudah kembali pulih sehingga bisa keluar dari rumah sakit, tapi dokter menyarankan untuk bed rest dan tidak melakukan hal berat di trimester pertama kehamilannya. Resiko yang ditanggung Krist lebih besar daripada ketika ia hamil Fiat, karena cidera rahimnya.

Krist amat terkejut saat Singto mengatakan jika dirinya sedang hamil, pasalnya kemungkinannya untuk hamil kembali sangat kecil. Bukannya ia tidak senang, tapi ada beberapa hal mengganjal dibenaknya. Bagaimana jika orang tuanya akan memarahinya setelah tau dirinya sedang mengandung?

Krist merutuk dirinya sendiri yang ceroboh, terlalu menyepelekan kondisinya. Ia berpikir akan baik-baik saja melakukan seks tanpa pengaman karena menganggap bahwa dirinya tidak akan hamil lagi, nyatanya takdir berkata lain.

Singto mengantarnya pulang, karena sudah 3 hari Krist berada di rumah sakit, selama 3 hari pula Krist berbohong, mengatakan pada Off dan Gun bahwa ia sedang menginap di rumah Singto.

"Kamu beneran tidak mau tinggal bersamaku saja, sayang?"

"Aku ingin, tapi aku bukan Krist yang dulu, yang tidak punya keluarga. Kalau aku terlalu lama bersamamu, pasti papa dan papi mencariku, Phi."

"Tapi kamu sedang hamil, sayang. Kalau kamu dirumahmu aku tidak ada setiap saat." Singto mengusap kepala Krist yang sedang bersandar di dadanya.

"Tidak apa-apa, Phi. Kamu bisa mengunjungiku kapan saja."

"Kamu tidak mau bilang ke Off sama Gun kalau kamu sedang hamil?"

"Aku takut, Phi."

Kehamilannya memang bukan yang pertama, tapi mengatakan bahwa ia sedang hamil ke orang tuanya adalah hal yang belum pernah ia lakukan. Bagaimana jika orang tuanya tidak mau menerima bayi dalam kandungannya?

"Sayang, mau sampai kapan kamu menyembunyikannya? Cepat atau lambat mereka juga akan tau, karena beberapa bulan lagi perutmu akan membesar. Kamu tidak perlu takut, ada aku, aku akan bertanggung jawab."

"Tapi Phi.."

Singto melepaskan pelukan Krist dan menatap matanya dengan intens. "Krist, ayo kita menikah."

"Phiii...." Krist membelalakkan matanya karena terkejut mendengar perkataan Singto. Baru kali ini, kata itu keluar dari mulut pria yang dicintainya itu.

"Kenapa? Kita saling mencintai, apa kamu tidak ingin meresmikan hubungan kita?"

Krist hanya diam dan menunduk, tidak ingin menatap mata Singto. Bingung. Itu yang ia rasakan saat ini.

"Hei, liat aku. Aku tidak akan memaksa jika kamu belum siap, tapi jika kamu sudah siap bilang aku, aku akan menyiapkan semuanya untukmu."

"Terima kasih, Phi Sing."

"Sudah, sana masuk. Jangan lupa kata dokter, tidak boleh melakukan pekerjaan yang berat, tidak boleh banyak gerak, harus istirahat."

"Iya daddy, cerewet sekali."

Singto yang gemas langsung mencubit hidung Krist dengan keras membuat sang empu merintih kesakitan dan menghadiahi lengan Singto dengan beberapa pukulan.

"Maaf, sayang."

"Tidak ada maaf bagimu."

"Jangan marah dong, nanti bisa mempengaruhi baby sayang."

Krist langsung menarik nafasnya panjang dan menghembuskan pelan, setelah itu mengusap perutnya sembari berkata, "maafkan papa ya, sayang. Memang daddymu itu usil sekali."

Singto hanya tersenyum melihatnya, ada rasa bahagia dalam dirinya saat melihat kekasihnya seperti itu. Semuanya mengingatkannya pada kejadian 19 tahun lalu, dimana Krist sedang hamil Fiat. Rasanya masih sama.

Same but Different [Singto X Krist]Where stories live. Discover now