14. Trust Me

415 65 28
                                    

Bangkok, Juni 2003.

Hari-hari berlalu dengan cepat, hingga Krist tidak menyadari bahwa ia sudah melewati hampir 10 bulan berada di masa lalu. Tidak jarang ia merindukan dunianya, dimana ia bisa pulang tengah malam, mabuk, pesta dan mengahamburkan uang. Kadang ia merasa hidupnya disini sangat membosankan, tidak ada smartphone, social media dan game online kesukaannya. Yang bisa ia lakukan hanya menonton televisi, makan, tidur dan sesekali main ke mal bersama Singto atau Gun.

Apalagi saat ini kondisinya tengah hamil 24 minggu, sehingga ruang geraknya terbatas. Tidak mungkin ia ke bar dan mabuk dalam kondisi ini, bisa saja itu membahayakan kesehatan anak dalam kandungannya. Meski ingin, Krist tetap bisa menahan demi anak yang disayanginya itu.

Apa dia adalah Fiat? Ya, Krist menyadari seiring berjalannya waktu jika ia adalah Krist, kekasih Singto di masa lalu dan papa dari Fiat teman sekelasnya. Semua ini memang terdengar tidak masuk akal, tapi itulah yang terjadi saat ini. Kenyataan yang orang pasti tidak akan menelan secara mentah-mentah.

Jika dikatakan keadaan ini buruk, Krist tidak setuju karena ia juga bahagia berada disini berkat kehadiran Singto disisinya. Krist tidak bisa membayangkan bagaimana hidupnya jika hari itu ia tidak bertemu dengan Singto, ia tidak akan merasakan sehidup ini.

"Aku pulang."

Suara Singto terdengar dari pintu masuk kediaman Ruangroj. Sejak Krist pingsan waktu ulang tahun Off yang di akibatkan kelelahan, akhirnya Singto dan Krist pindah tinggal di rumah Singto. Rumah Singto memiliki banyak maid sehingga Krist tidak perlu melakukan semuanya sendirian. Phonya Singto tidak keberatan akan hal itu, ia malah senang rumahnya menjadi ramai dan ia bisa ikut melindungi calon penerusnya kelak.

Singto melihat Krist yang sedang menonton televisi diruang tengah, sepertinya Krist sangat fokus dengan acara televisi hingga tidak menyadari jika Singto sudah disampingnya.

"Jadi sekarang televisi lebih menarik dariku?"

Krist langsung mengalihkan perhatiannya dan tersenyum ketika melihat Singto. Sudah 5 hari mereka tidak bertemu lantaran Singto harus ke luar kota untuk meninjau perusahaan Ruangroj yang baru saja dibangun.

"Phi, kau sudah pulang? Aku sangat merindukanmu."

Krist langsung menghamburkan diri ke pelukan Singto, ia membenamkan wajahnya pada dada bidang yang selalu berhasil membuatnya nyaman itu. Tidak ada tempat ternyaman bagi Krist selain pelukan Singto, tidak ada keteduhan dalam hati Krist selain tatapan Singto dan tidak ada suara yang menenangkan selain detak jantung Singto. Semua tentang Singto, Krist suka.

"Aku juga merindukanmu sayang. Apa kau makan dengan benar selama aku pergi? Susu selalu habis, 'kan? Vitamin juga selalu diminum? Terus--"

"Sstt, banyak sekali pertanyaanmu? Aku sudah melakukan semuanya dengan baik, kau tak perlu khawatir."

"Baiklah, aku tidak tenang meninggalkanmu beberapa hari, maaf ya sayang. Apa anakku merepotkanmu?"

Krist melepaskan pelukannya kemudian membawa tangan Singto ke perut Krist yang mulai membesar itu.

"Aku tidak nakal daddy." Ucap Krist dengan menirukan suara anak kecil.

Singto terkikik, ia sangat gemas dengan kelakuan Krist yang seperti itu. Rasa lelahnya kini telah sirna hanya dengan melihat wajah ceria kekasihnya itu.

"Ini sudah malam, kenapa kau belum tidur sayang?"

"Aku tidak bisa tidur, aku merindukanmu Phi." Krist mengembungkan pipinya dan mempoutkan bibirnya, sangat menggemaskan.

"Aku sudah disini, ayo kita tidur."

Krist merentangkan kedua tangannya tanda bahwa ia ingin digendong oleh Singto untuk pergi ke kamar. Singto pun langsung menyambut tangan Krist dan menggendongnya. Krist semakin manja seiring bertambahnya usia kehamilannya, untung saja Singto orang yang sabar--hanya pada Krist.

Same but Different [Singto X Krist]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora