Chapter 3

235 131 110
                                    

Karena rasa penasaran yang dirasakan sejak kelahiran adiknya, William lalu mencoba membuka kepala adik tirinya untuk melihat isi kepalanya. William kemudian menancapkan pensil yang sedari tadi ia pegang di atas fontanel adiknya.

Cipratan darah seketika menodai wajah William. Tajamnya pensil yang telah di serut dan juga lunaknya fontanel atau yang lebih sering di sebut ubun-ubun, berhasil membuat pensil itu tembus ke dalam kepala adik William.

Tangis sang adik pecah begitu kepalanya terluka, William sama sekali tak merasa kasihan ataupun bersalah karena telah melukai adiknya. William justru semakin menancapkan pensilnya dan menariknya kebawah sambil terus menekannya kuat.

Bantal bayi yang tadinya berwarna biru muda kini berwarna sedikit keungu-unguan karena ternoda oleh darah yang berwarna merah.

Suara tangis adiknya semakin kencang karena rasa sakit yang William berikan. William tak mempedulikan tangisan itu, ia kemudian menjatuhkan pensilnya, lalu membuka robekan kepala adiknya dengan tangan kosong.

Setelah itu William mulai mengamati isi dari kepala adiknya. Ternyata penyebab fontanel yang bergerak adalah peredaran darah bayi yang di pompa dari jantung keseluruh tubuhnya, termasuk otak. Tulang tengkoraknya belum menutup secara sempurna, ada bagian di kepalanya yang masih belum dilapisi oleh tekstur keras. Sehingga terasa lunak dan terlihat berdenyut.

Pertanyaan yang selama ini William tanyakan pada dirinya sendiri akhirnya terjawab sudah. Akhirnya William tau mengapa kepala adiknya bisa berdenyut.

Perlahan suara tangis adiknya tak terdengar lagi. William lalu mengecek pernapasan adiknya dengan menaruh jari telunjuknya di depan kedua lubang hidung adiknya.

"Kamu mati?" Tanya William tanpa ekspresi begitu mengetahui jika adiknya telah meninggal karena dirinya.

Tak lama setelah itu Riana kembali dari supermarket usai membeli susu.

Melihat buku William masih berada di atas meja diruang tamu, namun William tak ada disana, Riana lantas memanggil nama putra pertamanya itu untuk memastikan keberadaan William, "William? Ibu pulang. Kamu dimana? Apakah kamu sudah mengerjakan tugasmu?" Tanya Riana sambil berjalan ke dapur.

Riana lalu menaruh susu yang baru dibelinya di atas meja makan. Kemudian Riana berjalan menuju kamarnya untuk melihat keadaan putra bungsunya.

Riana membuka handle pintu.

"KYAAA!!!" Sontak saja Riana berteriak histeris begitu melihat pemandangan di dalam kamarnya.

Darah bersimpah di kasur dan juga bantal bayinya. William yang tengah duduk di samping tubuh bayinya juga berlumuran darah di tangan dan wajahnya. Sementara bayinya yang baru berumur 2 minggu masih dengan posisi tidur namun tubuhnya sangat pucat ditambah kepalanya terluka parah.

Dengan lemas, Riana melangkah, berjalan kearah William dan juga bayinya.

"Wi-Willi, apa yang kamu lakukan?" Tanya Riana sambil menatap jasad bayinya dengan ekspresi sedih sekaligus tidak percaya.

Riana kemudian memeriksa keadaan bayinya, begitu mengetahui jika bayinya telah meninggal, Riana sontak menangis histeris.

Riana menoleh kearah William. "Willi, kamu tidak melakukannya 'kan? Bukan kamu yang melakukan ini 'kan?"

"Aku membunuh adik! Aku penasaran mengapa kepalanya terus berdenyut, jadi aku membuka kepala adikku untuk memeriksanya sendiri," jawab William tanpa rasa bersalahnya.

Riana menggelengkan kepalanya seraya menutup mulutnya, ia benar-benar merasa sedih.

"Hiks...hiks... kenapa... kenapa kamu memiliki gen psikopat? Kenapa? Hiks...hiks..." Tanya Riana yang terlihat frustasi.

Beheader Of Girls || Psikopat [ END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang