Chapter 16

109 62 60
                                    

Aku tidak tau apa yang aku rasakan, apakah ini yang di maksud perasaan kesal? Aku merasa tidak suka ketika orang-orang bodoh itu mengira jika aku yang membunuh pria tua itu. Rasanya aku ingin membelah kepala dua detektif bodoh itu dan mengeluarkan otaknya.

Bagaimana bisa mereka berpikir jika aku membunuh pria tua itu? Sungguh bodoh! Mereka lebih pantas tidak memiliki otak.

Aku akan memberi mereka hadiah sebagai balasannya! Dan malam ini, aku berencana akan menyewa seorang jalang. Bukan untuk memuaskan seks ku, tapi aku akan menjadikan jalang itu sebagai hadiah. Hadiah untuk kedua detektif yang merasa dirinya hebat.

Sebelumnya aku sudah menghubungi jalang itu lewat sebuah aplikasi telegram, aku mendapatkan nomornya dari postingan seseorang di media sosial. Orang itu berkata di postingannya jika jalang tersebut sangat memuaskan.

Memuaskan dari satu kata itu saja sudah menjelaskan jika wanita itu adalah seorang jalang.

Tentunya aku tidak bodoh, aku menghubungi wanita itu dengan akun anonim di aplikasi telegram, agar dia maupun orang lain tidak tau identitas asliku dan supaya nomorku tidak bisa di lacak.

Aku sudah menyuruhnya menunggu di suatu tempat, aku berencana akan membawanya ke sebuah bukit di Cascandel woods. Tempat itu sangatlah sepi, dan tentunya tidak ada CCTV disana.

Mengapa tidak dirumahku? Rumahku termasuk kawasan yang di penuhi dengan CCTV, aku juga memiliki banyak tetangga. Jika suatu saat mayat jalang itu ditemukan dan polisi menyelidikinya, dengan mudahnya mereka akan mengetahui jika aku pembunuhnya.

Aku menggunakan mobilku untuk menjemput jalang itu. Tentunya plat nomor mobilku sudah aku ganti dengan plat nomor palsu. Banyak yang tidak mengetahui jika aku memiliki mobil, atau mungkin bahkan tak ada yang tau. Sebab aku sama sekali tidak pernah menggunakan mobil ini sejak kepindahanku ke California.

Sudah pukul 21:13, waktunya aku menjemput jalang itu. Aku menggunakan hoodie hitam dan tudungnya aku biarkan menutupi kepalaku. Aku juga menggunakan masker mulut, dan sepatu juga celana dengan warna senada. Pokonya aku usahakan agar tak ada satu orangpun yang bisa mengenali diriku.

Suasana saat aku menuju mobilku sangatlah sepi, mungkin para tetanggaku sudah tidur karena ini sudah malam.

Ketika aku sudah berada di dalam mobilku, aku langsung saja menyalakan mesin dan segera melajukan mobilku untuk menjemput jalang itu. Butuh waktu sekitar 30 menit untuk diriku sampai ke tempat dimana wanita itu menungguku.











🔪☠️☠️🔪





















Aku mengenali wajah jalang itu dari postingan fotonya. Dan sekarang dia tengah berdiri di pinggir jalan menungguku.

Wanita itu cukup cantik rupanya. Berkulit putih, berhidung mancung, matanya indah, dan yang paling aku suka adalah rambut lurusnya yang terurai begitu saja. Namun sayangnya...Wanita itu tidak memiliki poni, sepertinya aku harus membuatkan poni tipis untuknya.

Aku berhenti tepat di didepannya, perlahan aku membuka kaca mobilku. Begitu semua kaca sudah terbuka, aku lalu bertanya padanya, "Valerie?" Tanyaku memastikan jika diriku tidak salah orang.

Wanita penghibur bernama Valerie itu lalu menganggukan kepalanya. Begitu aku merasa yakin, aku segera menyuruhnya untuk masuk ke dalam mobilku. Kemudian kami pergi ke tempat tujuanku, yaitu surga bagiku dan neraka baginya.









Valerie ternyata banyak bicara juga, selama dalam perjalanan dia terus mengoceh. Tak henti-hentinya dia terus bertanya tentangku, seperti hobiku, namaku, pekerjaanku dan lainnya. Sebenarnya aku sangat ingin memberi tau dirinya hobi dan pekerjaan asliku, tapi itu tidak mungkin, aku tau dia akan menjerit ketika aku memberitahunya. Sangat disayangkan.

Jika aku pria normal mungkin aku akan senang dengan sikapnya yang mudah berbaur. Tapi sayangnya aku adalah pria yang memiliki gangguan mental.


























Valerie mulai menunjukan rasa cemasnya ketika mobil yang aku kendarai sudah memasuki jalanan gelap. Tidak ada mobil atau orang melintas di jalan ini, bahkan penerangan jalan ini hanya bersumber dari lampu mobilku.

Suasana jalan ini memang sangat horor bagi orang biasa, tapi tidak bagiku. Aku sangat menikmatinya, terlebih lagi jika ada manusia normal di sebelahku dan menunjukan rasa takutnya. Huh...aku sangat tak sabar untuk membuatnya semakin ketakutan.

Mungkin Valerie kini merasa terancam, oleh karena itu ia bertanya padaku, "Hei,Tuan. Kemana kamu akan membawaku?"

"Kamu tenang saja, cantik. Aku tak ada niatan buruk padamu. Jauh dari pusat kota, bunyi kendaraan yang bising, atau bahkan gangguan manusia. Bukankah terdengar seru? Saat kita berhubungan intim nantinya, pasti akan jauh lebih nyaman," jawabku mengarang.

Maksud sebenarnya adalah, seru tentunya sangat seru saat melihat dirinya menjerit meminta pertolongan namun tak ada siapapun yang dapat menolongnya. Nyaman, sangat nyaman bagiku untuk membunuhnya karena tak akan ada gangguan apapun.

"Kamu juga akan dibuat takjub saat melihat indahnya lampu-lampu kota dari atas bukit dan bintang-bintang berhamparan di langit. Kamu pasti akan merasa seperti pengantin yang sedang berbulan madu, haha..." ucapku meyakinkan dirinya agar ia tak curiga.

Valerie tersenyum padaku, tampaknya dia mulai kembali percaya. "Baiklah, Tuan. Aku percaya padamu." Kata Valerie.

Kami sudah sampai di puncak bukit, pemandangan kota di bawah sana sangat indah ketika kulihat dari kaca mobil. Tapi sayangnya aku tak memiliki perasaan semacam itu untuk menggambarkan indahnya kota itu.

Saat aku sedang menatap pemandangan kota di bawah bukit, Valerie dengan tiba-tiba membuka t-shirt yang ia kenakan.

Ternyata Wanita penghibur tak semunafik wanita berpendidikan, mereka jauh lebih jujur akan nafsunya.

"Kenakan kembali bajumu!" Suruhku pada Valerie.

"Kenapa? Bukankah kamu ingin...?" Tanyanya heran.

"Ya, aku memang menyewamu untuk memuaskan nafsuku, tapi bukan berhubungan seks!" Kataku.

"Lalu?" Tanya Valerie bingung.

Aku lalu tersenyum lebar pada Valerie, setelah itu aku menyuruhnya untuk memejamkan mata. Dia menurut, kemudian aku mengambil sesuatu dari laci dashboard mobilku.

Selanjutnya aku meraih tangan kanan Valerie.

Aku mencengkram tangannya kuat, hingga membuat jalang itu membuka matanya.

"Tuan, apa yang kamu lakukan?" Tanyanya yang merasa ketakutan.

"Memuaskan nafsuku," jawabku sambil tersenyum lebar.

Dengan tiba-tiba, kemudian aku menggores telapak tangan Valeria dengan benda yang aku ambil dari laci dashboard tadi, benda itu ialah pisau.

"KYA!" Jerit Valeria.

Beheader Of Girls || Psikopat [ END✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang