37 - Virgo's Love Attack

3.2K 697 174
                                    

Chapter 37

Hari yang ditunggu-tunggu semua siswa-siswi SMA Brawijaya pun tiba. Hari dimana pensi sekolah diselenggarakan. Bukan hanya excited dengan berbagai penampilan yang akan memeriahkan acara, pensi juga berarti tidak dijalankannya kelas belajar mengajar, alias ini adalah free day!

Acara akan diselenggarakan sampai sore, lalu akan dimulai lagi besok siang sampai besok malam. Puncak acaranya sih sebenarnya besok malam dimana akan ada bintang tamu band indie yang baru naik daun. Walaupun penyanyinya nggak sekelas Jaz atau Hivi layaknya yang diundang sekolah sebelah, namun kabarnya tiket pensi SMA Brawijaya sudah sold out.

Di hari pertama pensi ini, rangkaian acaranya berupa pembukaan dan pertunjukan perwakilan kelas-kelas. Beberapa siswa-siswi sudah memenuhi lapangan dan koridor untuk melihat pertunjukan. Sekarang sih, di panggung sudah ada perwakilan kelas X IPS 1 yang membawakan lagu-lagu daerah Indonesia versi band. Penampilan yang dikemas dengan cara menarik.

Sacha dan Uwi menikmati penampilan di depan sana sambil duduk di kursi penonton di bawah tenda. Pagi ini matahari nggak menyengat terik, jadi rasanya nyaman-nyaman saja menonton di tengah keramaian.

"Emang sialan ya si Nina, kalau lagi pacaran pasti lupa sama temen," gerutu Uwi sebal lantaran Nina, sohib sejatinya lebih memilih menonton pensi bersama pacar barunya, anak kelas sebelah.

"Biarin aja, Wi, baru jadian kan biasanya gitu, lengket banget nggak mau pisah kayak bayi kembar."

"Kayaknya gue juga harus cari pacar deh," balas Uwi yang langsung disambut anggukan persetujuan Sacha.

"Tapi nyari pacar nggak gampang," lanjut Uwi setelahnya dengan nada putus aja.

"Menurut gue, Wi, nyari pacar itu gampang, nyari yang sesuai standar dan selera baru susah," ralat Sacha. "Apalagi bikin orang yang kita suka jadi pacar, susah banget itu, cuma orang-orang beruntung yang bisa."

"Heh, iya bener. Kenapa ya setiap gue naksir cowok, cowok itu pada nggak mau sama gue? Yang ngedeketin yang nggak gue mau mulu."

"Udah gue bilang cuma orang yang beruntung yang bisa ditaksir balik sama orang yang lagi ditaksir. Cinta saling berbalas itu tuh kayak keajaiban tau, soalnya dua hatinya sama-sama ngerasa klop," balas Sacha diplomatis dan agak sok tau. Matanya masih tertuju pada pertunjukan di depan panggung yang masih terus berlanjut.

"Lo pernah ngerasainnya?" tanya Uwi.

"Apa? Cinta berbalas?"

Uwi langsung mengangguk.

Pikiran Sacha langsung melayang pada percakapannya dengan Virgo beberapa hari lalu. Untuk yang kesekian kalinya juga, setiap memikirkan itu, Sacha jadi mendadak salting dan GR, soalnya perkataan Virgo itu sudah seperti sinyal akan perasaannya.

Sacha jadi beranggapan bahwa selama ini dirinya lah cewek yang disebut Virgo menjadi alasannya nggak akan balikan sama Arin.

Aduh, kayaknya Sacha harus segera membicarakan hal ini pada Virgo. Dia benci menebak-nebak sendiri. Virgo juga kemarin mengajaknya bicara kalau memang Sacha sudah siap. Itu berarti Sacha harus mempersiapkan dirinya menyusun kalimat yang pas untuk menggambarkan isi hatinya dan juga bersiap menerima segala pengakuan Virgo.

Rasa dingin yang tiba-tiba menjalar di pipi Sacha membuatnya tersentak. Dia otomatis menjauhi pipinya dari sesuatu yang dingin tersebut dan menoleh. Di samping wajahnya terdapat sebotol minuman ber-ion dan seseorang yang mengarahkan botol tersebut tak lain adalah Virgo.

Sacha langsung was-was karena Virgo muncul tepat ketika dia sedang memikirkan cowok itu. Semesta makin suka main-main saja.

"Buat lo," kata Virgo seraya menyerahkan sebotol minuman itu ke tangan Sacha. Sacha lihat Virgo juga memegang sebotol minuman dengan merek serupa yang kini sudah tersisa setengah.

Super Big MatchWhere stories live. Discover now