40 - Game Over

3.7K 628 57
                                    

Chapter 40

Virgo memutuskan untuk meliburkan diri dari sekolah hari ini. Selain ingin membantu Sacha dan Mamanya pindah, alasannya juga karena mood-nya sedang tidak baik. Dia yakin tidak akan fokus bila permasalahannya dengan Sacha belum juga terselesaikan.

Sarapan pagi berlangsung normal seperti biasa. Ada kedua orang Virgo, kakaknya, dan juga Sacha beserta mamanya. Obrolan ringan terjalin selama mereka menghabiskan menu sarapan di atas meja. Bisa dibilang, ini hari terakhir keluarga Sacha sarapan di meja makan ini. Kepindahan Sacha beserta mamanya sudah di depan mata. Mama Sacha mengucapkan terimakasih atas kebaikan yang ditawarkan keluarga Virgo selama ini.

Beberapa kali Virgo melirik Sacha, cewek itu kadang bergabung dalam obrolan, tetapi ketika Virgo ikut menyahut, Sacha tidak akan merespons lagi. Sikap Sacha mengindikasikan kalau cewek itu masih marah.

Setelah selesai sarapan, Papa Virgo pergi berkerja seperti biasa. Bunda Virgo dan Kak Gemini masuk ke kamar mama Sacha, sekadar membantu mengangkut barang-barang yang mau dipindahkan.

Sacha rupanya sudah keluar dari kamarnya dengan menyeret koper biru besar dan tas jinjing. Virgo yang melihat itu langsung memutuskan untuk membantu. Cowok itu mengambil alih koper di tangan Sacha dan membawanya turun dari tangga. Sacha nggak menolak, tapi juga tidak mengatakan terimakasih.

Rumah Virgo dan rumah Sacha hanya terpisah beberapa jengkal. Hanya dengan menyebrang saja, mereka sudah sampai ke lokasi.

"Kamar lo yang mana?" tanya Virgo ketika mereka sudah masuk ke rumah Sacha.

Rumah Sacha hampir mirip dengan rumah Virgo, hanya saja dengan versi lebih kecil. Bertingkat dua dengan gaya minimalis. Didominasi dengan warna putih dan abu-abu. Beberapa perabotan di ruang tengah belum lengkap, tapi secara keseluruhan memang sudah sangat layak ditinggali.

"Kamar gue di atas, gue aja yang bawa, thanks," ucap Sacha sambil merebut kopernya dari tangan Virgo. Virgo langsung menarik kembali koper Sacha, tidak membiarkan benda cukup berat dan besar itu berpindah tangan.

"Jangan bawel, biar gue aja," sahut Virgo. Cowok itu pun mulai mengangkut koper biru Sacha menaiki tangga. Berat juga ternyata kalau harus mengangkutnya ke satu persatu anak tangga. Virgo harus ekstra hati-hati karena nggak mau benda itu menggelinding.

Di belakangnya, Sacha mengekori sambil membawa tas jinjingnya.

"Wah, makasih, ya, Virgo udah bantuin Sacha. Kamarnya yang pintu putih sebelah kanan, ya," Suara Mama Sacha terdengar dari pintu rumah. Beliau baru tiba sambil mengangkut barangnya, disusul dengan kedatangan Bunda Virgo dan Kak Gemini.

"Siap, Tante!" jawab Virgo. Tiba di depan pintu kamar cewek itu, Virgo melirik Sacha sekadar mengonfirmasi apakah ini ruangan yang benar. Sacha cuma mengangguk singkat.

Virgo membuka pintu dan memasuki kamar Sacha. Suasananya nggak jauh berbeda dengan kamar cewek itu di rumahnya. Perabotannya juga sudah cukup lengkap. Virgo meletakan koper Sacha di samping tempat tidur cewek itu yang tampak empuk.

"Ada lagi yang bisa gue bantu?"

"Nggak ada," jawab Sacha tanpa menoleh.

"Berarti sekarang kita bisa fokus ngobrol?" tanya Virgo, cenderung berani dan nekat. Padahal dia tahu wajah Sacha sudah tidak bersahabat sejak sarapan tadi. Boro-boro mengobrol dengannya, menatap Virgo saja Sacha sepertinya tidak sudi.

"Nggak ada yang mau gue omongin," balas Sacha dingin.

"Gue ada."

"Kayaknya itu bukan sesuatu yang mau gue denger."

Super Big MatchWhere stories live. Discover now