12 - Saingan Potensial

7.1K 1.3K 104
                                    

Chapter 12

Sacha menikmati makan malamnya bersama mamanya dan keluarga Virgo seperti biasa. Suasana di meja makan begitu hangat. Terjadi obrolan-obrolan ringan yang wajar dibicarakan sesama anggota keluarga, contohnya ketika Om Haris bertanya bagaimana hari ini berjalan, apakah ada sesuatu yang lucu, konyol, atau menghebohkan, ataukah ada kesulitan yang dihadapi, dan semua orang seakan tertarik untuk membagi kisahnya. Sacha jadi menyadari bahwa keluarga Virgo ini adalah gambaran nyata keluarga harmonis yang diidam-idamkan setiap orang.

Sacha menghabiskan makan malamnya dengan lahap. Masakan Tante Laras memang juara. Sama seperti masakan mamanya. Predikat lulusan bidang tata boga yang tersemat pada Tante Laras dan mamanya memang tak boleh diremehkan.

Setelah kenyang melahap nasi, cumi saus asam manis, masing-masing anggota keluarga ini kembali disibukkan aktifitasnya. Om Haris pergi ke kamarnya, Tante Laras mulai mencuci piring, ditemani Mama. Kak Gemini dan Virgo duduk di ruang keluarga, menonton televisi sambil ngemil M&M.

Awalnya Sacha hanya ingin kembali ke kamarnya, namun panggilan Kak Gemini yang menyuruhnya untuk bergabung membuatnya tak bisa menolak. Sacha duduk di ujung sofa sambil memangku bantal di pahanya. Di layar televisi sekarang tengah tersaji acara komedi yang menantang setiap tim mengisi teka teki sulit.

"Cha, gimana pulang bareng Kibay tadi?" tanya Virgo tiba-tiba.

Sacha menoleh sinis, "Menurut lo?"

"Kayaknya menyenangkan," Virgo tersenyum penuh arti. "Kalian beneran PDKT?"

"Nggak, lah!"

"Sacha sama Kibay PDKT? Kibay yang temen Virgo itu?" Kak Gemini menyela penasaran.

Virgo mengangguk tanpa ragu. "Cocok kan, Kak?"

"Nggak usah percaya, Kak. Gue sama Kibay nggak ada apa-apa. Virgo aja yang rese!" bantah Sacha.

"Yang gue tahu Kibay anak baik-baik sih, Cha. Lucu juga kalau kalian bisa bareng."

Sacha meringis, "Nggak mau, Kak." Penolakan terakhir yang diberi Sacha itu hanya disambut cengiran geli oleh Gemini.

Tiba-tiba, suara bel terdengar. Teriakan Tante Laras yang memerintahkan Virgo untuk membuka pintu terdengar dari arah dapur.

Virgo bangkit dari duduknya dan langsung menuju pintu. Semenjak tinggal di rumah ini, baru kali ini Sacha melihat rumah ini kedatangan tamu malam hari. Sebenarnya Sacha cukup penasaran siapa yang datang. Oleh sebab itu Sacha menyusul Virgo menuju ruang tamu.

Ketika pintu terbuka. Muncul lah wajah bak malaikat dengan sayap yang tak terlihat. Mario. Sacha jadi terpana berat. Ketika pandangan mereka bertemu, senyum mereka terbit seketika.

Menyadari reaksi tersebut, Virgo berdecak keheranan. Menurut Virgo, Mario ini nggak cakep-cakep amat sebenarnya. Sacha aja yang lebay. Bagusan Virgo kemana-mana. Kegantengan Virgo sudah tersertifikasi oleh tiga perempat cewek di sekolahnya. Mario jelas bukan saingan potensial.

Pandangan Virgo teralih pada sekotak bolu meranti di tangan cowok itu. Dia yakin, Mario sekarang sedang mengeluarkan jurus ngasih-oleh-oleh-sekaligus-modus. Virgo pun mempersilakan Mario masuk. "Masuk, Mar. Ada apa?"

Virgo sebenarnya tak ada catatan buruk dengan Mario. Mereka kenal sejak kecil dan berteman seperti orang sebaya mereka kebanyakan. Namun, sejak SMA, dia dan Mario memang jarang bertemu karena kesibukan masing-masing. Kalau pun bertemu, paling momennya begini. Bertamu karena mau ngasih sesuatu dari mama mereka, atau tak sengaja berpapasan di sekitar komplek.

"Ada oleh-oleh dari Mama, Vir. Baru balik dari Medan," kata Mario dengan nada bersahabatnya yang khas. Mario menyerahkan sekotak bolu meranti yang ada dalam kantung plastik transparan tersebut. Virgo menerimanya sambil tersenyum berterima kasih.

Virgo sadar kalau Mario sibuk ngelirik-lirik Sacha yang berdiri satu langkah di belakangnya.

"Masuk dulu, Mar. Oiya, lo tau kan kalau Sacha sekarang udah balik ke sini?"

"Iya, sempat ketemu di minimarket waktu itu."

"Oh."

"Masuk dulu, Mar," ulang Sacha yang sontak membuat Virgo nyaris tertawa. Emang ini rumah siapa sih?

"Nggak usah, deh, lain kali aja. Gue cuma mau nganter itu aja. Masih ada urusan abis ini," tolak Mario sopan.

"Oh yaudah, thanks ya," balas Virgo.

"Eh, tapi ada yang mau gue ditanyain sama Sacha bentar."

Sacha yang merasa terpanggil maju mendekat. "Apa?"

"Kemarin kita belum sempat tukeran kontak. Jadi, gue boleh minta nomor WA lo?" tanya Mario.

Sacha langsung menjawab boleh dengan antusias. Disebutkannya sederet angka alias nomor ponselnya. Dengan cepat, Mario menyimpannya ke kontak. Setelah itu, cowok berbaju biru itu mengucapkan terima kasih dan pamit pergi.

Virgo menutup pintu ketika sosok Mario telah hilang dari pandangan. Diliriknya Sacha yang masih terkesima di tempatnya.

"Naksir Mario, heh?" tebak Virgo dengan cibirannya yang khas.

Mood Sacha yang tadinya baik, mendadak sirna melihat tampang mengejek Virgo. "Dia tuh temen baik gue," sanggah Sacha.

Yang dikatakan Sacha ini benar, lho. Mario adalah salah satu teman terbaiknya dulu. Dia menyukai kepedulian dan perhatian yang Mario berikan. Bisa dibilang, dia kagum sama cowok itu. Namun, perasaannya ini tak bisa didefinisikan sebagai perasaan suka apalagi cinta ke lawan jenis. Ya kali Mario mau sama cewek kayak dia.

"Iya sih, lo cocokan sama Kibay," sahut Virgo enteng sambil membawa bolu merantinya ke dapur.

"Gue juga nggak mau sama temen lo yang super slenge'an itu," balas Sacha. "Stop ya nyodor-nyodorin dia ke gue."

Virgo mengangkat bahu sekenanya. Tak mempedulikan peringatan Sacha.

"Kalo lo masih aja bahas tentang Kibay, gue bakal jelek-jelekin lo di depan Arin biar kalian batal balikan!" ancam Sacha. Virgo sedikit terpancing. Dia berbalik badan untuk menatap Sacha sepenuhnya.

"Lo kira Arin bakal percaya sama lo?"

"Why not? For your information, Arin sempet nanyain lo. Dia penasaran kenapa gue bisa pergi dan pulang sekolah bareng lo."

"Lo jawab apa?"

"Menurut lo?" goda Sacha.

Virgo menghela napas keras. "C'mon, lo jangan jawab yang aneh-aneh, deh, ke dia."

"Asal lo berhenti bahas Kibay dan berhenti nyodorin dia ke gue."

"Kibay naksir lo. Itu di luar kuasa gue," balas Virgo datar.

Sacha meringis. Ditaksir orang kayak Kibay bagaikan bencana yang mengerikan. Hidupnya jadi tak tenang.

"Arin nganggep gue saingan potensial, itu juga di luar kuasa gue," balas Sacha sombong. "Aneh ya dia, padahal ogah banget gue mau sama lo."

"Gue juga ogah, kali!"

"Yang penting lo berenti deh bahas Kibay. Itu intinya. Gue nggak bakal bilang macem-macem ke Arin. Lo bisa balikan dengan tenang."

Virgo hanya berdecak.

Sacha tersenyum miring lalu berjalan meninggalkan Virgo yang masih bersandar di pantry.

***

a/n

Pendek, ya? Sebenarnya part ini cuma untuk mengobati rasa kangen aja setelah berbulan-bulan nggak update :')

Inshaallah aku bakal mulai rajin update setelah Just a Friend to You udah kelar. Doain aja idenya ngalir terus yaaa hehehe.

Makasih udah baca❤️

Super Big MatchWhere stories live. Discover now