21 - Cemburu

7.2K 1.3K 92
                                    

Chapter 21

"Selamat pagi, Sacha. Ayo sarapan dulu, sini!" ucapan Tante Laras menyapa Sacha di pagi hari yang cerah ini.

"Pagi Tante, Om, Kak," balas Sacha dengan ceria. Dia langsung bergabung di meja makan dimana sudah ada Tante Laras, Om Haris, Kak Gemini dan Virgo yang duduk di tempatnya masing-masing. Hari ini, Mama Sacha memang belum pulang dari Jakarta. Rencananya beliau pulang dua hari lagi.

"Virgo-nya nggak disapa, Cha?" goda Kak Gemini dengan senyum jahil.

"Pagi Virgo," tanpa ragu, Sacha menyapa cowok itu. Virgo sibuk mengoles selai stroberi di roti tawarnya tanpa berniat menghiraukan Sacha, padahal cewek itu sudah berusaha seramah mungkin.

Menyadari tak ada sahutan dari Virgo, Kak Gemini kembali berkata. "Orang nyapa tuh bales kali, Vir."

"Hm, pagi," balas Virgo malas.

Bibir Sacha mengerucut. Kemudian dia mulai melahap sarapannya pagi ini tanpa banyak berkomentar. Setelah selesai makan dan berpamitan dengan orang rumah, Sacha mengekori Virgo yang sedang mengeluarkan motor kesayangannya dari garasi rumah.

Di halaman rumah, Virgo tiba-tiba menyerahkan sebuah helm. "Pakai, nih," perintahnya dengan nada cuek.

Sacha menerima helm tersebut lalu memperhatikannya saksama. Helm berwarna hitam dengan aksen merah gelap ini tampak seperti baru. "Helm baru, ya?" Sacha nggak bisa menahan diri untuk nggak bertanya.

Virgo menatapnya, "Ya, baru beli. Bagus, kan?"

Sacha mengangguk sambil tersenyum menggoda. "Mentang-mentang mau balikan sama Arin, mendadak nyiapin helm biar nggak ketangkep polisi boncengan berdua."

Sacha kemudian menepuk jok belakang motor Virgo. "Kalau Arin sudah ngambil alih singgasana disini, terpaksa gue naik ojol setiap hari," ucap Sacha sok sedih.

Ya, sebenernya memang sedih, sih. Selama ini kan dia pulang pergi sama Virgo. Kalau Virgo nggak ada, nggak ada tumpangan gratis lagi.

Virgo sudah naik ke motornya. "Cepetan naik. Banyak omong banget lo!"

Sacha mencibir dan segera duduk di boncengan Virgo seperti biasa. Tiba-tiba Sacha kepikiran ucapan Kak Gemini semalam. Mendengar cara bicara Virgo yang nggak ada manis-manisnya, kayaknya dugaan Kak Gemini memang salah.

"Santai aja, Mas, ngomongnya, nggak usah ngegas!" balas Sacha.

Virgo menggas motornya namun menekan rem di saat bersamaan hingga terdengar bunyi mesin yang memekakan telinga.

"Itu tadi baru namanya ngegas," jawab Virgo enteng.

Sacha menepuk punggungnya keras. "Berisik tau nggak! Cepetan jalan!"

"Gue mau ngegas, pegangan kalau nggak mau melayang," ucap Virgo.

Meskipun ini bukan kali pertama Sacha diajak ngebut oleh Virgo. Sacha tetap mencengkram sisi jaket yang dikenakan Virgo karena nggak mau terkena konsekuensi terburuk.

"Cepetan jalan!" perintah Sacha.

Dan Virgo langsung melajukan motornya membelah jalanan.

Nggak sama seperti sebelumnya atau yang dikatakannya barusan, hari Virgo malah agak nyantai. Nggak pakai ngebut kayak mau balapan. Dengan begini, Sacha nggak perlu khawatir jantungnya copot karena terpacu adrenalin.

Hanya butuh waktu lima belas menit, motor Virgo memasukki area sekolah. Virgo parkir di tempat biasa. Sacha langsung turun, mengembalikan helmnya, dan merapikan rambutnya yang berantakan.

Super Big MatchWhere stories live. Discover now