24 - Pemeran Utama

7.1K 1.4K 209
                                    

Sebuah pertanyaan sebelum baca chapter ini.

Sejak kapan kalian jadi pembaca cerita Super Big Match?

***

Chapter 24

Karena kejadian semalam, Sacha nggak masuk sekolah hari ini. Ketika bangun tidur tadi, kepalanya terasa berat, matanya pun mengantuk bukan main karena semalam dia tidur hampir jam dua belas. Bunda Virgo mengatakan Sacha harus beristirahat di rumah dan mengirim surat sakit ke sekolah.

Virgo lah yang bertugas mengantar surat sakit Sacha di kelas cewek itu. Ketika sampai ke sekolah, dia langsung menuju kelas Sacha yang cukup jauh dari kelasnya. Virgo menyerahkan surat sakit tersebut pada teman Sacha, Nina, yang kebetulan ada di pintu masuk ketika Virgo tiba.

"Sacha nggak masuk hari ini, dia sakit," ucap Virgo dengan nada cool seraya mengulurkan amplop putih yang berisi surat sakit Sacha. Nina yang baru pertama kali diajak Virgo ngobrol mendadak cengo. Dia terkesima melihat cowok yang didaulat sebagai cowok terganteng di SMA Brawijaya tersebut hadir di paginya yang cerah ini.

"K...kok suratnya di elo?" tanya Nina terbata.

"Itu karena mereka tetanggaan," Arin tiba-tiba menyahut. Virgo menoleh ke arah Arin yang ternyata baru saja datang.

"Ah, iya, yah, gue lupa," balas Nina. Lalu cewek itu tersenyum manis. "Oke deh, makasih."

Virgo mengangguk singkat walaupun dia nggak yakin alasan Nina berterimakasih padanya. Setelah Nina memasukki kelas, Virgo menatap Arin yang seperti biasa tampak shining, shimmering, splendid.

Virgo mengulas senyum menyapa. "Baru datang?" Virgo sadar basa-basinya itu basi banget.

"Kayak yang lo liat," balas Arin. "Sacha kenapa nggak masuk?"

"Dia sakit."

Alis Arin bertaut. Masa Sacha langsung sakit setelah mendengar ucapan Arin kemarin di toilet? Apa mental cewek itu selemah itu? Padahal dari luar, Sacha keliatan sebagai cewek strong yang nggak gampang kena intimidasi.

"Demam," jawab Virgo asal. Dia nggak tahu cewek itu sakit apa. Yang jelas kondisinya sedang nggak fit.

"Get well soon bilangin Sacha. Sayang banget dia nggak masuk, padahal hari ini kelas bakalan seru banget karena ada casting untuk drama."

"Kelas kalian bakal nampilin drama?" tanya Virgo. Dia teringat acara pentas seni memperingati ulang tahun SMA Brawijaya yang jatuh tepat bulan depan. Setiap kelas harus berkontribusi menampilkan suatu pertunjukkan.

Arin mengangguk. "Kayaknya kami bakal nampilin kisah Snow White and 7 Dwarfs pake bahasa Inggris."

"Gue tebak lo yang jadi Snow White."

"Kelas gue banyak yang ngejagoin Sacha, sih," Arin terkekeh.

Virgo cukup terkejut. "Kenapa? Dia nggak bakat jadi Snow White. Karakter Snow White terlalu anggun buat dia. Dia cocoknya jadi preman hutan."

Arin tersenyum miring mendengar komentar itu. Walaupun ucapan Virgo nggak bermakna positif, tapi Arin merasa cukup terusik. Seakan Virgo mengenal Sacha sangat akrab.

"Kalau dipoles dia itu cantik lho, Vir. Dia juga berbakat jadi pemeran utama. Semisal dia beneran jadi Snow White, cowok-cowok di kelas bakal rebutan jadi Pangeran," ucap Arin sok santai.

Dan sesuai dugaannya, Virgo butuh jeda untuk menjawab. "Dia sepopuler itu di kelas?"

"Bukan cuma di kelas. Di sekolah pun iya. Buktinya, sepupu gue naksir dia, kan?"

Super Big MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang