42. Titik Finish (End)

5.5K 737 202
                                    

Chapter 42

Sacha tahu, harusnya dia tidak merasa terintimidasi dengan kehadiran Virgo, apalagi ketika mereka ada di rumahnya, wilayahnya sendiri. Tapi, satu meja makan dengan Virgo dan kenyataan bahwa cowok itu berulang kali melemparkan tatapan dengan wajah datarnya membuat Sacha merasa tidak nyaman.

Sacha menghabiskan makan malam dalam diam. Mamanya sibuk bercerita dengan kedua orang tua Virgo, Kak Gemini pun rutin menimpali percakapan dengan nada riangnya. Sacha hanya sesekali mengangguk atau tersenyum, sekadar memberi tahu kalau dia tidak menjelma menjadi patung malam ini.

"Kalau Sacha mau ambil jurusan apa kuliah nanti?" Satu pertanyaan dari Bunda Virgo terlontar untuk Sacha.

Sacha yang baru saja menengak air mineralnya cukup terkejut karena arah pembicaraan tiba-tiba tertuju padanya, padahal tadi baru membicaran tentang Kak Gemini yang mau KKN.

"Eum," Sacha mikir sejenak. "Belum tahu deh, Tante. Tapi kayaknya mau jauh-jauh dari yang berhubungan dengan itung-itungan," jawab Sacha jujur.

"Mau masuk culinary arts atau pastry aja nggak, Cha? Kuliahnya enak lho, masak-masak. Bisa bikin bisnis juga."

"Waduh, Tante, aku mana bisa masak kayak Tante atau Mama," kekeh Sacha.

"Dia pernah disuruh masak. Orang yang nggak bisa masak kan normalnya makanannya gosong gitu, kalau Sacha malah wajannya yang gosong," sahut mamanya enteng yang disambut tawa oleh seisi meja, kecuali Virgo.

Sacha cuma nyengir kecut.

"Masih ada waktu setahun lagi, bisa dipikirin dulu mau jurusan apa," balas Tante Laras bijak.

"Pilihnya yang bener, ya, sesuai keinginan. Jangan sampai baru satu semester udah mau pindah jurusan, sayang waktu," tambah Om Haris. "Tapi semoga aja Virgo sama Sacha pilihnya kampus yang sama."

"Biar apa, Pa?" tanya Kak Gemini dengan senyum penuh arti.

"Biar makin akrab, bisa pergi pulang barengan. Sacha juga bisa bantu awasin kalau Virgo macem-macem sama cewek dan aduin ke kita."

Sacha melirik Virgo, cowok itu tak menjawab, cuma tersenyum miring saja sambil menatap piring pastanya yang sudah tak bersisa.

"Kalau Virgo macem-macem sama cewek, Sacha duluan yang ngamuk, Pa. Virgo juga mana berani," timpal Kak Gemini diiringi cekikikan geli.

Sacha nggak bisa ikut menertawakan lelucon itu. Dia cuma bisa tersenyum canggung, berharap arah pembicaraan segera berubah.

"Masih mending kalau ngamuk, ini gue langsung dibuang gitu aja dari hidupnya." Virgo tiba-tiba bersuara, hal yang membuat seluruh pasang mata kini mengarah kepadanya.

Sacha tersentak kaget. Apalagi ketika Virgo menatapnya dengan ekspresi yang seolah menantang Sacha untuk menghalangi perbuatannya sekarang.

Menyadari tensi aneh yang melingkupi Virgo dan Sacha sekarang, Kak Gemini buru-buru menimpali. "Wah dessert yang Tante bikin enak banget, lho. Ini kesukaan lo banget, Vir. Tiramisu."

Virgo menerima sepiring dessert yang diserahkan Kak Gemini kepadanya. "Thanks."

"Virgo sama Sacha lagi nggak ada masalah, kan?" tanya Tante Laras sungguh-sungguh.

Sacha langsung melirik Virgo. Cowok itu balas menatapnya tapi diam saja.

Mama Sacha langsung berdehem. "Kalau ada masalah berdua, mending diselesain baik-baik, ya. Ayo makan dessertnya."

"Daripada nyelesain masalahnya, Sacha malah milih kabur, Tante," timpal Virgo.

Seisi ruangan kompak terdiam.

Super Big MatchTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang