[ ARCHIGÓS LM - 15 ]

14.4K 2.8K 33.7K
                                    

Lets follows IG : archigos_ofc & shnard994_

Lets follows IG : archigos_ofc & shnard994_

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Cemana? Dah follow akun wp Buna juga lom?

Sorry gengs, agak telat🏁

Ramekan tiap paragraf ges biar lebih dari 20+ komen & pencet votes🍌 WAJIB AYO BISA🤪

CHAPTER 15 - DIAS

NORMAL POV




Ruang VVIP Husada Hospital menjadi ruangan tempat rawat inap kakek Ion. Anggota Archigós generasi 11 masuk ke ruangan setelah mengantongi izin dari sanak keluarga Ion serta Dokter yang menangani piket malam ini.

“Bokap sama nyokap lo mana, Yon?” tanya Jagad, intonasi suara pemuda itu seolah berbisik, takut mengusik kakeknya Ion.

“Santai, aja, ngomongnya. Kakek gue dalam pengaruh obat. Enggak bakal kebangun walaupun lo berisik, Yang.”

Menyesal Jagad bertanya setelah tahu akan dipanggil 'Yang' oleh Ion. Ia heran bukan main, bisa-bisanya di situasi begini Ion masih menyempatkan diri bercanda. Padahal kakeknya tengah terbaring tak berdaya di brankar dengan berbagai peralatan medis untuk menopang kelangsungan hidupnya. Sungguh, cucu laknat.

Axelion Pradistira. Nama itu terukir di bagian kontak identitas pasien. Wait, di mana ia pernah mendengar nama itu? Ia memejamkan mata, berusaha menekan otaknya bekerja lebih keras untuk memikirkan nama tak asing tersebut.

“Ahh .... Lexus Pradistira? Yon, bapaklo itu, bukan, sih?” tanya Jagad begitu ia berhasil mengingat.

Ion terkekeh. “Kok tau nama orang tua, Yup? Nyari tau tentang gue?”

“Jancok! Gue serius, nih!”

“Enggak usah serius-serius. Gue kalau udah serius bahaya,” sahut Ion santai. “Iya, gue anak tunggalnya Lexus. Bapak gue Lexus Pradistira, puas, Bi?” Ia menelisik intens ke Jagad.

Keir, Sul, Gangga dan Koko cuma bisa menyimak obrolan kedua musuh bebuyutan itu. Koko paling suka di rumah sakit, ia merasa tempat yang sering steril cuma di rumah sakit dan kamar. Selebihnya, ia harus bekerja extra agar tetap jauh dari yang namanya debu dan kuman.

“Kakek lo sakit apa?” tanya Gangga.

“Syaraf di sekitar bahu kakek gue rusak. Jadi, kedua sendinya enggak bisa gerak, gitu. Gegara kakek gue pernah diskolasi bahu, tapi milih enggak operasi, ternyata makin ke sini makin parah. Terus, kakek gue sering diem pas kesakitan, biar beliau enggak disuruh berhenti turun lapangan ke tempat kerja sama nenek gue,” terang Ion.

“Nenek lo kemana?” potong Koko.

“Udah meninggal tiga bulan lalu,” jawab Ion kalem.

Sorry, Yon— gue enggak maksud,” balas Koko, tidak enak hati.

ARCHIGOS LAST MISSIONWhere stories live. Discover now