[ ARCHIGÓS LM - 20 ]

11.8K 2.4K 21.7K
                                    

Cepet, ya?

Hai, jangan lupa follow wattpad Buna dulu yaps.


Meet gala author di IG :

@shnard994_

@alphaaword

Or ALL RP ARCHIGOS :

@archigos_ofc
@terjagad_jagad

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF JUSEYO🥰

CHAPTER 20 - SILENT



“Enggak, kok. Cuma dipanggil mau ketemu,” ujar Milan.

Ion lantas mendengkus. Ia melempar jaket yang sudah ia kenakan serta kunci motor ke sofa. Aksi itu mengundang tanya bagi Jagad.

“Lo kenapa, Yon?”

“Gue kira kenapa, cuma dipanggil, doang, 'kan? Bikin mikir yang aneh-aneh, aja, Dad,” balas Ion.

Milan tersenyum tipis. Mengenali watak Lexion yang memang dasarnya susah diatur dan tidak suka mendengar apa kata orangtua sudah menjadi tabiatnya sejak kecil.

“Grandpa kamu mau ngomong, sebentar, kok. Enggak lama,” timpal Milan, mencoba bernegosiasi.

Ion membanting badan ke sofa. “Enggak, ah. Dari kemaren Ion temenin terus grandpa enggak ada, tuh, ngomong. Giliran udah di sini baru nyuruh lagi. Capek bolak-baliknya, Dad. Bisa besok-besok juga.”

“Yon, lo bisa pergi bentar, deh. Kai belom dateng, kalaupun Kai dateng, kita bisa nungguin lo,” papar Koko. “Urusan keluarga lo lebih penting daripada yang mau dibahas Kai.”

“Ntar malem. Daddy bisa pulang, ntar malem Ion nyusul. Ion ke sana sekalian nginep.”

“Grandpa mau ngomong, tapi enggak enak lewat telepon. Katanya, paling lama lima menit, Ion,” imbuh Milan.

Ion menggaruk pelipisnya. “Jarak dari RS kesana makan waktu sekitar setengah jam. Terus Ion disuruh balik ke markas. Kebiasaan grandpa bahas tentang grandma, sih. Udah tau, Daddy bisa ngewakilin Ion.”

“Yaudah, nanti malem beneran dateng, ya?”

“Hem, kalau udah selesai bahas Archigós langsung ke RS, deh. Sekalian Ion bawain minyak telon biar grandpa seneng.”

Milan kembali mengukir senyum maklum. Dibanding memaksa, ia lebih memberi kesempatan bagi Ion bertindak sendiri. Namun, ia sedikit memahami, selain jarak yang terlampau jauh. Ion merupakan sosok yang nyaris menghabiskan setengah hidupnya bersama Axel. Mungkin, karena hal tersebut, Ion merasa telah mengetahui isi obrolan mereka.

“Daddy pamit dulu, maaf, ya, ngusik obrolan kalian. Bisa dilanjutin lagi,” kata Milan, ia memandang satu persatu anggota Archigós generasi 11.

Benaknya seakan mengingat setiap memori kala dirinya bersama anggota Archigós dahulu. Perawakan mereka yang sama persis sewaktu ia muda dahulu.

Romeo, Raga, Syabil, Nabil, Ngalus, dan seluruh anggota Archigós. Sejujurnya, air mata Milan hampir jatuh dari pelupuknya.

Tak lama lagi mereka akan utuh, bukan? Bisakah Milan berharap perpisahan mereka yang terakhir menjadi mimpi buruk hingga tak perlu merasakannya di kehidupan mendatang?

Lagipula, mereka Stratiótisnya Archigós. Mereka dapat melalui segalanya bersama.

“Iya, Om—” ucap Jagad canggung. “Kami bisa ikut ngejeguk.”

ARCHIGOS LAST MISSIONWhere stories live. Discover now