[ ARCHIGÓS LM - 31 ]

9.6K 1.5K 712
                                    

Dont forget for follow Author acc:

@shnard994_

@alphaawordl

Or ALL RP ARCHIGOS :

@archigos_ofc
@terjagad_jagad

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF JUSEYO🥰

CHAPTER 31 — THE END FOR US




Ini salah.

Danish menyadari sesuatu yang salah. Axel tak bergerak seinchi-pun serta saat ia meraih punggung jemari Axel terasa sangat dingin. Aliran hangat pertanda kehidupan lenyap.

Blank.

Kinerja otak Danish menyetop semua aktivitas termasuk melupakan cara menghirup napas. Seiring berputarnya detik ke menit, semakin intens pula berat tarikan napas dirinya guna memasok oksigen ke paru-paru.

Tidak lagi— ia menggeleng menampik fakta. Ia mengatur emosi, agar tetap waras; meski ia gagal total.

Pertama, Danish perlu keluar dari ruangan Axel untuk memanggil dokter. Sendi-sendinya meluruh, Danish kehilangan kemampuan mengendalikan tubuhnya sendiri, ia selayaknya bayi yang belum tahu cara berjalan.

Brugh!

Tubuhnya limbung ke lantai. Bagaimana bisa di situasi  ini— kakinya seperti lumpuh? Danish merasa hanya satu dari sekian juta dari dirinya yang bisa berfungsi normal. Yakni, rasa nyeri yang mengiris jantungnya memakai pisau tumpul.

Please ...,” mohonnya.

Bugh!

Bugh!

Lantaran frustrasinya, Danish melayangkan pukulan sekuat tenaga yang bersisa ke betis. Ia berupaya berdiri tegap. Sekali lagi, dirinya gagal. Ia bak orang linglung.

Please ..., come on.

Ah— benar, ponsel.

Danish lekas merogoh saku celana. Mencari ponsel yang ia kantongi. Danish pikir, ia menemukan solusi menyelamatkan Axel. Namun, begitu tangannya menggenggam ponsel, ia merasa dunia tengah memusuhi dirinya.

Berulang kali benda tersebut tergelincir jatuh akibat getaran hebat tangan Danish.

Sial!

Dapat dibayangkan besar pengaruh seorang Axel bagi pria itu. Pandangan Danish mengabur. Hawa dingin menyelimuti dirinya, meski demikian bulir-bulir keringat menghiasi pelipis Danish.

“Xel ....”

Danish putus asa. Ia merasa tidak berguna. Ia selalu gagal; melindungi Axel di masa lalu, menjaga istri serta keturunannya, kemudian hari ini ia juga tak mampu melakukan apa-apa selain duduk bak orang bodoh.

Netra Danish tak sengaja melihat jam tangan yang sebelumnya dipasangkan Axel. Jam tangan khusus anggota Archigós.

Please ..., gue bisa percaya Archigós, 'kan?”

Danish tak peduli lagi, ia menekan salah satu tombol. Layar jam berkedip dengan cahaya berwarna merah. Di layar tertulis ; ‘I'm in danger'.

Semenit terlewati dengan penyiksaan di relung Danish. Antara rasa takut akan kepergian Axel dan harapan kecil salah satu anggota Archigós menghampiri dirinya.

Dua hal itu, merupakan pembunuh emosional paling utama.

I'm hopeless.”

Bersamaan dengan kalimat menyerahnya, decitan pintu yang didorong membangkitkan perhatian Danish. Ia menengadah, obsidian pria tersebut bertubrukan pada seseorang yang membuka daun pintu secara paksa.

ARCHIGOS LAST MISSIONWhere stories live. Discover now