[ ARCHIGÓS LM - 28 ]

7.7K 1.4K 10.3K
                                    



Dont forget for follow Author acc:

@shnard994_

@alphaaword

Or ALL RP ARCHIGOS :

@archigos_ofc
@terjagad_jagad

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF JUSEYO🥰

CHAPTER 28 — FEEL SO WRONG.




FLASHBACK

Anak kecil berusia sembilan tahun itu masih berkutat dengan stick psp di genggaman. Matanya tidak pernah terlepas dari layar televisi berukuran 98 inchi. Sesekali, jemari mungil itu bergerak mencomot snack yang berceceran di lantai.

Aren't you tired of playing that games?”

Anak itu menengok ke belakang beberapa detik. Takut semisal berpaling sedikit, mobil online yang tengah ia 'kendarai' membentur bumper mobil lain.

Ia terkekeh. “Never! Gue enggak bakalan bosen— bukan game-nya, sih. Gue enggak bakal bosen sama mobil.”

“Sesuka itu?” tanya di anak yang duduk di tepian tempat tidur.

“Bawaan daddy gue. Lo enggak akan ngerti, Kai.”

Kai; alias si kecil yang mengajukan tanya pun terkekeh menanggapi kalimat tersebut. Tak tahukah bahwa dirinya dan sosok itu justru berada di satu kapal yang sama?

Mereka bak menaiki kapal tanpa nahkoda yang arah perjalanannya tidak pernah mereka ketahui sedikit pun; cuma mengandalkan arus ombak. Kemana saja alam membawa, mereka tidak lagi peduli.

“Daddy gue juga terobsesi dengan barang-barang tertentu. Tapi, kenapa, ya? Gue enggak bisa kayak daddy.”

“Hah?” Ia menaruh stick ke lantai. “Maksud lo?”

“Gue kayaknya produk gagal?”

Kerutan di dahi si anak pecinta mobil semakin kentara. Ia dilanda kebingungan atas kalimat Kai yang terlalu acak serta luas pengertiannya.

“Produk? Lo bukan barang atau makanan, Kairav. Sejak kapan manusia punya julukan produk gagal? Emang manusia dibentuknya pake adonan?”

No ..., it's not like that. What should I do? Gue enggak sanggup lihat daddy gue hidup tanpa gairah, seakan-akan daddy gue nunggu gue dewasa, doang, setelahnya gue bisa gantiin posisi beliau dan dia bakalan pergi jauh.”

“Hm ..., pembahasan kita terlalu dewasa enggak, sih? Kita masih kecil, Kai. Urusan ini, enggak boleh kita pikirin sendiri.”

“Gue marah, gue kecewa sama diri gue. Gue enggak ngapa-ngapain.”

“Tenang, aja. Lo cukup hidup bahagia, Kai. Biar kita enggak berakhir kayak daddy kita. Ya, 'kan?”

“Ternyata punya orangtua yang kisahnya tertinggal di masa lalu enggak enak.”

“Tertinggal? Hah?”

“Daddy kita enggak bisa sembuh dan selalu hidup dengan bayang-bayang sewaktu mereka muda. Fokusnya sebatas bekerja, merawat anak, keluarga, pamor dan lain-lain. Cuma, jiwanya stuck di dunia lama.”

“Kairav, tanpa masa lalu mereka juga, kita enggak bakal berteman gini, lho?”

“Daripada ngelihat daddy menderita. I choose enggak dilahirin ke dunia.”

ARCHIGOS LAST MISSIONWhere stories live. Discover now