[ ARCHIGÓS LM - 30 ]

7.9K 1.5K 12.5K
                                    

Dont forget for follow Author acc:

@shnard994_

@alphaawordl

Or ALL RP ARCHIGOS :

@archigos_ofc
@terjagad_jagad

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF JUSEYO🥰

CHAPTER 30 — STRATIÓTIS



[ FLASHBACK ON ]

Moriz datang terlambat ke rumah sakit. Tetapi, ia tiba tepat waktu. Axel baru bangun dari tidur lelapnya. Posisi pria itu kini dibantu oleh Arsen dan Regan untuk duduk menyender ke kepala tempat tidur. Sontak, mereka menegok kompak ke arah utara, Moriz berdiri di ambang pintu.

Formasi awal Archigós generasi pertama akhirnya berkumpul kembali di ruangan ini. Meski sama sekali tak disangka-sangka, kebersamaan mereka justru di rumah sakit.

Moriz, Arsenio, Reganta, Aldebara, Axelion, Danish dan Morthen.

Keheningan sempat menghiasi ke-7 pria tersebut selama sepekersekian menit. Tak dapat dipungkiri bahwa atmosfer di antara mereka seolah menarik paksa mereka ke dalam euforia kenangan di masa lampau di kala mereka masih mengenakan seragam putih abu-abu.

“Gue sengaja enggak minta Raina dan Reza ikut kesini,” kata Moriz, memecah kesunyian.

“Anjir, gue lemah amat. Masa gini doang pengen nangis,” potong Arsen.

Netranya yang tadi telah kering kini berkaca-kaca. Arsen tak tahu, hatinya selembut itu karena perkara Archigós. Sial! Sial! Sial! Arsen bisa gila akibat terlalu merindu perasaan hangat yang ia rasakan sekarang.

“Gue ..., gue kangen banget sama lo pada,” jujurnya.

“Alah, boong,” sahut Axel.

Suara Axel tak pelak mencuri atensi. Axel menatap Arsen dengan tatapan meremehkan. Bibirnya mencibir, bermaksud menyindir perkataan Arsen yang menurut asumsi Axel sebatas tong kosong nyaring bunyinya.

Bagaimana tidak? Setiap anggota di ruangan tempat rawat inapnya sungguh munafik. Axel memalingkan wajah, mencari keberadaan seseorang. Obsidian pria pecinta minyak telon itu jatuh kepada sosok Regan.

“Enggak ada di antara kalian selain Danish yang nepatin janji.” Axel tertawa sumbang. “Kata lo semua kita bakalan bareng seperti janji kita pas Regan ulang tahun.”

Regan terhenyak— ulang tahun dirinya yang dirayakan bersama Archigós selepas semua problematika Raina dan keluarganya usai memang menjadi kenangan paling membekas di benaknya.

Axel bersorak keras; mengajak mereka tetap merayakan ulang tahun bersama.

Mereka kompak mengingkari janji sakral itu.

“Nish, gue ngomong, ya?” ijin Axel, ia menelisik Danish.

Sedangkan Danish, terdiam tanpa ekspresi. Danish paham akan sifat Axel. Dengan atau tanpa izinnya sekalipun, Axel pasti tetap bercerita mengenai pengalaman mereka berdua yang sebenarnya cukup bertentangan atas sikap Danish tadi.

“Gue sama Danish selalu berusaha ngehubungin salah satu dari kalian semua. Hasilnya nihil— lo semua kompak lepas tangan dan lepas diri,” ujar Axel. “Kenapa, sih? Kenapa enggak sesekali ngasih kabar? Sebatas ngomong lo semua baik-baik, aja. Gue mau kabar dari mulut lo semua. Bukan lewat kabar majalah Forbes.”

ARCHIGOS LAST MISSIONHikayelerin yaşadığı yer. Şimdi keşfedin