[ ARCHIGÓS LM - 24 ]

11.1K 2K 13.6K
                                    

Makasih dah tetap nunggu walau sekian purnama akhirnya baru update🦋🦋

Hai, jangan lupa follow wattpad Buna dulu yaps.

Meet gala author di IG :

@shnard994_

@alphaaword

Or ALL RP ARCHIGOS :

@archigos_ofc
@terjagad_jagad

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF JUSEYO🥰

CHAPTER 24 - THE S


 

Sulham membuka kelopak mata. Ia mengedar, memperhatikan dekorasi kamar. Desaign yang begitu asing bagi dirinya membuat Sulham dengan cekatan menyimpulkan— ia tidak berada di kos atau markas utama Archigós.

Ia membuang napas kasar. Sulham melupakan sesuatu yang penting akibat terlampau terlena akan kesederhanaan kehidupan yang kerap ia jalani sehari-hari.

Sulham merupakan cucu konglomerat pejabat berkedudukan tinggi negara Indonesia; Servio Elbarack. Ah, lihatlah sekeliling kamar yang begitu elegan, Sulham tertawa kecil. Bisa-bisanya ornamen kamar dipenuhi kilatan yang berkilauan berwarna emas.

“Already wake up, Sul?”

Manik Sulham otomatis mengarah ke sumber suara. Ia sempat bertemu pandang pada sang empu baritone. Tanpa disadari olehnya, ia langsung menghindari saling beradu pandang.

Sulham beringsut, ia berusaha bangun dan duduk ke tepian tempat tidur king size tempatnya terbaring. Demi tetap menjaga etika. Ia menunduk dalam, sesekali melirik kakeknya yang duduk di sof— the heck! Terletak sofa besar di kamar ini.

Sulham merasa seperti anak norak yang baru menjadi orang kaya.

“Papa kamu enggak bakalan dipenjara,” ujar si lawan bicara.

Sreet!

Sulham mendongkak, ia membelalak. “R-Really?” serunya.

“Moriz menangani kasus ini dengan baik. Itu harapan kamu, kan, Sulham?”

Sulham mengangguk secepat kilat, netra remaja tersebut berkaca-kaca.

“Tapi, gimana, dong? Harapan kamu bertentangan sama kemauan mama kamu?”

Ekspresi bahagia di pancaran wajah Sulham sirna seketika. Ia tidak mampu mencerna maksud kalimat Morthen. Ia mengerutkan alis, menuntut lebih banyak penjelasan mengenai hal barusan.

“Mama kamu bilang, kalau Ngalus enggak di penjara. Dia minta Ngalus mendatangani surat perceraian,” terang Morthen, ia menautkan jemari.

Menelisik Sulham selekat mungkin. Ia menelaah bagaimana setiap mimik yang terukir di tampang Sulham.

“Kenapa? Grandpa! Grandpa udah tau, 'kan? Archigós bakalan balik bentar lagi— berarti papa bisa berubah! Tolong, Grandpa bisa nunda sebentar keputusan mama. Sulham ngelakuin yang terbaik biar kami bisa kumpul bareng!”

Satu yang mendeksripsikan perasaan campur aduk di benak Morthen; nanar. Sebenarnya, mengapa mereka sampai di titik sehancur ini? Ngalus yang dahulu nampak sangat ceria, lembut dan tenang, kini merupakan Monster bagi keluarga sendiri seusai didiagnosis dokter bahwa ia alkoholic akut.

ARCHIGOS LAST MISSIONWhere stories live. Discover now