[ ARCHIGÓS LM - 25 ]

7.9K 1.6K 10.4K
                                    


Baca ulang dulu part kemarin biar inget alur.

Dont forget for follow Author acc:

@shnard994_

@alphaaword

Or ALL RP ARCHIGOS :

@archigos_ofc
@terjagad_jagad

SPAM KOMEN TIAP PARAGRAF JUSEYO🥰

CHAPTER 25 - TOLD THE TRUTH




“Kamu enggak pulang, Iyon?”

Ion mendongak ketika mendengar suara bernada hangat menyapa telinganya. Ia mengerjapkan mata, lalu mengukir senyum canggung sembari bergerak menggeser badan guna mempersilakan pria yang membuka percakapan duduk di sebelah dirinya.

“Masih pengen nungguin Yup— Jagad, Om,” balas Ion.

Ia sempat meralat nama akibat terbiasa memanggil Jagad dengan sebutan Yupi. Takut semisal apa yang ia lakukan menyinggung Raga; papanya Jagad.

Raga tertawa kecil, melunturkan atmosfer asing antar mereka berdua. Ia menyelonjorkan kaki, kemudian mengembuskan napas panjang. Sengaja mengajukan basa-basi, karena seluruh anggota Archigós sudah pamit satu persatu menyisakan Ion seorang diri di kursi tunggu depan ruang rawat inap putranya.

“Jadi kamu pencetus nama Yupi?” tanyanya. Ia menepuk pundak Ion. “Sampe anak Om ngelapor ke mamanya apa dia kayak yupi kenyel-kenyel makanya dipanggil kayak gitu.”

“Bukan saya, Om, saya ngikut Sulham. Suwer!” kilah Ion, menyatakan pembenaran diri.

“Sebenernya enggak masalah, sih— dulu kakek kamu dipanggil baby-boy sama Elder-Archigós. Lagian, itu kayak panggilan sayang, 'kan? Wong Jagad ceritanya sambil cengengesan seneng.”

“Jagad suka dipanggil Yupi? Kemarin dia ngamuk-ngamuk perasaan?” timpal Ion, refleks menggunakan bahasa santai.

Entah tanpa ia sadari atau tidak. Semudah itu Ion nyaman mengobrol dengan Raga. Padahal, Ion tergolong tak acuh pada orang yang baru ia kenal. Dirinya memilah-milah bercerita segamblang ini ke sosok yang baru ia temui.

“Jagad itu covernya aja blangsatan. Dia masih sering kayak bocah yang ngambekin banyak hal, Iyon.” Raga menerawang jauh. “Dia sederhana, enggak neko-neko, pasrah kalau dikibulin temen, asalkan temen-temennya bahagia. Termasuk kalau orang tuanya bahagia— dia enggak nuntut apa-apa, dia enggak ngerepotin siapa-siapa. Dia ..., dia cuma berpegang teguh dengan cita-cita dia, Yon. Persis seperti kakek kamu, yang udah gagal sebelum berjuang di lapangan.”

Ion mengepalkan tangan kuat-kuat, hatinya tercubit atas penuturan panjang Raga. Ia menunduk, kehabisan kata menanggapi kalimat lawan bicaranya.

“Om berharap, kamu enggak ngerasa bersalah,” lanjut Raga. “Om yakin, apa yang dilakuin Jagad semata-mata ngelindungin sesuatu yang dia anggap berharga. Tolong, jangan sia-siain ketulusan dia dengan mikir yang terjadi karena udah ngelindungin kamu, ya? Dia mungkin nyerah sama cita-citanya. Tapi, dia berhasil jadi temen yang baik.”

“Om—”

“Kamu enggak tega pulang? Ngerasa kamu penyebab Jagad di dalem?”

Ion tidak bisa berdalih, sebab perkataan Raga sepenuhnya tepat sasaran. Netranya bergulir, menghindari tatapan pria tersebut.

“Tenang— baik Om ataupun istri Om, enggak bakalan menyalahkan orang lain. Om juga bakal ngelakuin hal yang sama kalau di posisi Jagad.”

Sakit.

ARCHIGOS LAST MISSIONWhere stories live. Discover now