2 - Bitter Vergangenheit

133 13 1
                                    

Levi membuka mata perlahan. Tak biasa dirinya tertidur di atas meja kerja seperti ini. Bila ia tertidur hanya tidur terduduk dengan tangan terlipat di dadanya. Itupun hanya sejam dua jam. Entah jam berapa ia tertidur dan tak pernah sepulas ini. Aneh.

Belum saatnya membangunkan ibunya, Levi berjalan ke arah dapur, menyalakan api di dalam tungku. Setelah itu meletakkan teko di atasnya. Selagi menunggu air mendidih, Levi berjalan ke arah ruang duduk mengamati pemandangan pagi pertama di tengah hutan.

Pagi hari di hutan sangat menenangkan. Hanya ada suara gemercik air sungai dan sayup kicauan burung. Sinar mentari pagi perlahan masuk menembus kabut tebal, tak sabar ingin menerangi seluruh permukaan bumi. Kabut pun perlahan melebur di atas daun, rerumputan dan kelopak bunga menjadi embun yang jernih.

Airnya sudah mendidih, ia tuangkan pada teko berisi kantung teh. Beralih dengan memasak sarapan sederhana untuk dirinya dan ibunya.

Tak lama dari itu, Kuchel sudah berdiri di dekat dapur "Wangi tehnya menggugah selera"

Levi tak menoleh karena sibuk menyaring daun teh agar tidak ada yang masuk ke dalam tekonya, "Waktunya ibu berjemur"

"Baiklah" Kuchel akhirnya keluar menuju beranda rumah dan duduk mengarahkan dirinya terkena sinar matahari yang hangat. Rutinitas tiap pagi agar badannya terasa segar dengan menyerap oksigen yang banyak mengisi paru-paru lemahnya.

Levi datang menghampiri ibunya membawa baki berisi teh dan kudapan. "Nanti aku akan pergi ke kerajaan. Ibu mau menitip apa?"

Kuchel menggeleng pelan, tidak ada yang diinginkan di sana.

"Baiklah. Aku akan bersiap dulu". Levi pun kembali masuk ke rumah menuju meja kerjanya. Merapikan dan menggulung kertas panjang berisi rancangan-rancangan istana dan rumah. Levi adalah seorang ahli bangunan di kerajaan Paradies dan hampir seluruh bangunan di kerajaan dialah yang membuatnya namun kontribusi Levi tidak membuat dirinya terhindarkan dari pengusiran warga kerajaan yang memandang sebelah mata. Tidak adil memang, tapi begitulah kehidupan.

Levi bersih diri, menyelesaikan masakannya, menata meja makan dengan roti dan sup serta obat-obatan milik ibunya di samping gelas minum. Kemudian mengambil tasnya dan keluar. "Jangan lupa jam tujuh nanti ibu makan. Aku akan kembali sore"

"Hati-hati di jalan nak" Kuchel mengamati punggung anaknya menjauh dan menghilang dari kejauhan.

Kuchel memejamkan matanya mencoba merasakan sensasi hangat mentari pagi menyentuh kulitnya. Nyatanya muncul bayangan kejadian empat bulan lalu. Dimana ia berada di dalam kamarnya dengan batuk yang kencang berulang kali. Dan saat itu juga di depan pintu rumah yang tertutup sedang kedatangan banyak warga berteriak, sesekali mereka melemparkan batu karena terdengar bunyi yang cukup keras.

Salah satu warga berteriak kencang "Dasar wanita jalang. Sudahlah tua, penyakitan. Pergi dari kerajaan kami!!"

"Bukan penyakitnya sekarang yang bisa menular, tapi penyakit perusak moral juga", pernyataan yang disahuti dengan kata setuju oleh beberapa orang.

Perkataan mereka salah besar. Kuchel dulunya seorang pemilik juga koki restoran kecil. Karena dirinya seorang diri, naas ada tamu orang jahat yang memperkosanya hingga ia hamil dan melahirkan Levi. Sejak saat itu, restorannya makin sepi dan terpaksa menutupnya meski terkenal dengan masakannya yang lezat.

Beralih profesi menjadi juru masak di berbagai rumah orang kaya di kerajaan tetangga. Tak butuh waktu lama Kuchel diterima, namun yang terjadi adalah suami pemilik rumah itu tergoda dengan dirinya. Padahal dirinya tidak pernah menggoda, malah memfitnahnya habis-habisan di depan istrinya. Terpaksa Kuchel dipecat dan diusir.

Kuchel memang wanita cantik, sopan, lemah lembut dan juga pandai memasak. Hati lelaki mana yang tak tergoda melihat wanita idaman di hadapannya, bila dibandingkan dengan istrinya yang selalu berpergian dengan teman-temannya untuk menghabiskan uang.

Levi kecil selalu melihat ibunya menangis sendirian setiap malam. Mereka berdua selalu berpindah rumah hingga Levi dewasa dan selesai dengan pendidikannya.

Levi dan Kuchel menetap di kerajaan Paradies karena karir Levi yang bagus namun fitnah di masa lalu ibunya terdengar sampai di kerajaan yang mereka tempati. Padahal sudah sepuluh tahun Levi dan ibunya tinggal di kerajaan itu.

Tidak ingin terulang lagi, Levi membangun rumah di tengah hutan agar tidak terus menerus berpindah dan tidak diganggu oleh siapapun.

Air mata Kuchel menyelinap keluar dari sisi mata kirinya, kenangan buruk yang terlalu pedih dirasakan terlebih pada anak kesayangannya yang sejak kecil terus menguatkan dirinya.

Kuchel memberanikan diri untuk membuka matanya. Ini seperti melarikan diri dari masalah, namun satu-satunya cara agar cukup penyakit fisik yang ia derita bukan psikisnya yang akan lebih menyusahkan anaknya. Dengan kata lain, menyendiri agar bisa bernafas. Untuk ruang paru-paru karena sakitnya dan ruang batin yang sering menyesakkan dadanya.

Menatap bunga matahari yang tiap kelopaknya kini tegak menyapanya, Kuchel bisa bersyukur dengan hal-hal kecil yang membuatnya tetap ingin bertahan hidup.

The Wind at DawnWhere stories live. Discover now