14 - Frühlingsglaube

49 9 5
                                    

Tangan Petra gemetaran, kakinya tiba-tiba lemas tak mampu menopang tubuhnya.
Kenapa ini? Apakah ini yang dirasakan oleh manusia?

Levi hanya diam melihat Petra yang terduduk memandangi kedua tangannya. Levi mencengkram kedua bahu Petra agar segera berdiri dan berpindah ke tempat lain karena kemungkinan preman tadi akan segera sadar. Petra menurut, kepalanya terasa pusing.

Melihat kondisi Petra yang lemas, Levi membawa Petra ke sebuah taman di ujung pasar dengan tempat duduk untuk menenangkan diri.

Levi tak ikut duduk hanya berdiri di depan Petra yang masih sama saja posisinya memandang tangan yang gemetaran, "Kenapa kau lakukan kekerasan pada mereka?". Pertanyaan Petra membuat Levi mengernyit heran.

"Tch. Ini disebut pembelaan diri, kau dalam keadaan berbahaya" jawab Levi acuh. Tanpa ada respon, Levi menambahi, "Kau begini karena lupa dengan tujuanmu" dengan nada datar.

Dia benar, dia melupakan pada tujuannya, Frühlingsglaube, sebuah mantra mengapa dirinya saat ini berada di dunia manusia. Tekad musim semi yang tumbuh bersamaan dengan dirinya sebagai seorang elf.

"Ada yang terluka?" tanya Levi memandangi puncak kepala Petra yang tertunduk.

Petra menggeleng pelan, "Tak apa kalau kau duluan ke istana"

Levi menghela napas, mungkin ia harus menunda pergi ke istana. "Kau tinggal dimana?"

Mata Petra melebar, dia belum menyiapkan jawaban tentang diri manusianya.

Petra mengangkat kepala, "Aku tinggal dekat hutan"

"Asalmu?"

"Da-dari kerajaan, hm kerajaan sebelah" Petra jadi gugup.

"Kebetulan aku mau kesana, kau bisa tunjukkan aku jalan disana" kalimat datar Levi terdengar menusuk bagi Petra, sejenak menahan napas karena sama sekali ia tidak tau, memaksa untuk tersenyum, "Hmm, baiklah"

Sepanjang perjalanan menuju kerajaan sebelah, Petra panik di dalam pikirannya, mencari cara agar ia tidak ketahuan kalau sedang berbohong dan menutupi tentang dirinya. Matahari dirasa lebih terik dari biasanya, wajar kalau musim panas. Kepalanya terasa berat, pandangannya mengabur dan Petra jatuh pingsan.

**

Petra membuka matanya perlahan. Kali ini dia tidak merasa asing.
Langit-langit rumahnya Levi
Hah?
Petra buru-buru bangkit dari tidurnya. Ia kini sedang berada di atas sofa ruang tengah. Tercium aroma yang menggugah selera dari arah dapur dan wanita berambut hitam tengah mengaduk sebuah panci.

"Sepertinya kau sedang lapar dan terbangun karena aroma masakan" ujar Kuchel tersenyum.

Petra lupa dengan kondisinya yang setengah manusia. Baru pertamakali mengetahui rasa lapar dan pingsan karenanya. Memalukan sekali.

Petra menutup wajah dengan telapak tangan karena merasa malu?

Kali ini emosinya juga seperti manusia.

"Sebentar lagi sudah jadi. Duduklah di meja makan" ujar Kuchel sambil memadamkan kobaran api di dalam tungku.

Petra menurut, matanya mencari Levi yang sepertinya sedang tidak ada di rumah.

Seakan tau, Kuchel tersenyum sambil membawa panci yang mengepul, "Levi langsung pergi ke kerajaan Marley menemui klien. Kita makan terlebih dulu yuk"

Beberapa peralatan makan ada di hadapan Petra. Kuchel menuangkan isi di dalam panci ke piring cekung Petra dan miliknya. Petra hanya diam menunggu Kuchel makan terlebih dahulu agar bisa mengetahui cara memegang peralatan. Hingga Petra bisa mempelajarinya sendiri.

Suapan pertama, Petra merasakan rasa gurih dari berbagai macam bahan dan bumbu. Seenak ini masakan buatan manusia.

"Bagaimana rasanya?" tanya Kuchel berhati-hati.
Petra tersenyum lebar, "Enak sekali. Sungguh. Ini kali pertamaku mencicipi ini"
"Benarkah? Ini hanya Kartoffelsuppe biasa"
Petra memakannya dengan lahap, membuat senyum Kuchel melebar.

"Namamu siapa?" tanya Kuchel saat mereka masih makan.
"Panggil saja Petra"
"Aku belum pernah melihatmu sebelumnya, sepertinya kau tinggal cukup jauh dari sini"
"Ah tidak juga, hanya sekitar sini"
"Kau cantik, Petra. Sungguh, aku senang melihatmu"
"Ah begitu ya. Hmm, aku harus memanggil anda dengan sebutan apa?"
"Namaku Kuchel. Panggil ibu saja ya biar kita jadi akrab"
"Terimakasih, ibu. Sebenarnya kaulah lebih cantik daripada aku"

Kuchel tertawa ringan. Sudah lama rasanya ia tidak memiliki teman untuk mengobrol, terlebih pada wanita.

"Aku kaget saat Levi menggendongmu yang sedang pingsan dibawa sampai ke rumah. Bagaimana ceritanya?"
Mereka akhirnya berbincang dengan hangat seperti mereka sudah berteman sejak lama. Membahas banyak cerita tentang Kuchel juga tentang Petra yang kebanyakan Petra mengarang dengan menyesuaikan versi manusia. Seperti saat ditanya apa pekerjaan Petra, Petra menjawab dirinya seorang penanam dan perawat bunga. Tidak berbohong kan?

Hingga Kuchel dengan antusias menawarkan, "Tinggallah bersama kami disini, Petra"

Mata Petra melebar.

The Wind at DawnWhere stories live. Discover now