29 - Morgenröte

39 7 0
                                    

Zeke tidak menyerah, tiga pasukan yang terkena serangan lebah ia tinggalkan. Masih ada dua puluh orang lainnya yang berada di belakangnya.

Serangan serigala diawal pertarungan, mudah dikalahkan dengan tiga peluru yang menancap di tubuh serigala itu. Tidak sembarang orang bisa memiliki senjata terbaru yakni pistol.
Sepanjang perjalanan, biji ek menimpa mereka. Itu bukan halangan baginya yang akhirnya terhenti juga setelah barisan pohon ek tidak ada. Kemudian tiba-tiba batang pohon menimpa mereka, tidak berhasil karena besarnya pohon yang jatuh dihalangi oleh pohon lainnya.

'Kemampuan elf hanya segini'
Zeke membelokkan kudanya sebelum mendekat pada gunung Zugspitze, yakin jaraknya akan semakin dekat.

**

Siang hari, udara di dalam hutan menjadi lebih padat. Kabut menyelimuti tiba-tiba yang turun dari gunung. Jarak pandang mereka menjadi terbatas.

Petra berteriak pada Levi di depannya, "Aku gunakan sayapku untuk mengarahkan kita"

"Jangan, sayapmu menembus kabut ini dan mereka akan tau. Ini kesempatan kita untuk mendekati sungai dan berjalan menuju rumah"

"Apa kau yakin Levi? Kita kembali ke rumah sebelum sore?"

"Ya, suara kuda berlari akan mudah terdeteksi. Kita hanya perlu jalan kaki" terdengar sayup aliran sungai dan Levi turun dari kuda. Petra yang merasa tak yakin tetap menurut.

Langkah Levi berhenti tiba-tiba. Menyuruh Petra juga berhenti dengan gestur tangan. Terdengar suara kuda yang berlari kencang, Levi mendengar dengan seksama. Hingga suara itu terdengar menjauh. Levi menduga mereka akan pergi ke arah kerajaan Marley.

Setelah yakin tidak ada suara, Levi menaiki kudanya kembali dan Petra kesulitan menaiki kudanya. Ikatan pelananya terlepas karena putus. Mungkin terkena batuan tebing yang tajam.

"Tinggalkan saja kudanya disini. Naiklah" Levi turun dari kudanya agar Petra menaiki duluan dan Levi di belakangnya. Levi memacu kuda berlari kencang ke arah rumahnya.

Deru napas Levi terasa di leher Petra yang membuatnya bergidik. Terlalu intim dan dekat. Petra menutup matanya dan menggigit bibir, berusaha untuk fokus.

Tepat saat fajar hampir terbenam mereka sampai pada rumah. Teman-teman elf Petra datang menghampiri, "Maafkan kami yang telah gagal menghalangi mereka"

"Saat ini, seperti biasa. Kita harus bersiaga" ucap Petra yang menahan malu karena belum turun dari kuda dilihat oleh teman-temannya meski ia tau kalau elf tidak bisa merasakan itu

"Baiklah" Oluo dan lainnya berpencar. Levi turun dari kuda diikuti Petra.

Levi melihat jam di sakunya, "Butuh perjalanan lima jam kesini setelah mereka menyadari tidak ada keberadaan kita di kerajaan Marley. Setelah mereka mendekat kesini, kau bersenandung agar mereka tidur. Dengan begitu kau selamat sampai fajar tiba"

"Terimakasih, Levi"

"Belum saatnya, kita harus berhasil lewati malam ini" Levi menarik kuda untuk disembunyikan tidak dekat dari rumahnya.

Langit mulai gelap dan bintang mulai satu per satu menampakkan kilauannya. Petra dan Levi saling terjaga untuk kedua kalinya, jantung Petra berdetak dua kali lebih cepat. Ia gugup dan takut. Levi memberikan teh hangat untuk Petra. Api dapur segera dimatikan setelah mendidihkan air.

"Terimakasih Levi" Petra menyesap teh yang seketika bisa membuatnya rileks. Levi terdiam, mengamati lekat wajah Petra.

Mereka saling diam, bukan karena tidak ada bahan yang bisa mereka obrolkan. Lebih dari tatapan dan hati yang berbicara.

Tiba-tiba dua lonceng berbunyi, tak disangka secepat itu mereka sampai. Petra dan Levi bersiap berada di belakang ambang pintu. Tak lama derap kuda menghampiri di depan pintu rumah. Waktunya Petra bersenandung, menautkan kedua tangannya dan

'Dor.. Dor.. Dor'
Suara pistol bersahutan. Memecahkan kaca jendela dan melubangi pintunya. Peluru itu mengenai Petra, berdarah dan sakit. Levi memegangi Petra yang terjatuh. Levi membopong Petra untuk bersandar di dinding yang tak menghalangi pintu. Petra mengaduh pelan dan memegangi lengan kanan yang tertancap peluru. Leb

Suara pistol berhenti. Levi mengeluarkan pisau untuk bersiap. Menunggu langkah kaki mendekati rumahnya. Semakin dekat, Levi bersiap di balik pintu.

Levi mendobrak pintu hingga menimpa satu orang dibawah. Kemudian menebas ke arah ulu hati. Pistol gaduh berbunyi mengarah pada Levi.

Petra di tempatnya menyanyikan senandung tidur. Sudah ia nyanyikan sampai bait hampir berakhir namun masih terdengar suara Levi yang bertarung seorang diri.

Petra beranjak dan keluar rumah. Bernyanyi dengan lantang dari akhir bait senandung tidur. Pistol mengarah padanya sekarang. Dengan mudah semua pasukan tertidur.

Tangan Levi penuh dengan darah dan cipratan yang mengenai wajahnya. Levi berbalik mendapati Petra yang terduduk dengan Zeke dibelakangnya mencabut sebelah sayap Petra.

Zeke tertawa merasa menang, dengan liar Levi mendekati Zeke dan mencekiknya. Rupanya Zeke menyumbat di kedua telinganya dengan kapas. Levi geram.

Dua penjaga dari tempat Hange menyusul dan menyampaikan pesan pada Zeke. Penjaga itu hanya mencari informasi tentang kelebihan elf, salah satunya senandung. Serta kelemahan manusia setengah elf, yaitu mencabut sebelah sayap.

"Ce.. cekik hing.. ga a..ku ma..ti" ucap Zeke terbata-bata kehabisan napas. Levi makin mengeratkan.

"Levi, ku mohon jangan membunuh" teriak Petra sambil menangis. Levi masih mengeratkan genggaman.

"Levi, ku mohon jangan".
Levi melepaskan cengkraman. Sudah terjadi, kenyataan bahwa Levi telah gagal melindungi Petra.

Zeke terduduk, memegangi lehernya yang sakit. Levi menyelidik, "Apa tujuanmu sebenarnya?"

"Aku.. hanya ingin tidak ada elf di dunia ini. Kalau saja ibuku bukan dari kaum dia, aku tetap menjadi raja" kalimat Zeke membuat Levi naik darah tapi percuma untuk berbicara dengan pria gila.

"Bawa semua pasukan bodohmu ini"

Zeke menjawab dengan santai sambil berdiri, "Mereka memang bodoh masih menuruti permintaanku"

Zeke menyeret pasukannya yang tertidur dan terluka ke sungai, Levi tak perduli dengan itu. Mementingkan Petra yang kesakitan, membopong tubuh Petra. Sebenarnya Levi gamang harus membawa Petra ke Erwin sebagai dokter atau Hange yang lebih tau tentang elf.

Mengetahui guratan wajah Levi, Petra berucap pelan, "Kita pulang ke rumah saja"

The Wind at DawnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang