20 - Morgenstemning

33 7 0
                                    

Levi terbangun di sofa panjang ruang tamu, rupanya ia tertidur. Kapan, saat bercerita dengan Petra dan ia lupa setelahnya. Tidak ada salahnya untuk tidur tapi aneh saja akhir-akhir ini sering tertidur semenjak Petra datang. Ah, Petra. Levi mendengus pelan memegang keningnya.

Tercium aroma menggugah selera teh hitam favorit Levi yang membuat mengarahkan pandangannya pada Petra yang menggenggam baki berisi dua cangkir teh dan teko. Di belakang Petra, Kuchel juga membawa baki berisi sarapan mereka yang sudah jadi. "Ayo sarapan Levi" Kuchel mengajak Levi.

Beranjak dari kursi menuju kursi makan di sebelah Petra. Petra menuangkan teh ke cangkir milik Levi juga milik Kuchel. Levi memegang cangkir khas dirinya, menghirup hangat teh dan menyesapnya. Petra memandang Levi lekat karena menantikan tanggapan dari teh buatan pertamanya.

Levi melirik, "Bagaimana rasanya?" tanya Petra dengan suara agak berhati-hati.

"Tidak buruk"

Petra tidak suka dengan jawaban Levi hanya bisa tersenyum getir dan mengalihkan pandangan.

"Kalau kau penasaran, coba saja" Levi menyodorkan cangkir miliknya ke arah Petra. Tawaran yang membuat Petra penasaran langsung ia terima. Menyesap teh itu cukup lama, merasakan sensasi pahit dengan aroma yang menenangkan, pantas saja Levi menyukainya.

Cangkir Levi yang diminum Petra, ia kembalikan. Levi hanya menatap cangkir itu, bukan tapi tertuju pada pinggiran cangkir yang di-

"Cepatlah diminum sebelum tehmu menjadi dingin" ujar Kuchel tersenyum simpul di balik cangkir, sedikit iseng ke anaknya.

Tch, tidak usah dipikirkan, Levi meneguk sampai habis. Barulah Petra tersenyum senang.

**

"Baiklah, aku pergi dulu Mikasa" Eren mencium bibir Mikasa kemudian melambaikan tangan. Petra melihat dari kejauhan membulatkan mulutnya dan Levi di sebelahnya nampak biasa saja.

Petra yang penasaran langsung bertanya pada Eren saat Eren sedang menghampiri, "Itu tadi kalian melakukan apa?"

Wajah Eren memerah menahan malu, suara yang dikeluarkan jadi tepatah-patah "A-ah, i-itu, a-apa, hmm" sambil menggaruk tengkuknya.

"Kita harus segera berangkat" Levi mengalihkan, berbalik badan. Petra dan Eren mengikuti dari belakang.

Masih dengan rasa penasarannya, Petra bertanya lagi, "Tadi yang kalian lakukan apa?"

"Hmm, sepertinya umurmu lebih tua daripada aku tapi kenapa kau tak tau yang aku lakukan pada Mikasa tadi?" Eren berbalik tanya.

"Ah itu karena aku selalu di dalam hutan. Jadi tidak tau apa yang dilakukan kebanyakan orang" kali ini alasan Petra tidak berbohong, sebab bicaranya jadi mengalir begitu saja.

"Itu ciuman, kau bisa lakukan kapanpun. Saat bertemu, saat rindu, saat berpisah bahkan saat ingin sekalipun. Itu berasal dari sebentuk cinta yang kau maksud Petra" Eren menjelaskannya sambil memandang langit yang sebagian tertutup oleh dahan pohon.

"Pantas saja aku melihatnya terkesan indah dan menyentuh. Kau hebat Eren" sikut Petra membuat Eren jadi salah tingkah.

"Kalau kau hanya membahas itu, kau nanti lupa pada tujuanmu, kau harus-" ucap Levi tak sampai menolehkan kepalanya, hanya sebagian wajah yang terlihat. Mata Petra beralih pada bibir Levi yang ranum. Seolah gerakan bibirnya itu menjadi kian lambat dan setelahnya suara Levi jadi tak terdengar. Kemudian menjadi teringat pada kejadian tadi pagi saat sarapan. Saat cangkir Levi menyesap teh dan bergantian dengan dirinya. Terdengar pula ucapan ibu Kuchel yang nada menggoda anaknya agar segera mengecup balik bekas minum milik Petra.

Petra mematung dan menutup bibirnya dengan kedua telapak tangannya berarti aku tidak sengaja berciuman dengan Levi. Aduh.

Langkah Eren terhenti, begitu pula dengan Levi. "Kau kenapa Petra?" tanya Eren padanya.

"Aku tidak apa-apa" Petra menggelengkan kepala, bohong karena degup jantungnya berdetak tak keruan dan itu artinya bukan tidak apa-apa.

Melangkah cepat, mendahului yang lainnnya agar tidak perlu melihat sosok Levi di depan matanya.

The Wind at DawnWhere stories live. Discover now