15 - Da ist sie, Petra

49 7 0
                                    

Tinggallah bersama kami disini, Petra.
Raut wajah Kuchel yang sumringah membuat Petra menjadi kikuk harus menjawab apa. Dia tidak boleh berlama-lama disini karena takut ketahuan, cukup Nifa dan neneknya yang tau tentang kebenaran dia.

Petra menggeleng pelan, "Maafkan aku bu, aku sudah memiliki tempat menginap. Tapi aku pasti akan sering berkunjung kesini"

"Hmm, begitu ya. Tapi ada benarnya karena sekamar denganku nanti khawatir kau akan tertular" ucap Kuchel sambil menundukkan kepala, terlihat kecewa.

"Bukan begitu bu, a-aku -" kalimat Petra belum selesai. Di belakangnya, pintu utama sedang terbuka. Levi sudah pulang.

"Akan ku buatkan kamar untukmu" Levi sepertinya mengetahui isi percakapan mereka. Mata Kuchel langsung berbinar lagi ke arah Petra. Tak ada jalan lain untuk menolak keramahan mereka berdua yang terkesan 'memaksa'

**

Levi langsung bergegas mengambil peralatannya dan menggulung lengan kemeja panjangnya. Mengubah ruang penyimpanan menjadi sebuah kamar untuk Petra dan peralatan kebersihannya ia buatkan lemari baru 'khusus' yang nanti diletakkan di sebelah lemari bukunya. Dari siang hingga larut malam Levi mengerjakan itu semua dan Petra turut membantu dengan mengangkat lemari dan ranjang tidur itu ke dalam, hal mudah yang dikerjakan Petra.

Semenjak tadi Levi menggendong Petra menuju rumah, ada hal yang aneh di balik jubah panjang yang dikenakannya. Sepasang sayap keemasan di punggung Petra. Saat itu pula dia yakin tidak sedang bermimpi bahwa sebelumnya dia merasa ada seorang wanita memanggil namanya. Tapi Levi penasaran mengapa dia bisa berubah ke wujud manusia.

Mereka duduk bersama di sebuah batu besar di pinggir hutan untuk istirahat sejenak.

"Petra"
"Ya, ada apa Levi?"
"Kau berasal dari kerajaan apa?" Levi hanya mengetes seberapa jauh dia bisa mengarang cerita.
"Kerajaan Marley" nama kerajaan yang baru Petra ketahui saat berbincang dengan Kuchel.
"Di sebelah mana?"
"Dekat hutan sini. Bukan?" jawab Petra dengan jeda, ragu.
Levi menggeleng, salah. Levi mendesah pelan untuk membuka percakapan sebenarnya, "Sejak kapan kau berubah wujud menjadi manusia?"

Petra menahan napas sejenak berbalik tanya, "Sejak kapan kau mengetahuinya?"

"Aroma bunga dari tubuhmu. Mengangkat beban satu ton di pasar tanpa kesulitan" yang benar saja, tidak ada manusia ia kenali seperti itu meski ia maniak kebersihan dan julukan manusia terkuat melekat padanya. Ada jeda dari pernyataan Levi, "Dan membawamu ke rumah dalam keadaan pingsan. Semua kentara"

Begitukah? Petra ternyata tidak pandai menutupi tentang dirinya. Petra jadi tertunduk lemas.

"Orang lain bisa kau bodohi, tapi tidak denganku" tatapan Levi kepadanya seakan bisa membaca pikiran Petra.

"Aku baru berubah sejak fajar tadi"

"Tujuanmu ke istana untuk apa?"

"Aku membaca suratmu, surat dari pihak kerajaan. Hutan sebentar lagi akan dimusnahkan menggantikan istana baru. Ini tidak bisa dibiarkan dan berubah menjadi manusia karena tekadku melindungi hutan" air muka Petra nampak bersungguh-sungguh.

"Aku juga tak membiarkan itu terjadi" Levi menatap sungai yang saat ini mengalir tenang, terlihat gelap, menyisakan pantulannya sinar rembulan disana.

"Aku sudah memberikan rancanganku. Tapi mereka tetap bersikukuh untuk membangun di hutan. Mereka keparat sengaja melakukannya untuk perluasan wilayah. Sialan" Levi benar-benar membencinya.

"Usahamu akan sia-sia kalau kau mendatangi ke istana mereka. Kau perlu mencari adik dari raja keparat itu. Eren Jeager. Dia berada dekat dengan hutan, tinggal bersama dengan kekasihnya" lanjut Levi. Sejauh dari informasi simpang siur yang ada tapi Levi sudah memastikannya dari silsilah kerajaan di dalam istana. Bagaimana bisa Levi mengetahuinya? Dia menyelinap masuk dengan caranya.

"Aku bisa terbang mencarinya. Tapi untuk apa aku harus bertemu dengan dia?"

"Adiknya adalah pewaris tahta sebenarnya"

"Apakah dia memiliki nurani yang sama dengan saudaranya itu?"

"Setidaknya dia pernah merasakan bagaiman kehidupan di hutan" untuk soal itu mereka harus bertaruh.

Petra mengangguk, ada secercah harapan dari seseorang yang bernama Eren yang akan menggantikan posisi raja saat ini menjadikan hutan adalah tempat berlindung bagi hewan dan tumbuhan, bukan manusia rakus.

"Berapa hari lagi kau berubah menjadi manusia? Manusia seutuhnya"

"Lima hari, untuk sekarang jadi empat. Aku masih setengah manusia setengah elf. Selama itu aku tidak boleh kehilangan nyawaku karena akan kehilangan keduanya". Sebenarnya Petra cukup khawatir untuk ini. "Bersediakah kau membantuku?"

Levi tak menjawab. Hening sesaat, Petra bangkit dari duduk untuk masuk ke rumah, "Berjanjilah padaku untuk tidak mengatakan ini pada orang lain"

Levi hanya diam lagi, namun bagi Petra anggap saja itu adalah tanda setuju kemudian Petra meninggalkan Levi yang masih termenung di tepi sungai.

**

Sudah pukul dua, pikirannya melayang kemana-mana memikirkan kemungkinan saat bertemu Eren nanti. Tapi matanya sendiri sangat berat hingga ia baru sadar menjadi manusia merasakan ngantuk bila kelelahan. Dan berarti Levi? Ya, nampak dari selipan pintu lampu kerja Levi masih menyala.

Untunglah Levi mengajak untuk menginap disini, mengetahui tentangnya dan merahasiakannya karena fakta Levi adalah sosok seorang yang hanya bicara seperlunya.

Petra bersenandung agar si empu itu tertidur. Senandung yang ia lantunkan selalu saja berhasil dalam hitungan detik karena jam tidur milik Levi terlihat tidak ia lakukan dengan benar. Levi terlampau lelah hingga kantung matanya adalah bukti dari kerja kerasnya sepanjang ratusan malam.

Petra beranjak dari kamarnya. Ada Levi yang tertidur berpangku tangan di atas meja. Dengan sekali gerakan, Petra menggendong Levi. Memindahkan Levi ke sofa agar ia tidur dengan posisi nyaman.

Lihatlah wajahnya, terlihat menggemaskan kalau sedang tidur.

Jadwal tidur Levi akan teratur tiap harinya selama waktu menjadi setengah manusia setengah elf milik Petra. Fajar nanti tersisa empat hari. Ia harus bergegas.

The Wind at DawnМесто, где живут истории. Откройте их для себя