13 - Aus der Neuen Welt

46 8 0
                                    

"Kenapa kau menjadi manusia, Petra?"

Petra sedikit ragu untuk menceritakan tentang dirinya. Dia sudah dibantu banyak oleh Nifa dengan meminjamkan pakaian miliknya.

"Bisakah kau merahasiakan ini?"

Nifa mengangguk mantap, "Kau bisa percayakan padaku"

Petra menarik napas dulu, "Baiklah, aku memiliki misi tentang-"
Dari arah pintu depan terdengar bunyi ketukan.

"Tunggu sebentar, ada pelanggan nenek yang mengambil pesanan" Nifa bergegas keluar kamar. Begitu pula dengan Petra dengan memakai tudung pemberian Nifa dan ikut keluar kamar.

Pelanggan yang dimaksud adalah seseorang yang sangat Petra kenali. Tatapan tajam milik lelaki itu beradu pandang dengan mata Petra yang melebar, tak menyangka bertemu dengan Levi di tempat ini.

Cukup lama mereka saling pandang hingga Nifa jadi penasaran, "Kalian saling mengenali?"

Langsung Petra menampik, "Ah tidak, aku tidak mengenalinya"

"Levi, kau datang pagi sekali. Tumben" tanya Nifa ke Levi.

"Ini sudah jam 10. Aku mau ke istana kerajaan" jawaban Levi membuat kaget Nifa yang ternyata sudah melebihi jam berangkat kerjanya.

"Bolehkah aku ikut? Aku juga ada perlu ke istana kerajaan" tanya Petra.

"Terserah kau" jawab Levi sambil berlalu. Petra berjalan cepat menyusul Levi, sebelum itu ia menggenggam tangan Nifa berpamitan, "Nanti akan aku ceritakan. Terimakasih sudah menolongku"

"Ya, tak masalah Petra" Nifa menepuk ringan genggaman tangan Petra. Petra mengangguk dan melangkah keluar rumah.

Levi berdiri bersandar pada tembok sambil melipat tangannya di dada. "Ayo kita berangkat" ucap Petra sumringah karena Levi memperbolehkan dirinya untuk ikut.

**

Jalanan kini mulai padat dengan aktivitas pagi warga. Kali ini Petra merasa terperangah melihat serba serbi kesibukan manusia. Kurang lebih hampir seperti melihat kejadian langsung apa yang diceritakan Nifa. Pakaian adalah simbol dari berbagai pekerjaan.

Melewati pasar, ada sekumpulan penampil atraksi memperlihatkan kemampuan dalam mengangkat beban berat. Petra jadi tertarik dan ikut melihat. Warga yang menonton bertepuk tangan saat penampil mengangkat tinggi sebuah drum bermuatan bongkahan batu. Petra ikut bertepuk tangan setelah melihat di kanan-kirinya. Beberapa orang lainnya melemparkan sebuah kepingan logam mengkilat ke arah saputangan di depan dan penampil itu tersenyum puas.

"Ada yang mau menantangku?" teriak penampil ke arah penonton. Penonton melempar pandangan, tidak ada yang mengajukan diri.

Ikut dalam kesenangan, Petra mengangkat tangan.

"Kemarilah" ajak si penampil. Petra berjalan ke depan dan langsung mengangkat drum itu tanpa kepayahan. Semua penonton melongo, begitupun sang penampil yang bertubuh kekar.

Petra terbiasa menyemaikan benih-benih bunga. Benih-benih itu besarnya sepuluh kalinya melebihi besar tubuhnya yang ramping. Tidak ada pekerjaan yang berat. Semua bisa teratasi dengan sekali angkut.

Sepersekian menit dari keterkejutan, barulah penonton dan penampil bertepuk tangan riuh sambil berteriak senang.

Petra tersenyum lebar melihat reaksi penonton, lalu ia memutar drum itu. Menambah riuh teriakan "Waaah" dan "Wooooh" lainnya. Dalam sekejap, lemparan kepingan logam mengkilat banyak datang menghampiri Petra. Petra meletakkan drum itu, pikir Petra tanda mengakhiri sebuah pertunjukan adalah saat dilempari benda itu.

Petra berangsur pergi, namun tangannya ditahan.

"Tunggu, ikutlah denganku untuk melakukan atraksi lainnya" kata penampil tadi.

Petta menggelengkan kepala, "Maaf, ada yang harus aku lakukan"

Penampil itu langsung membungkus sapu tangan miliknya dengan beberapa logam mengkilat di dalamnya, "Setidaknya kau bawa uang ini, ini milikmu"

Petra menerima begitu saja sambil mengucapkan terimakasih dan berlari menghampiri Levi yang menatap Petra jengkel. Hanya "tch" yang keluar dari mulut Levi saat Petra datang.

'Memangnya aku salah apa'

Petra mengedarkan pandangan, melihat kesana-kemari, mencoba berbagai buah yang dijual, dan semua yang dijual di pasar terlihat menarik.

"Kau kehilangan fokus pada tujuanmu kesini" akhirnya Levi jengah mengekor Petra ke beberapa kios pasar.

"Ya, tapi ini caraku mengenal mereka. Hmm, mungkin kamu ada benarnya. Kenapa kau baru mengingatkan aku sekarang?"

"Pikirkan tujuanmu" Levi berjalan lurus tak memperdulikan Petra. Petra belajar menanggapi sifat manusia. Kenapa dengan mudah mereka marah, senang dan acuh.

Petra berjalan mencoba mengikuti Levi namun karena padatnya jalanan membuat punggung Levi tak terlihat. Petra kebingungan mencari Levi dengan berdiri di tengah persimpangan. Hingga tangannya ditarik paksa oleh seseorang.

"Levi?" mata Petra melebar mendapati bukan seseorang yang ia cari. Tiga orang lelaki dengan wajah seram yang membuat Petra bergidik ngeri.

"Nona manis, kau sepertinya mau traktir kita dengan uang sebanyak itu"

Eh? Uang? Mungkin yang dimaksud adalah isi didalam saputangan ini.

Akhirnya tiga lelaki itu menyeret Petra ke gang yang lebih sempit dam sepi. Petra manut saja dan bingung mencari cara agar lolos tanpa menggunakan kekerasan. Kekerasan adalah suatu hal yang tidak boleh dilakukan dalam peraturan manusia bukan?

Hanya satu yang ia pikirkan, terbang. Tapi itu tidak mungkin ia lakukan disini. Mendadak tangan Petra gemetaran, merasa takut.

Dengan cepat ada sesuatu yang melintas di depan kepalanya. Pendaratan kaki yang sempurna di kepala seseorang hingga tersungkur. Memukul di bagian perut dan juga rahang. Tak sampai hitungan menit, tiga lelaki itu sudah di tanah akibat perlakuan Levi.

Levi datang menyelamatkan Petra.

The Wind at DawnWhere stories live. Discover now