24 - Elfenpflicht

33 6 0
                                    

Levi dan Petra berjalan berdampingan saat kondisi jalanan mulai lengang. Untuk berjaga-jaga, Petra menyanyikan senandung tidur di balkon lantai atas yang mengarah keluar sedangkan Levi, Hange dan timnya sudah disumbat telinga dengan kapas. Petra bersenandung yang berhasil membuat sepanjang jalan gang depan rumah Hange tertidur. Petra agak bersalah menyakikan senandung di tempat yang tidak sepantasnya karena mereka akan tertidur hingga fajar tiba, tapi ini hanya satu cara agar ia dan Levi bisa kembali ke hutan tanpa ketahuan.

"Aku berhasil menyanyikan senandung tidur" Petra tertunduk lesu.

Hange yang masih bersemangat ingin melihat langsung kekuatan Petra pada manusia, dan benar saja mata Hange berbinar. Mencoba membangunkan salah satu pria yang berada di gang sempit, sepertinya penjaga kerajaan yang menyamar, dengan menggoyangkan badannya berkali-kali dan berteriak sekencang-kencangnya di telinga yang tidak mempan untuk membangunkan penjaga itu.

"Kau hebat sekali Petra" ucap Hange menggenggam kedua tangan Petra dengan semangat. "Tenanglah ketua tim" teriak Moblit di sebelah Hange karena takut meremas tangan Petra terlalu kuat tapi malah tangan Hange yang kesakitan. Hange mengaduh kencang tapi juga senang, "Gilaaa, kekuatannya gila kuat banget".

"Aku pulang dulu, kacamata. Carilah tau tentang ibu monyet sialan itu"

Hange berubah mode menjadi serius, "Itu pasti, aku akan mengabarimu besok"

"Pastikan tidak ada yang mengikutimu. Erwin pernah diikuti oleh Colt"

"Tenang saja, Colt akan sibuk dengan pertemuan kerajaan. Kalau rencana Eren menggulingkan tahta itu berhasil, Petra akan aman" Hange tersenyum ke arah Petra.

Petra tersenyum balik, hanya ada perasaan asing yang dirasakannya. Levi berbalik menuju hutan, Petra melambaikan tangan dulu dan mengikuti langkahnya dengan Levi. Ditemui beberapa orang yang tergeletak tidur di jalanan yang membuat Petra merasa bersalah.

"Mereka tidak mati, Petra. Nyawamu yang separuh itu terancam" ucap Levi meyakinkan Petra. Petra mengangguk meski penggunaan kata 'mati' tak ia mengerti tapi tetap saja terdengar menyeramkan.

Mereka berhasil mencapai hutan, ternyata Eren menunggu mereka, "Aku belum mengatakan apapun tentang besok. Sepertinya aku bisa menerobos masuk dibantu Armin dan pertemuan kerajaan itu akan diadakan siang nanti"

"Oh, begitu"  Levi merespon singkat. Petra menambahkan, "Semoga besok berhasil Eren, tapi aku tidak bisa menemanimu"

"Eh? Kenapa?"

"Kau fokus pada rencanamu dan pastikan saudara tirimu tidak menyuruh siapapun di kerajaan untuk mendekati Petra" Levi menjawab itu.

Eren kebingungan, dugaannya malah mengarah ke soal lain, "Kau cemburu ya, Levi? Syukurlah ternyata kau normal"

"Hah, apa maksudmu? Fokus saja pada rencanamu. Dan tekadmu untuk menjaga hutan terealisasi"

Eren sama sekali tidak mengerti dengan pembicaraan Levi tapi ia mengungkapkan keraguannya, "Apakah yang aku lakukan ini benar? Maksudku, aku terlalu muda untuk menjadi raja"

"Tapi kau sudah berani melanggar aturan kerajaan dengan kabur bersama pacarmu"

"Aku tidak melanggar ya. Mikasa benar-benar berasal dari keturunan kerajaan"

"Gunakan otakmu, yang ku maksud adalah kau kabur meninggalkan istana padahal kau seharusnya yang menjadi raja"

Eren tertunduk menyadari kesalahannya, "Iya, aku telah berbuat salah. Kini aku harus bertanggung jawab soal ini"

Petra mengambil tangan kanan Eren, mengusapnya pelan "Aku yakin kau akan menjadi raja yang adil dan dicintai oleh rakyatnya. Aku menitipkan hutan di tanganmu, Eren. Ingatlah itu selalu".

"Pasti, aku akan menjaganya sama halnya aku menjaga Mikasa" mata emerald Eren yang bersinar membuat Petra yakin bisa menitipkan masa depan hutan di tangan Eren.

"Terimakasih Eren. Semoga berhasil untuk besok. Sampaikan salamku untuk Mikasa" Petra tersenyum menatap mata Eren. Levi pergi berlalu yang diikuti Petra.

 Keesokannya, dengan bukti yang valid dipaparkan Armin tentang keinginan Zeke untuk perluasan wilayah dengan mencaplok tanah hutan di hadapan para raja-raja tetangga yang beralih dukungannya kepada Eren. Kehadiran Eren dan Mikasa menjelaskan asal-usul Mikasa yang secara keseluruhan tidak menyalahi aturan kerajaan akhirnya didaulat sebagai raja dan ratu yang baru memimpin kerajaan Paradies.

Semua warga kerajaan Paradies berseru riang menyambut Eren, karena keinginan Eren dalam pidato perdananya yang mencabut rencana Zeke dalam pemindahan istana berkat selebaran Petra yang tersampaikan sudah membuat warganya sadar akan hutan yang harus dijaga.

Dalam euforia pelantikan raja, Hange bersama empat anggotanya masuk ke dalam hutan mengendarai kuda sekencang-kencangnya.

"Sial, mereka masih terus mengikuti kita" Hange menoleh kebelakang mendapati lima pria dengan mengendarai kuda kerajaan mengikuti mereka. 'Bagaimana ini? Nanti bisa-bisa mereka tau Petra berada'

Levi melihat keluar jendela Petra yang sedang duduk di tepian sungai, raut wajah Petra terlihat cemas. Levi mengerti, ada sesuatu yang terjadi di dalam hutan, pada Hange dan lainnya.

The Wind at DawnWhere stories live. Discover now