9 - die Verwarnung

52 7 0
                                    

Petra mengendap-endap keluar agar bisa terbang menuju rumah lelaki manusia itu. Setiap malam tertarik segala hal tentang lelaki itu. Bukan, buku miliknya.

Hanya saja 'mereka' unik.
Mereka mengerjakan sesuatu yang ia sukai, mengusahakan sesuatu sesuai keinginannya, dan memiliki waktu yang mungkin tidak bisa dikehendaki. Hanya itu Petra yang tau karena dirinya memang bukan manusia.
Petra adalah peri hutan. Hidup abadi dengan tugasnya yang terus-menerus begitu. Meski tidak ada rasa mengantuk, lelah dan bosan. Hanya saja kehidupan manusia lebih menarik.

Petra mengedarkan pandangan, memastikan tidak ada yang melihatnya keluar dari pohon redwood. Dengan cepat Petra melesat keluar yang ternyata sudah dikepung oleh ketiga temannya.

"Kau mau kemana Petra? Kata Oluo, akhir-akhir ini kau sering keluar malam" selidik Gunter yang melipat tangan di depan dada.
Begitu pula dengan Eld yang memasang wajah serius, "Sudah aku peringatkan padamu Petra. Jangan terlalu dekat dengan aktivitas manusia"

"Tenang saja, aku membuat manusia itu tidur terlebih dulu agar tidak ketahuan" Petra menjelaskan dengan sebenarnya.

Eld menghela napas pasrah, "Kali ini kami ikut denganmu. Memastikan kalau kau benar-benar melakukan apa yang kau katakan"

"Oke, ikutlah denganku dan Oluo jangan membuat gaduh ya" Petra menyipitkan mata yang dibalas cengiran Oluo.

Mereka pun terbang menuju rumah Levi. Masih ada cahaya dari lilin penerangan dari ruangan Levi yang berarti Levi masih terjaga. Petra memberi isyarat menunjuk pada sebuah ujung dari sekat atap dan dinding yang sedikit terbuka, dekat dengan ruangan Levi. Semuanya mengikuti Petra dengan perlahan.

Petra menarik napas dan bersenandung. Tak butuh waktu lama, Levi menguap dan melipat tangan ke atas meja sebagai bantalan untuk dirinya terlelap tidur.

Petra terbang perlahan menuju lilin untuk meniupkannya. Teman-temannya bertepuk tangan menghampiri Petra.

"Kerja bagus, Petra. Sekarang apa yang kamu lakukan?" tanya Eld yang mulai penasaran.

"Hmm, biasanya aku membaca buku miliknya disini"

"Wah, pantas saja kau betah kemari" ucap Gunter yang terbang berkeliling.

"Bukan karena wajah manusia ini yang membuatmu tertarik kan?" kali ini Oluo berdiri di wajah Levi kemudian menoleh ke arah Petra.

"Jelas enggaklah. Sudahlah, nikmati saja waktu kita berada disini" Petra tersenyum dan memalingkan wajah,  menyembunyikan rona pipinya. Oluo mendesah pelan terbang mengikuti Gunter.

"Oke, baiklah. Meski sebenarnya buku milik wanita yang berkacamata, yang menangkap Oluo kemarin membuatku ingin lebih tau sejauh mana manusia ketahui tentang kita" ucap Eld berkacak pinggang mengamati beberapa judul buku yang Levi miliki seputar desain kota, rumah dan hal-hal yang berbau tentang teknik pembangunan.

Petra tidak beranjak dari meja kerja Levi, menoleh sesaat ke wajah yang terlelap itu hingga saat berbalik badan, kakinya tersandung dengan stempel lilin.

Lambang stempel itu dari lambang kerajaan. Petra penasaran dengan isi di dalam surat itu, membuka kertas tanpa kesusahan dan membacanya. Petra yang tercengang memanggil teman-temannya, "Ada kabar penting tentang hutan"

Oluo, Eld, dan Gunter serempak menghampiri Petra dan membaca surat yang dimaksud.

"Kita harus segera mengabari lainnya" Eld juga merasa tak percaya dengan apa yang ia baca.

Surat itu berisi akan tetap memaksa bagaimanapun juga untuk mendirikan istana megah di hutan untuk memperluas kekuasaan wilayahnya.

The Wind at DawnWhere stories live. Discover now