22 - Eine Tasse Tee

38 8 0
                                    

"Selebarannya habis tak bersisa. Semoga pesanku bisa tersampaikan" Petra berlari ke arah Levi yang tak berubah posisinya bersandar pada dinding. Petra terengah-engah, keringat mengalir di pelipisnya, dan senyuman lebarnya karena sukses merebut perhatian orang.

"Ikut aku" Levi mulai berjalan, Petra mengekor di belakangnya "Kita mau kemana? Kita harus bertemu Eren" karena Levi berjalan berbeda arah dari tempat yang dijanjikan. Nampak palang nama dengan gambar cangkir dan Levi memasukinya, sebuah pertokoan menjual cangkir teh dan perabotan makan yang berada di pinggiran pasar.

Levi berbalik berhadapan dengan Petra yang hampir saja tertabrak namun deru napas Levi bisa ia rasakan di hadapan wajahnya, "Pilihlah yang kau suka" ucapnya dengan raut datar. Petra mengangguk beralih pada rak yang berjejer cangkir teh.

Seperti dugaannya, Levi mungkin terganggu dengan kejadian tadi pagi terlebih karena baru diketahuinya dari Eren. Bukan salah dari rasa penasarannya kan?

"Ya, tapi aku butuh secangkir saja"

"Jangan begitu nona, lebih baik belilah satu set. Saya rekomendasikan ini yang sedang populer di kalangan pasangan muda". Pramuniaga datang di sebelah Petra seraya menunjuk pada satu set teko dengan dua cangkir porselen dengan hiasan berwarna keemasan di pinggirnya.

"Eh? Bukan bukan. Kami bukan pasangan" Petra menyela dengan gestur tangannya yang melambai cepat di hadapan pramuniaga itu. Pramuniaga jadi tertawa garing, "Maafkan aku, soalnya pria yang bersamamu melihatku terus jadi aku sangka begitu"

"Oh itu karena memang seperti itu orangnya. Dia cukup detail urusan ini" Petra seakan mengerti karakter Levi.

"Pilihlah itu. Bagus untukmu" ujar Levi dari kejauhan yang melipat tangannya di dada.

"Begitukah? Hmm, aku tetap membeli satu cangkir saja"

"Terserah" nadanya terdengar kesal. Sedikit.

**


Sekembalinya dari membeli cangkir teh, Petra memilih cangkir porselen tanpa corak hiasan dengan lekukan bagian pegangannya yang berwarna keemasan. Bagi Levi detail bentuk pegangan cangkir tidak penting karena ia akan selalu menjatuhkan cangkirnya bila memegang dengan cara normal.

"Petra" panggilan dari Eren dari kejauhan.

Belum sampai Petra menghampiri Eren, tangan Petra ditarik dari belakang oleh Levi karena ada dua orang asing menyerang Petra.

Petra kaget dan diajak lari sekencang-kencangnya dengan tangan yang tergenggam. Mereka terus berlari melewati kerumunan pasar agar pandangan si pengejar menjadi kebingungan mencari. Levi menarik lagi menuju gang sempit. Badan mereka merapat dengan dinding.

Paru-parunya memburu oksigen, "Mereka-- mereka siapa?" Petra masih terengah-engah.

"Sepertinya dari keamanan kerajaan yang menyamar. Mereka mengincarmu saat bersenandung" rupanya Levi tengah menjaganya. Ia tak menyadarinya.

Levi melirik ke arah jalanan sedangkan Petra menoleh ke arah ujung gang. Ternyata ada sepasang pemuda-pemudi yang sedang berciuman dan hampir membuka separuh pakaian bawah mereka. Petra seketika menahan napas dan menoleh cepat ke arah Levi.

"Kita bersembunyi di tempat lain saja" bisik Petra.
Levi menoleh sekilas dan mendecih, "Tch, menjijikkan"
Levi menggenggam tangan Petra lagi dan berlari lagi, ke rumah sahabatnya.

Sesampainya langsung ia buka pintunya dan si empunya terhenti pekerjaan dalam pengamatannya, "Hoy Levi, kau bersama siapa?".
Dan beberapa pasang mata juga mengarah padanya, salah satunya Nifa, "Petra?"

Petra hanya bisa tersenyum kikuk.

The Wind at DawnDonde viven las historias. Descúbrelo ahora