18 - Blüht das Herz

32 7 0
                                    

Petra tersadar dan melepas cengkraman dari kerah Levi. Levi hanya diam tanpa reaksi membuat Petra bertanya, "Kau sadar kan kalau kau salah bicara?"

"Siapa yang mengajarimu seperti tadi?"

"Tidak diajari, aku hanya melihat" Petra mengalihkan pandangan.

"Petra, berjaga jarak pada Levi. Tidak terlalu jauh karena sepertinya dia tidak tertarik dengan wanita dan tidak terlalu dekat karena kau akan dibenci dengan wanita lain" jelas Eren. Bukan tanpa sebab, meski Levi adalah idola semua wanita tapi Levi tidak menunjukkan kedekatan pada siapapun.

"Tch, raja tidak sepantasnya mendengar gosip murahan. Kita pergi sekarang" ucap Levi berlalu begitu saja.

"Terimakasih Eren, besok aku akan datang ke rumahmu" Petra pamit melambaikan tangan dan ikut berjalan bersama Levi.

Pesan Eren ada benarnya, berjaga jarak dengan Levi tidak membuatnya ikut diperbincangkan. Terlihat para gadis yang memandang ke arah Levi yang sedang berjalan. Sesekali tersenyum dan tersipu malu. Ada keheranan buat Petra mengapa Levi begitu banyak yang mengidolakannya. Wajah putih pucat, sorot mata yang tajam nan sayu, bibirnya kemerahan seperti vampir, tokoh fiktif buatan manusia yang juga banyak dipercayai.

Sambil berjalan, Petra membuka suara memanggil "Levi"
"Apa?" suara Levi terdengar lembut ditelinganya
"Kenapa kau tidak memilih salah satu wanita di kerajaan ini? Sangat jelas dia tidak akan menolakmu"
"Tidak ada yang sesuai dengan standarku"
Petra membulatkan mulutnya. Idealis, pikirnya.

Levi berjalan berhenti di depan sebuah toko peralatan kebersihan yang menjadi langganannya karena si pemilik toko menyambut, "Selamat datang Levi". Wajah pemilik toko itu terlihat tidak asing

"Kau tidak ke tempat Hange?"

"Semenjak elf kapan hari lalu kabur. Aku tidak bisa melanjutkan pekerjaanku. Aku harus menangkapnya lagi"

"Oh begitu" ujar Levi sambil melirik ke arah Petra. Petra baru ingat, dia adalah pria yang bersama wanita berkacamata saat Oluo tertangkap. Dan bisa ditebak Hange adalah nama wanita itu. Petra secara tak sadar memalingkan wajah merasa takut ketahuan.

"Kau bersamanya kah Levi? Rasanya aku baru melihatnya disini" tanya Moblit menunjuk ke Petra.

Levi menoleh sesaat dan tak menjawab pertanyaan Moblit. Moblit langsung menghampiri Petra, "Kenalkan, namaku Moblit. Kau berasal darimana?" sambil mengulurkan tangan.

Semenjak identitasnya diketahui Levi, Petra jadi tak ada keberanian untuk berbohong, "Namaku Petra, aku kesini untuk menyelamatkan hutan"

"Beritanya tersebar dengan cepat rupanya. Ku kira hanya Levi yang beritahukan tentang hal ini" Moblit menopang dagu, ada hal yang janggal. Sudah diduga, kali ini ia tidak pandai berbohong.

"Aku yang memberitahunya karena dia bekerja sekitar hutan" Levi membelanya.

"Oh begitu, tapi kau belum memberitahukan pada kami"

"Itu agar kalian fokus pada penelitian"

"Ya, benar" Moblit tak bertanya lagi. Levi memberikan alasan masuk akal membuat Petra terselamatkan dari serangan pertanyaan.

"Aku beli kain lap dan sapu ijuk" Levi langsung menyerahkan pada Moblit dan menyelesaikan pembayaran. Mereka langsung keluar dari toko itu dan berlanjut membeli bahan makanan kemudian pulang.

Di rumah, Kuchel menanti di ruang tengah yang hampir mengantuk. Dengan cepat mendekat ke Petra, "Aku kira kau pergi tanpa memberitahu kami. Saat fajar kau sudah tidak ada di kamar" Kuchel memegang erat kedua lengan Petra. Mengusap wajah dan rambut Petra. Wajahnya yang lemah tergurat khawatir disana, Petra jadi merasa bersalah.

"Maafkan aku bu, lain kali aku akan izin bila keluar rumah"

"Ya harus itu, kau perempuan. Bahaya diluar sana. Levi akan terus menjagamu. Kau lapar bukan? Ibu khawatir kalau kau pingsan lagi. Ah ibu tadi hanya duduk khawatir jadi tidak sempat memasak. Tunggu sebentar ya ibu akan memasak dulu"

"Ah, kalau begitu ajari aku memasak bu. Kita memasak bersama" Petra tersenyum. Guratan khawatir itu jadi memudar, "Wah, ibu senang memiliki asisten memasak yang cantik itu akan membuat masakan menjadi dua kali lipat enaknya. Ayo langsung saja" Kuchel mengamit lengan Petra ke dapur dengan senyum dan tawa ringan.

Levi melihat pemandangan tak biasa. Maksudnya, ibunya memang sering tersenyum tapi kali ini berbeda ibu terlihat bahagia. Bukan senyuman yang ia paksakan untuk menutupi rasa sakit padanya. Petra datang disaat fajar ketika mentari pagi membawa kehangatan, ternyata kehangatan itu sampai pada rumah kecilnya. Melihat itu, senyum tipis tergambar di wajah yang tak pernah ia pasang, kehangatan yang juga sampai di dalan hatinya.

The Wind at DawnOnde histórias criam vida. Descubra agora