12 - Menschlich

44 6 0
                                    

Petra membuka matanya perlahan karena merasakan hawa dingin yang menusuk kulit. Sebentar lagi harusnya sudah fajar, tapi kenapa terasa dingin. Petra terbangun sendiri di bawah pohon ek. Anehnya pohon ek ini terlihat sedikit mengecil?

'tunggu dulu'

Petra terbang menuju sungai untuk bercermin. Wajahnya tidak ada yang berubah, tubuhnya juga tidak bahkan sayapnya masih ada tapi tetap saja merasa ada yang aneh.

Petra terbang menuju pohon redwood memanggil Oluo, Gunter dan Eld. Yang datang adalah mereka dalam bentuk yang kecil, bentuk asli peri.

Oluo dan Gunter terkaget dengan Petra. Tak menyangka Petra sudah menjadi manusia setengah peri.

"Kau tau, pakaianmu saat ini tidak cocok sebagai manusia" saran Oluo dengan wajah lesu.

Ya benar, makanya ia merasa 'kedinginan?'

"Berjalanlah dengan kakimu Petra dan sembunyikan sayapmu" Gunter kali ini bersuara cukup lemah ditelinganya.

"Panggil kami kalau kau meminta pertolongan. Semoga berhasil, Petra" Eld hanya bisa tersenyum.

Petra mengangguk dan berjalan dengan kakinya. Keluar dari hutan dan mencari pakaian yang layak terlihat sebagai manusia.

Saat di perjalanan, tak disangka bertemu dengan nenek yang sedang memetik bunga chamomile liar sekitar rerumputan. Petra segera bersembunyi di balik pohon memikirkan cara agar ia bisa mendapatkan pakaian.

Terpikir ia akan bersenandung untuk menidurkan warga, tapi kalau begitu juga tidak enak karena harus mencuri pakaian. Atau aku menunggu di hutan dengan menjahit dulu, tapi akan membutuhkan waktu yang lama.

Cukup lama berpikir, kalau begini pun nanti matahari akan segera terbit dan warga kota pasti sudah banyak yang beraktivitas.

Petra menarik napas memberanikan diri muncul di hadapan nenek itu dan meminta pertolongan. Hanya itu satu-satunya cara.

Nenek itu masih memetik, Petra menawarkan berdiri di sebelahnya "Saya ikut bantu nenek ya"

Nenek itu menoleh, wajahnya tenang melihat Petra kemudian mengangguk "Terimakasih, ya nak"

Dengan cekatan Petra memetik bunga chamomile hingga keranjang yang dibawa nenek terisi penuh.

"Ikutlah denganku, nak. Sebelum fajar" suaranya yang serak menawarkan, nenek itu ternyata paham.

"Nenek kenapa tidak kaget denganku?" Petra jadi penasaran.

"Nenek sudah tahu kalau hutan ini dijaga oleh peri. Ini bentuk terimakasih nenek karena kau pasti menjaga bunga-bunga ini bermekaran" seulas senyum ketulusan nenek menatap Petra.

Petra merasa lega, bertemu dengan seseorang yang bisa menolongnya. Nenek itu berjalan menuju pemukiman diikuti Petra membawa keranjang.

Rumah nenek itu terletak cukup berdekatan dengan hutan. Nenek adalah seorang pengrajin pembuat sabun. Seorang perempuan berambut coklat kemerahan muncul dari sebuah ruangan, cukup terkejut dengan tamu tak terduga.

"Nifa, bisakah kau pinjamkan pakaian milikmu" ujar nenek mendekat ke cucunya.

Nifa gelagapan, "Ah iya, nek. Ayo menuju kamarku. Siapa namamu?"

"Namaku Petra" Petra menjawab sedikit kikuk.

"Namaku Nifa, aku tak percaya aku bisa melihat peri hutan. Ketuaku akan senang melihatmu" Nifa menarik tangan Petra menuju kamarnya dengan mata Nifa yang melihat ke arah punggung Petra karena sayap keemasannya.

Petra tau yang dimaksud Nifa, "Hmm itu, aku ingin hanya kau dan nenekmu yang tau tentang aku. Aku tidak ingin banyak orang mengetahui"

"Begitu ya, yah sayang sekali. Tapi kalau aku mengajakmu ke tempat penelitian ketuaku, kau mau kan? Sebagai temanku" mata Nifa nampak berbinar menatap Petra.

Petra mengangguk tersenyum kaku, semisal dia menolak permintaan Nifa, rasanya kurang pantas karena dengan tulus Nifa meminjamkan pakaian miliknya.

Nifa merasa senang, dengan semangat membuka pintu lemari, "Coba kenakan ini ya" Nifa menyodorkan blouse berwarna putih dengan bahu yang terlihat, rok overall berwarna hitam dengan tali di belakangnya. Nifa juga kesana kemari membawa serta pakaian pelengkap lainnya hingga sepatu boots.

Petra kebingungan dengan cara memakainya. Wajah Petra yang kentara membuat Nifa menyelidik, "Sepertinya aku harus mengajarkan semua tentang kebiasaan manusia"

Nifa terus berbicara tentang apa saja yang dilakukan manusia pada umumnya nampak dari pakaian dan penelitian yang dilakukan ketuanya sambil membantu Petra memakaikan pakaian hingga tanpa sadar posisi matahari sudah cukup tinggi.

Petra takjub dengan pakaian yang ia kenakan hanya saja model bajunya masih menampakkan sayap miliknya.

Mengetahui wajah Petra yang khawatir melihat sayapnya, Nifa menambahkan, "Ah tenang nanti kau pakai jubah tudung yang bisa menutupi sayapmu" sambil mencari di lemari "Ketemu" jubah berwarna jingga.

Petra tersenyum tulus, "Terimakasih Nifa kau banyak membantuku"

"Tidak masalah. Hmm, kenapa kau menjadi manusia, Petra?" kalimat tanya dari Nifa yang bukan penutup dari percakapan mereka.

The Wind at DawnDove le storie prendono vita. Scoprilo ora