Chapter 08

405 95 29
                                    

08. ANAK KITA?

_______

Sudah satu minggu Aina bersikap dingin pada Andra, ia bahkan slalu menghindar setiapkali keduanya berpapasan secara tak sengaja.

Di suatu malam, Aina sedang belajar di kamarnya, sementara Bintang sedang bermain di atas ranjang dengan mainan baru yang Aina belikan kemarin pakai uang hasil jualannya.

Andra baru pulang bekerja, ia kemudian masuk kamar dan mengunci kamar. Pria itu menghampiri Bintang, mengusap-usap pipi Bintang yang putih bersih itu. Tawa Bintang membuat rasa capek dalam diri Andra seolah menghilang. Sepertinya ia mulai menyayangi Bintang.

"Sayangnya daddy," ucap Andra yang kemudian membuat Aina gagal fokus. Ingin rasanya Aina tertawa terbahak-bahak mendengar nama panggilan aneh yang Andra berikan itu. Daddy katanya? Ya-ampun terdengar konyol sekali.

"Jangan ngambek terus ya sayang, jelek muka kamu kalau ngambek. Tau gak? Kalau orang suka ngambek itu ya nanti muka'nya cepet keriput" Sebenarnya Andra ini sedang menyindir Aina, ia betul-betul tidak bisa di diamkan oleh gadis itu. Satu minggu membuatnya tak karuan, bahkan bekerja saja jadi tak fokus.

Andra menggendong Bintang, kemudian hendak membawa Bintang keluar kamar.

"MAU DI BAWA KEMANA ANAK GUE?" reflek Aina menyatakan bahwa Bintang adalah anaknya. Ia berdiri kemudian hendak mengambil Bintang, namun Andra tidak memperbolehkannya.

"Anak lo? Ini anak gue" Jawab Andra santai sambil mencium Bintang.

"Enak aja! Yang ngurus ee'nya, nyuciin baju'nya, bikinin susu itu gue, artinya dia anak gue!"

"Anak gue!"

"Anak gue!"

"ANAK KITA!"

Degh! Mata Aina membulat sempurna mendengar perkataan Andra yang menyatakan bahwa Bintang adalah anak mereka berdua. Wajahnya tiba-tiba saja merasa panas, dan sekarang menimbulkan warna kemerahan.

"Lo mau bawa Bintang kemana?" tanya Aina mengalihkan.

"Ke teras depan"

"Ini udah malem, angin malem gak baik buat anak bayi!"

"Gue bakalan disini, kalau lo berhenti diemin gue!"

Aina mendengus kasar. "Kenapa emang kalau gue diem? Lo bukannya seneng kalau gue jadi pendiem? Lo kan slalu ngatain gue cerewet!" sewot Aina.

Senyum Andra terukir, ia menyukai ketika Aina marah seperti ini, cerewet dan gampang sekali naik darah saat berbincang dengannya. Daripada Aina yang diam, cuek, ketus dan dingin.

Andra segera menyimpan kembali Bintang di atas ranjang. Ia kemudian mendekat pada Aina tersenyum manis di hadapan gadis itu, bahkan tatapannya berhasil menghipnotis Aina. Gadis itu diam dengan mulut yang menganga. Andra betul-betul tampan rupanya!

Andra semakin menghapus jarak di antaranya, wajahnya mendekat hendak melakukan sesuatu. Reflek Aina menutup matanya, namun saat bibir Andra mau mengecup bibir manis Aina, tiba-tiba...

Oekkkk...oekkkkk...

Bintang menangis!

Sial, padahal sedikit lagi bibir keduanya menempel seperti yang di harapkan para readers tercinta. Namun sayangnya si mungil Bintang menangis.

Buru-buru Aina menghampiri, ia memegang pempers Bintang yang rupanya sudah penuh. "Pantes nangis, pempers'nya penuh nih! Andra, pempers abis. Gimana dong? Lo punya duit gak?"

"Yah, duit gue tinggal buat ongkos kerja sehari-hari. Gimana dong? Gimana kalau sementara Bintang pake daun pisang dulu aja?"

Buk! Aina memukul lengan pria itu, "GILA KALI LO! LO PIKIR BINTANG INI LONTONG SAYUR APA!"

Weird Wedding ✓Where stories live. Discover now