Chapter 20

386 73 12
                                    

20. JAHAT

_______

Malam ini Andra dan Aina menginap di rumah sakit, itupun atas suruhan mami'nya Andra. Tadinya Serline yang merengek-rengek mau menginap bersama Andra menemani mami'nya di rumah sakit, tapi justru Renita lebih berpihak pada Aina. Bagaimanapun Aina dan Andra sudah menjadi sepasang suami isteri, jadi memang seharusnya mereka'lah yang ada menemani Renita di rumah sakit.

Di hadapan mami'nya, Andra tak memperlihatkan sikap kasar pada Aina, ia hanya memperlihatkan sikap dinginnya saja, dan itupun sempat mendapatkan peringatan beberapakali dari Renita, hanya saja Andra yang keras kepala slalu mengulanginya lagi.

Saat mami'nya tertidur pulas, Aina baru saja mau tidur juga di sofa tapi suaminya itu malah mendorong kasar Aina sampai hampir jatuh.

"Ngapain?" ketusnya.

"Aku mau tidur disitu, aku ngantuk Ndra. Di tambah aku belum makan dari tadi sore,"

"Bodoamat! Lo pikir gue perduli, lo tidur di lantai. Jangan harap lo bisa tidur bareng gue di atas sofa!"

"Ndra, aku laper.." sebenarnya Aina tak mau mengatakan hal memalukan ini, tapi perutnya terasa perih, bahkan saat ini ia meremas perutnya sendiri menahan lapar.

"Lo pikir gue pemilik warteg? Lo kalau mau makan cari aja sendiri keluar!"

"Tapi aku gak punya uang" sungguh Aina merasa benar-benar malu dan sudah seperti pengemis sungguhan yang meminta uang pada suaminya sendiri.

"Lo bener-bener ganggu gue ya! Lo cari di luar, di tempat sampah kek!"

Mata Aina membulat sempurna, ia tak menyangka jika Andra akan mengatakan hal sekejam itu. Hatinya meringis sakit, sementara matanya berusaha menutupi airmata yang sebentar lagi hendak meluncur.

Aina tak menjawab apapun lagi, ia segera keluar dari ruangan kemudian mencari cara agar mendapatkan makanan tanpa haeus membayar menggunakan uang, setidaknya ia masih memiliki tenaga meskipun sudah benar-benar terkuras.

Di kantin rumah sakit, Aina celingukan mencari makanan dengan pemilik yang terlihat ramah. "Gue udah kaya isteri indosiar amat ya?" gumamnya di iringi dengan sedikit kekehan.

Saat Aina hendak memesan makanan, ia melihat seorang pria tampan juga sedang mengantri. 'Sedikit jadi murahan kan gapapa kali ya? Tenaga gue udah letoy banget, fisik gue kan tetep oke.' Aina mengedipkan sebelah matanya pada pria itu yang kemudian membuat pria itu bergidik ngeri. 'anjir gue di tolak!'

Selesai pria itu dengan pesanan'nya, maka Aina langsung mengejarnya.

"Eh tunggu." Pria itu menghentikan langkahnya kemudian mengerutkan dahi'nya bingung, mungkin hatinya bertanya-tanya, orang tak waras darimana yang ada di hadapannya ini?

"Lo ganteng banget! Bismillah nasi padang seporsi" ucap Aina konyol.

"Siapa?"

Tangan Aina terulur hendak memperkenalkan namanya, "nama gue Aina, nama lo siapa?"

"Lo siapa gue, berani kedipin mata terus berhentiin langkah gue?"

"Gue bukan siapa-siapa lo, tapi boleh gak nasi padang sebungkus buat gue?"

"Lo pengemis?"

"Bukan sih. Gue orang kaya sebenernya, tapi---- dalem mimpi hehe. Plis jangan bilang gue pengemis, terkesan miris banget tau! Gue cuman lagi gak megang uang aja"

Pria itu memperhatikan Aina dari bawah ke atas, penampilan Aina membuatnya menggeleng kepala. Wajah Aina memang cantik, tapi mengapa penampilannya sudah betul-betul mirip seperti gem---

"Lo mau nasi padang?"

"Iya. Boleh kan?" Aina memperlihatkan senyuman paling manisnya, paling menggoda dan paling spektakuler yang tidak di punyai oleh wanita manapun.

"Nih---" saat Aina hendak menggapainya, pria itu menahan kantung plastik berisi nasi padang itu, "Ada syaratnya!"

"Hah apa?"

"Nyanyiin lagu nina bobo pake huruf E"

"HAH? EMANG HARUS BANGET?"

"Yaudah kalau gak mau!"

"Oke---gue mau! Sialan, gini amat cari makan"

Perlahan Aina menarik nafasnya pelan-pelan, kemudian ia mulai bernyanyi. "NENE BEBE, EH NENE BEBE.. KELE TID---"

"Stop!" jeda pria itu.

"Kok di stop sih? Katanya nyuruh gue nyanyi?"

"Gue nyuruh si Nina yang bobo, kenapa jadi nenek?"

"Kan pake E. Lo suruh gue pake E nyanyiin'nya kan?"

"Ganti pake U!"

"What?"

"Yaudah kalau gak mau!"

"Oke oke. NUNU BUBU UH NUNU BUBU, KULUW TUDUK BUBU DU GUGUT NYUMUK"

"Good! Satu bungkus nasi padang buat lo," pria itu menyodorkannya pada Aina. Lantas mata Aina berbinar senang menerimanya, namun saat dirinya mau mengucapkan terimakasih, pria itu sudah pergi begitu saja. Tapi yasudahlah yang terpenting kan Aina sudah mendapatkan nasi padangnya dan ia tak kelaparan lagi.

°°°°°

Aina kembali ke ruangan setelah kenyang memakan satu bungkus nasi padang. Ia kemudian duduk di atas sofa di sampingnya Andra, menatap pria tampan yang sedang tertidur pulas itu.

"Ndra, segalak apapun lo sama gue, itu gak bikin perasaan gue ilang buat lo. Gue tetep sayang sama lo" ucapnya pelan.

Menyadari ada tangan yang memegang wajahnya, maka Andra terbangun dan langsung mendorong Aina kasar. "NGAPAIN LO DISINI? UDAH BAGUS LO KELUAR RUANGAN DAN GAK USAH BALIK LAGI" bentaknya.

"So galak banget. Lo pikir lucu apa akting lo Ndra! Plis deh gak usah jadi suami indosiar, kita kan ada di dunia orange bukan sinetron"

"Lo pikir gue main-main?" Tatapan Andra membuat mata Aina memanas menahan tangis yang sebentar lagi akan meledak. "Pergi gue bilang, anj*ng!"

"Terus sampe kapan lo benci sama gue?"

"Sampe kapanpun!"

"Emang lo gak akan nyesel dengan sikap lo yang kaya gini?"

"Gue? Nyesel? Gue gak akan pernah nyesel atas hal yang udah jadi keputusan gue!"

"Lo jahat banget!" Aina mengalah tidur di atas lantai yang dingin, ia memeluk dirinya sendiri, berbalik badan dan menangis.

Kangen Bintang-- lirih Aina dalam batinnya.

Andra benar-benar berubah, ia bahkan tak sama sekali merasa bersalah atas ucapannya sendiri. Justru pria itu melanjutkan kembali tidurnya tanpa melirik Aina yang tubuhnya sudah bergetar akibat menangis sekaligus kedinginan.

Aina hanya berharap, esok pagi keadaannya segera membaik. Ia harus pulang menemui Bintang, memeluk anak itu dan melepaskan semua beban rasa sakit yang ia alami. Setidaknya Bintang bisa menjadi obat dari segala luka dan rasa lelah yang Aina rasakan.

Weird Wedding ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang