Chapter 33

291 65 11
                                    

33. MASUK RUMAH SAKIT

________

Semenjak masalah kontraksi itu, Aina sering pergi ke bidan secara diam-diam tanpa sepengetahuan apalagi se'izin Andra.

"Aina, saya tidak yakin jika kamu bisa melahirkan normal pada umumnya. Saya khawatir kamu melahirkan prematur. Aina, ini resiko'nya sangat berat. Kamu yakin mau mempertahankannya?"

Ucapan dari bidan Oliv terngiang-ngiang di kepala Aina. Ia hanya takut jika bayi'nya tak selamat, sementara bayi dalam kandungannya ini adalah bayi yang di idam-idamkan oleh Andra serta keluarganya. Mereka sangat menyayangi bayi yang masih dalam kandungan Aina.

Aina mengusap perutnya pelan, "Mama mohon sayang, kamu harus kuat!" Setetes airmata keluar dari sudut mata Aina. Ia tak bisa menahan segala perasaan yang bercampur aduk dalam dirinya. Ia tak perduli jika nanti nyawa'nya yang hilang, yang ia takuti anaknya gagal ia lahirkan ke dunia.

"Kamu harus tetap hidup sayang. Cukup sekali mama mengalami kehilangan"

Ya, ada sebuah kebenaran yang sampai detik ini tidak Aina ungkapkan. Saat sebelum anak keduanya berada di dalam kandungan, Aina sudah pernah hamil anak pertama yang gagal ia pertahankan. Di usia kandungan baru 2 minggu, Aina mengalami keguguran. Saat itu Aina tak tahu jika dirinya sedang mengandung, itu sebabnya ia masih makan dan minum sembarangan hingga menyebabkan dirinya mengalami keguguran.

Singkat cerita, saat setelah keguguran itu, rahimnya mengalami masalah. Adanya kista yang semakin melunak membuat dokter kandungan harus melakukan tindakan lebih lanjut.

Dokter bilang,selain menimbulkan rasa sakit yang luar biasa, kista pilonidal yang terinfeksi juga bisa meningkatkan risiko terjadinya kanker kulit yang disebut karsinoma sel skuamosa. Bahkan dokter kandungan sudah menyatakan bahwa Aina akan sulit lagi memiliki keturunan.

Tapi kenyataannya, Tuhan memperlihatkan keajaibannya. Selang hanya dalam 1 bulan saja, Aina bisa mengandung kembali meskipun hanya memiliki satu ovarium saja. Selama ini yang Aina percayai, jika Tuhan saja mampu menghidupkan nyawa kembali dalam rahimnya sementara dokter mengatakan itu berat, lalu bukan'kah tidak sulit baginya tetap membiarkan Aina hidup bersama calon bayi dalam kandungannya, dan menjadi seorang ibu sekaligus isteri yang baik untuk keluarga kecilnya?

Bukan kematian yang Aina takuti. Tapi kecemasan tidak bisa berkesempatan untuk membahagiakan suaminya, membahagiakan keluarga kecilnya.

Saat ini usia kandungan Aina menginjak 7 bulan, tak terasa waktu merenggut segala hal yang mungkin nanti tidak bisa Aina dapatkan lagi.

Bintang sudah menginjak usia 1 tahun, anak satu itu bahkan sudah pandai berbicara meskipun cadel dan agak sulit di mengerti. Kakinya-pun sudah bisa sedikit-sedikit berjalan menelusuri sudut rumah sambil di pegangi dan di awasi tentunya.

Cicil sering datang, bahkan ia juga sepulang kuliah menyempatkan waktu main ke rumah Aina dan bermain dengan Bintang. Gadis satu itu nampak akrab dengan Bintang, juga terlihat tulus selama ini berteman dengan Aina.

"Aina, Bintang boleh makan ayam goreng?" tanya Cicil yang menghampiri Aina ke dapur. Aina sedang memasak sup ayam untuk Bintang.

"Gue udah masak sayur sop, lo tunggu aja di depan, nanti lo suapin Bintang" Cicil mengangguk.

Pada saat sedang memasak, Aina merasa perutnya kesakitan. Awalnya ia mencoba menahan, namun semakin di tahan semakin terasa nyeri. Hingga....

PRANGGGG!!!

°°°°°

Andra baru saja menyelesaikan pekerjaannya, rasanya ia ingin cepat-cepat pulang bertemu dengan sang isteri lalu mengusap-usap perut buncit sang isteri. "Bini gue perutnya makin gede makin sexy aja" Andra menatap foto Aina pada galeri di ponselnya. Kemarin mereka berfoto bersama Bintang juga, dan yang memotret'nya adalah Cicil tentunya!

Entah mengapa ponsel yang Andra pegang tiba-tiba terjatuh saat dimana Andra mau memasukannya ke dalam saku, Andra mengambilnya, namun perasaannya terasa tidak enak.

Buru-buru pria itu menghubungi kontak Aina, namun yang terjadi nomernya tidak aktif.

Tak lama nomer tidak di kenal menelfonnya, Andra langsung mengangkatnya karna takut ada hal penting mengenai isterinya.

"Hallo, ini siapa?"

"Andra ini aku Cicil hiks... Isteri kamu, Aina... Aina.."

"AINA KENAPA? JANGAN BIKIN GUE PANIK! CEPET BILANG, AINA KENAPA?"

"AINA MASUK RUMAH SAKIT, MENGALAMI PENDARAHAN HEBAT. DOKTER BILANG, AINA MAU MELAHIRKAN"

Mata Andra melotot terkejut, mulutnya membentuk huruf O, seolah dirinya tak percaya pada pernyataan ini. "GIMANA MUNGKIN? USIA KANDUNGANNYA MASIH 7 BULAN CIL, LO JANGAN NGACO!"

"AINA....AINA.. LAHIRAN PREMATURRRRRR.." Cicil bahkan sudah kehabisan oksigen untuk mengatakan hal itu di sebrang telfon sana. Nafasnya memburu, tangisannya membeledak. Ia tak kuasa mengatakan hal menyakitkan ini pada Andra. Sebab ia tahu bahwa Andra begitu mencintai Aina.

Tutt..

Sambungan telfon di matikan, dan Andra buru-buru menutup laptopnya, kemudian langsung beranjak pergi menuju rumah sakit yang sudah di kirim lokasinya oleh Cicil lewat chat.

Di dalam mobil, Andra benar-benar tak merasa tenang, bahkan ia mengambil kecepatan tidak maksimal agar cepat sampai ke rumah sakit. Hatinya kacau berantakan, perasaannya benar-benar tak karuan saat ini. Ia mengkhawatirkan Aina sekaligus dengan bayinya.

Untung saja Tuhan tak membiarkan nyawa'nya lenyah, sebab Andra membawa mobil pada kecepatan tinggi. Namun Tuhan masih memberinya kesempatan hidup saat dimana hampir saja Andra bertabrakan dengan mobil dari arah sudut lain.

Kini pria itu sudah sampai pada rumah sakit yang di tuju, ia buru-buru keluar mobil setelah memarkirkannya di area parkir.

Andra berlari mencari ruangan, dan pada akhirnya ia bertemu dengan Cicil yang duduk di kursi depan ruangan sambil menangis. "Cil, gimana keadaan Aina?" Andra menghampiri dan duduk di samping gadis itu.

"Aina masih di tanganin bidan, A--aku sebenarnya mau cerita banyak sama kamu Andra.. tap--tapi waktunya slalu gak tepat. Sekarang mungkin saatnya kamu tahu, hiks..."

"Kenapa? Ada apa?" Wajah Andra kini sudah semakin cemas. Untung saja Bintang sudah Cicil minta titipkan pada satpam rumah dan minta di antar ke rumah orangtua Andra. Karna jika anak itu ikut kemari, pasti Bintang akan lebih menangis lagi merasakan penderitaan Aina sebagaimana wanita itu sudah menjadi ibu untuknya.

Weird Wedding ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant