Chapter 13

383 85 28
                                    

13. PERKARA JENGKOL

________

Aina sedang masak makan malam, biarpun absurd begitu, dia pandai memasak. Bahkan setiaphari Andra di bekali makanan yang meskipun itu itu aja.

"Masak apa?" tanya Andra yang berdiri di belakang Aina.

"Bangke, ngagetin aja lo! Untung jantung gue gak copot barengan sama usus dan lambung gue!" sewot Aina.

"Tumben masak ayam? Biasanya juga telor, kalau pagi nasgor, siangnya milor, mie campur telor"

Bayangkan saja selama kurang lebih hampir mau 2 bulan berumahtangga, menu masakan yang Aina buat itu-itu saja, dan sekarang gadis itu berani bikin ayam geprek.

"Ya guekan cukup-cukupin Ndra,"

Kalau aja gue ajak lo ke Jakarta, tinggal disana. Tiaphari pasti makan enak.

"Aina, pindah yuk?"

"WAW TUMBEN LO LANCAR NYEBUT NAMA GUE?" teriak Aina histeris sambil tangannya sibuk mengulek sambel untuk ayam yang sudah ia geprek.

"Gue serius. Kita ke Jakarta,"

"Ngapain? Adu nasib? Biar kaya di FTV gitu? Yang kalau ke Jakarta jadi sukses? Gak usah ngadi-ngadi deh, masi mending kita disini juga bisa idup. Jangan bikin idup tambah susah!"

"Cerewet! Gue mau cerita sama lo serius, udah beres gue ganti baju, makan malem berdua, kita ngobrol di ruang tengah serius" setelah mengatakan itu, Andra pergi dari hadapan Aina.

Dahi Aina mengernyit bingung, obrolan serius apa yang mau pria itu katakan?

Jangan-jangan dia mau nyatain cinta sama gue?

°°°°°

"Jadi gitu ceritanya" Andra sudah menceritakan semuanya pada Aina, bahkan ia menceritakan bahwa sebetulnya selain capek di manja orangtua, ia juga di jodoh-jodohkan dengan gadis yang tidak sama sekali Andra sukai.

Aina mangut-mangut saja menanggapinya, walaupun dalam hatinya ia penasaran juga, seperti apa gadis yang di jodoh-jodohkan oleh orangtua Andra?

"Kenapa si? Responnya kok gitu doang?" kesal Andra.

"Ya gue harus gimana? Terus nanti kalau gue ikut ke Jakarta, sebagai isteri lo, kemudian mereka gak nerima latar belakang gue, gimana? Gue bukan isteri indosiar yang bisa sabar kalau misal mereka gak nerima gue, gak merlakuin gue layaknya menantu. Belum lagi ada Bintang, kalau mereka tau Bintang cuman anak angkat kita, mau gimana? Apa mereka bakal----"

Andra menyimpan jari telunjuknya di bibir Aina, "Orangtua gue gak gitu boncel! Mereka bakalan nerima lo dan Bintang'nya kita"

Bintang'nya kita?

Pipi Aina menimbulkan warna merah merona. "Te-terus gimana kalau mereka tau gue masih sekolah?" tanya Aina lagi.

"Gue bakalan ceritain kejadian sebenernya sama mereka, kaya sekarang gue cerita sama lo. Mereka bakalan nerima lo, percaya sama gue!" Andra mencolek hidung Aina gemas. Gadis itu jika sedang panik, terlihat menggemaskan sekali.

Andra sudah memutuskan akan kembali ke Jakarta, membawa Aina dan Bintang, kemudian Aina akan melanjutkan sekolah disana. Bagaimanapun masa depan gadis itu harus cerah, dan Andra tidak akan meminta hak-nya sebelum gadis itu lulus sekolah. Mereka harus hidup senang, serba ada dan tidak kesusahan seperti sekarang. Mungkin Andra kuat jika dirinya yang susah sendiri, tapi jika isterinya? Ia tidak akan mampu.

Andra sendiri akan melanjutkan kuliah'nya, menuruti setiap keinginan papa'nya yang menginginkannya menjadi penerus perusahaan. Ia mungkin akan sangat sibuk dengan kuliah serta pekerjaannya, namun ia lakukan semua demi isteri dan anak angkat mereka. Katakan saja bahwa Andra sudah jatuhcinta pada Aina, ia sudah menyimpan nama Aina dalam hatinya.

"Ai, gue sebenernya udah mulai suka sama lo. Gak tau sih sejak kapan, cuman ngalir gitu aja."

"Kalau lo sendiri gimana? Suka gak sama gue?" lanjutnya bertanya.

"Aina?" Saat Andra melirik pada gadis itu, rupanya gadis itu tertidur lelap dengan kepala yang di sandarkan di bahu'nya. "Ck! Ngeselin banget si ni cewek anjir, gue udah ungkapin perasaan gue yang paling dalem, malah molor! Jadi males kan kalau di ulang lagi nanti, kapan lagi coba dapet moment seserius ini?" kesalnya.

Andra kemudian memindahkan Aina menuju kamar. Membaringkannya di atas tempat tidur tepat di samping Bintang, begitupun dengan Andra yang juga ikut tidur di samping kiri Bintang. Ia tersenyum di kala melihat wajah polos Aina saat sedang tertidur, begitupun dengan Bintang.

"Kalian udah kaya separuh hidup gue. Gue gak pernah sejatuh cinta ini. Boleh kan, kalau sekarang gue bersyukur dengan kehadiran Bintang? Dia hebat bisa menyatukan gue sama cewek absurd seperti Aina."

°°°°

"BONCELLLL!! GUEKAN UDAH BILANG, JANGAN MASAK IKAN ASIN, JENGKOL SAMA SAMBEL TERASI, GUE GAK SUKA BAU'NYA!!" teriak Andra kesal.

Padahal sepulang bekerja ia sudah membayangkan mau makan pecel lele nanti bersama sang isteri, sekaligus mengajaknya ke konter hape untuk membeli hape baru, karna baru saja Andra menerima gaji'nya. Tapi yang ada Andra sudah kesal duluan, akibat mencium aroma tak sedap dari makanan sunda itu.

Mengapa Aina suka sekali jengkol? Andra slalu mempertanyakan itu dalam batin'nya. Gadis itu sudah berkali-kali di peringati jangan makan itu saat di rumah, masalahnya Andra tak tahan dengan bau air kencing'nya di kamar mandi, belum lagi mulutnya gadis itu. Oh astaga, masa cantik-cantik bau jengkol?

"Apaan si teriak-teriak, kaya tarzan lo. gue sumpelin jengkol tau rasa lo!" sewot Aina yang kemudian duduk di atas kursi, lalu tanpa bersalahnya makan di hadapan Andra.

"Sumpah lo jadi cewek--"

"Kenapa? Kok gak di terusin bacotnya?" Aina menyodorkan-nyodorkan jengkol yang sudah di oles sambel terasi itu ke arah Andra, hingga membuat Andra ketakutan dan tak jadi meneruskan ucapannya. "Cepetan terusin, lo mau bilang gue cewek apaan?"

"DASAR GILA LO BONCELLLLL!" Andra segera berlari pergi keluar rumah. Ia benar-benar kesal hari ini, dan berjanji akan tidur di luar saja, daripada sekamar dengan gadis bau jengkol itu. "SEBOR AIR KENCING LO YANG BERSIH, GUE BISA MAMPUS MANDI PAGI NYIUM BAU JENGKOL!" teriak Andra di depan rumah.

"Jengkol adalah segalanya untukku, dia adalah kebahagiaanku, dia bisa membuatku jatuh hati setiap hari. Ohhhh jengkol, kau begitu sangat menggemaskan dengan bentuk yang unik, ohh jengkol, aku sangat mencintaimu" Aina malah berpuisi tidak jelas sambil menatap makanan bernama jengkol itu, seolah makanan itu adalah seseorang yang ia cintai.

"OH AINA BONCEL, KAU BAGAIKAN ORANG GILA YANG TIDAK TAHU MALU. WAJAH CANTIKMU TERTUTUP DENGAN BAU JENGKOL YANG KELUAR DARI MULUTMU! OHHHH AINA BONCEL, I HEART YOU!!"

Dug!! Aina melempar sendal jepit yang kebetulan ada di bawah meja itu kepada Andra. "Mampus lo tarzan!"

"BANGSATTTTTT"

"Apa lo bilang?"

"Sakit pala gue anjenggggggggg"

"Heh ngomong kasar, gimana kalau Bintang denger? Bisa-bisa udah gede ikutin omongan lo!"

"Gue mending nginep di rumah Aldo, males gue disini, stres nyium bau jengkol"

"Terserah, bye!" Aina segera pergi menuju dapur, ia hendak menambah lagi porsi makan'nya. Percayalah, jengkol adalah hidupnya, ia bahkan menambah berkali-kali makan, tak perduli besok pagi ke sekolah dengan mulut yang bau. Tinggal tutup saja pake masker, pikirnya.

Weird Wedding ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang