Chapter 30

342 69 15
                                    

30. PRIHAL JAM TANGAN

_________

"Ih dimana sih Andra! Apa gue chat aja ya? Ini udah sore loh, mana Bintang nangis melulu" gerutunya kesal sambil terus menimbang beban pikirannya antara menghubungi Andra atau tidak usah sama sekali. Aina terlalu gengsi saja.

Tok.
Tok.
Tok.

Aina buru-buru menuju pintu utama, ia pikir yang datang Andra, namun ternyata Cicil, gadis yang ia sebut dengan nama panggilan tersayang tikus got.

"Lo ngapain kesini lagi sih?" sewot Aina sambil bercekak pinggang.

"Hm, aku cuman mau tanya, hadiah dari aku, di pake gak sama Andra?"

"Hadiah apaan?"

"Aku kasih dia jam tangan yang lucu warnanya gold."

Aina sedang mencoba mengingat-ingat, apakah Andra memakai atau tidak. Tapi setelah ia ingat-ingat....

"ANDRA MONYET MENDING LO GAK USAH BALIK SEKALIAN! BRENGSEKKKKKKK!!" teriaknya geram dan menutup pintu rapat-rapat dengan kasar.

Aina jengkel setengah mati, jelas ia tahu kemarin Andra memakai jam berwarna gold, ia pikir itu jam baru yang ia beli sendiri, tapi ternyata dari Cicil?

Cicil menggaruk kepalanya yang tak gatal. Ia jadi bingung sendiri, Aina itu sebenarnya punya kelainan atau bagaimana? Mengapa suka sekali berteriak, marah-marah dan sewot tidak jelas?

"Memangnya salah ya aku nanyain hal itu? Kenapa dia malah ngatain Andra monyet? Aku gak terima!"

Cicil mengetuk-ngetuk pintu berkali-kali, membuat Aina semakin geram saja jadinya. Airmatanya ia hapus terlebih dahulu agar Cicil tak memanfaatkan airmatanya sebagai senjata ledekan.

Dengan kasar Aina membuka kembali pintu, menampilkan wajah merongnya yang berhasil membuat Cicil sedikit mundur ketakutan. "APA HAH? APA LAGI? LO MAU APA? MAU GUE USIR PAKE GAREM?"

"Kamu pikir aku ular apa!"

"IYA LO ULAR! ULAR BETINA," Aina menggerakan tanggannya percis mengikuti gaya ular kobra yang hendak mematok mangsanya. Lantas Cicil bergidik ngeri melihatnya.

"Kenapa kamu sebut Andra monyet? Andra kan manusia tampan, kalau kamu udah bosan, aku rela kok mendaur ulang dan menjadi isterinya,"

"OH LO MAU GUE PACOK BENERAN YAAAAA!!" Aina mendekat sambil memperlihatkan jurus patokan ular, lantas gadis itu berlari terbirit-birit ketakutan sambil berteriak bahwa Aina gila.

Jika saja Cicil tak buru-buru masuk ke dalam mobilnya, mungkin gadis itu sudah habis di tangan Aina.

Setelah kepergian Cicil, Aina jadi berfikir keras, "Yang ular kan dia, kenapa yang mau matok gue si? Halah bodoamat! Awas aja tu cewek berani dateng kesini lagi, gue kasih ular beneran buat matok bagian ubun-ubunnya!"

°°°°°

Pukul 17:30 Andra pulang ke rumah, ia tak bisa menahan rindu pada sang isteri. Pria itu tadi pergi bekerja, Ia lebih memilih menyelesaikan dokumen penting daripada harus bergelut dengan pikiran yang terus tertuju pada Aina. Toh ia juga yakin bahwa Aina tidak akan marah terlalu lama padanya.

Baru saja mau mengetuk pintu, namun rupanya Aina sudah lebih dulu membuka'nya, ia dapat mendengar suara mobil Andra, yang jelas sangat ia hafal.

"Ngapain balik?" sewot Aina sambil melipat tangan di bawah dada.

"Kamu masih ngambek yang? Aku bawain martabak telor kesukaan kamu, sama bobba." Sebenarnya tawaran itu cukup menarik, tapi Aina malah terbakar emosional yang meledak-ledak ketika melihat jam tangan yang Andra pakai. Warna'nya gold, percis seperti apa yang Cicil katakan padanya. Tidak salah lagi, itu pasti dari Cicil---pikirnya.

BRAKKK!!

Aina menepis bingkisan itu, wajahnya merah terbakar api cemburu. "GILA LO YA? BERANI NERIMA HADIAH DARI CEWEK LAIN, DAN DENGAN PEDE'NYA LO MALAH PAKE BARANG PEMBERIAN CEWEK LAIN, TANPA MIKIRIN PERASAAN GUE SEDIKITPUN?"

"Maksud kamu apa sih?"

"Itu jam tangan siapa yang lo pake? Dari Cicil kan?"

"Lah ini aku beli, kamu kata siapa?"

"Cicil sendiri yang bilang kalau dia kasih kamu hadiah, kenapa kamu gak bilang?"

"Hadiah dari dia aku taro di dalem laci, gak aku pake-pake. Mau di buang tapi itukan namanya gak ngehargain pemberian orang. Jadi aku ada rencana naro bukan buat kenangan, tapi jaga-jaga aja, mana tau nanti kita belangsak, kan bisa tu jam di jual"

Andra melengos begitu saja masuk melewati Aina. Ia malas bertengkar dengan wanita itu, sebab takut nanti kandungan Aina terganggu lantaran stres mendengar orangtuanya bertengkar terus menerus.

Aina mengekori Andra dari belakang, "ANDRA IH MAAFIN ATUH. IYA DEH GAK LAGI-LAGI CURIGAAN AMA KAMU!" Aina menciutkan bibirnya, ia berdiri di hadapan Andra sekarang sambil memperlihatkan tampang menggemaskan sekaligus memohon maaf dengan tulus.

"Aku capek Ai, baru pulang udah berantem, tadi sebelum berangkat juga berantem. Kamu juga tega banget jatohin makanan yang aku beli di sebrang jalan, kamu gak tau Ai perjuangan aku beli tu makanan. Aku rela di goda bencong laknat, terus aku rela menyebrang jalanan yang ramai, melewati lembah-lembah di lautan, nganterin si dora nyari si peta, lalu bagaimana jikalau aku terjatuh di tengah jalan Ai? Kamu bisa bayangkan kan? Gimana kalau dirimu jadi janda?"

"TIDAK OMA!!! AKU TIDAK AKAN MEMBIARKAN ITU TERJADI"

Drama-pun di mulai, hingga berakhir dengan pelukan hangat.

"Aku sayang kamu banget non Aina" lirih Andra kemudian mencium kening Aina.

"Aku juga. Sayang-sayang-sayang bangettttttttt sama kamuuuuuu tuan Andra" wanita itu membalasnya dengan mencium bibir Andra, lalu sedikit menjilatinya.

"Nakal! Di pompa nangesss!"

"Ish kemarin-kemarin tuh perih tau vagina aku. Tapi kata bidan Oliv itu wajar kok, memang saat hamil vagina terasa perih"

"Maafin aku ya sayang udah bikin perutmu sebentar lagi sebesar buah semangka, hingga kamu harus menanggung segala resikonya menjadi seorang ibu. Tapi..."

"Tapi apa?"

"Boleh gak sekarang mompa lagi? Biar anaknya kembar tiga?"

PELETAK!!!

Weird Wedding ✓Où les histoires vivent. Découvrez maintenant