Chapter 34

411 63 14
                                    

34. HANCUR

_________

"Aku sebenarnya tau beberapa hal yang Aina sembunyikan. Aina sering mual-mual parah bahkan sampai berdarah, terus aku pernah liat dia berdarah masuk kamar mandi. Dia sering ngerasa sakit perutnya, lalu kalau aku tanya, dia bilang cuman pengen eek aja. Aku pernah juga denger dia ngomong di dalam kamar mandi, dia kaya minta kesempatan buat tetap hidup seolah bahwa dia gak akan lama ada di dunia ini. Andra hiks... Maafin aku, aku gak bermaksud sembunyiin ini semua.."

Hancur!

Ya, kata itulah yang saat ini Andra rasakan dalam dirinya. Beberapa kali ia melampiaskan kehancurkannya dengan memukul tembok rumah sakit, hingga berteriak hebat membuat Cicil merinding ketakutan atas segala bentuk emosional pria itu.

Sudah hampir 4 jam, bidan Oliv belum juga keluar dari ruangan.

"Andra, aku mohon, jangan seperti ini. Lebih baik kita berdoa untuk keselamatan Aina dan bayi kalian" Cicil berusaha tetap membujuk, meskipun beberapa kali ia mendapatkan bentakan dari Andra.

"KENAPA DIA GAK BILANG SAMA GUE? KENAPA DIA SEMBUNYIIN SEMUANYA? GUE GAK MAU SESUATU TERJADI SAMA DIA DAN JUGA ANAK KAMI! GUE BENER-BENER NGERASA GAGAL JADI SUAMI.." tangis Andra pecah. Ia benar-benar tak menyangka jika semua ini akan terjadi padanya.

Sebuah pernikahan yang tadinya di landasi tanpa cinta, kemudian waktu mengambil alih menanamkan sebuah perasaan cinta, tapi mengapa saat cinta itu ada, berakhir dengan sebuah luka? Padahal takdir yang mempertemukan, lalu takdir pula yang mengakhiri sebuah perjalanan cinta yang padahal keduanya sudah mengorbankan banyak hal. Mengorbankan perasaan, mempertaruhkan kehidupan yang bertentangan, perbedaan, dan bahkan banyak hal yang kian menjadi satu dalam lingkaran takdir.

Bidan Oliv keluar dari ruangan, dengan bayi yang ia gendong yang masih berdarah. Andra langsung menghampiri, ekspresi wajahnya tak dapat di artikan lagi.

"Selamat Andra, bayi'nya perempuan. Cantik, seperti mama'nya." Bidan Oliv tersenyum sembari menatap haru bayi yang ia gendong.

"Saya mau gendong,"

"Di bersihkan dulu ya" bidan Oliv menyerahkannya pada suster. Mereka membawa bayi Andra dan Aina untuk di bersihkan.

Mata bidan Oliv berkaca-kaca, menandakan bahwa tangisnya sebentar lagi akan meledak. Ia tak sanggup mengatakan ini, tapi semua pernyataan ini memang harus Andra ketahui.

"Aina baik-baik aja kan bu Bidan?" tanya Andra dengan wajah cemas'nya.

"Aina.."

"DIA BAIK BAIK AJA KAN?"

"Andra, aku mohon, kamu harus tenang" Cicil mencoba menanangkan Andra, sebab pria itu mulai memperlihatkan sisi emosionalnya.

"Sebelumnya saya minta maaf. Saya sudah berusaha dengan kemampuan yang saya bisa, tapi Tuhan berkehendak lain, Aina sudah tiada.." bidan Oliv menunduk, meneteskan airmata yang berkali-kali jatuh tak tertahankan.

Andra menggeleng tak percaya.

Ia lantas masuk ke dalam ruangan dan menghampiri wanita yang sudah menutup matanya, wajahnya pucat, tangannya sudah berada di bawah dada, tubuhnya dingin kaku. Aina'nya sudah meninggalkannya, untuk selamanya, dan tak akan pernah kembali.

"HAHA GAK MUNGKIN! AI, KAMU PASTI LAGI NGEPRANK AKU KAN? KATANYA MAU PUNYA ANAK KEMBAR TIGA? AI, AYO KITA WUJUDIN PUNYA ANAK KEMBAR TIGA! AKU MAU KOK AI, NANTI KITA MAIN SAMA MEREKA, SAMA BINTANG JUGA. AI BANGUN, BINTANG SENENG BANGET PASTI PUNYA ADIK"

Cicil tak kuasa melihat semua ini, ia ikut menangis histeris dengan tangan yang menggenggam tangan Aina. "Maafin aku Aina, aku udah banyak bikin kamu emosi, udah banyak salah. Aku bener-bener minta maaf,"

Weird Wedding ✓Where stories live. Discover now