Chapter 16

360 83 23
                                    

16. PERUBAHAN

_______

Mulut Aina tak berhenti menganga, rumah mewah di hadapannya kini bagaikan istana. Ia memang pernah melihat rumah besar dan mewah, tapi itu di dalam sinema INDOSIAR tentunya.

Melihat mulut Aina menganga membentuk huruf "O" membuat Andra memiliki ide jahil, ia mencium pipi gadis itu hingga membuat gadis itu sadar dan kemudian langsung menginjak kaki Andra.

"ARGHHH ANJ*NGGG!" ringisnya kesakitan.

"Suruh siapa lo cium-cium pipi gue?"

"Abis lo cangak sih. Baru ya liat rumah gede?"

"Ini asli loh Ndra, rumah lo gede banget"

"Rumah orangtua gue"

Andra'pun mendekati pintu gerbang, memanggil-manggil nama pak Joko selaku satpam di rumah orangtuanya itu. Pak Joko yang sedang ngopi sambil baca koran, lantas mendengar namanya di panggil buru-buru menuju gerbang, lalu saat mengetahui Andra yang ada di depan gerbang maka pak Joko langsung membuka'kan pintu gerbang selebar-lebarnya.

"MASYAALLAH, INITEH BENER DEN ANDRA PULANG?" tanyanya antuasias senang.

Andra tersenyum kemudian mengangguk, "Iya pak ini saya Andra."

"Ya Allah Allhamdulillah, den ayok masuk. Disana pasti mami aden seneng banget dengan kehadiran aden, tapi-----" Pak Joko menjeda ucapannya, hingga membuat Andra mengernyit bingung sekaligus cemas. "Tapi, nyonya besar sakit den sudah berbulan-bulan lamanya semenjak den Andra pergi dari rumah ini, dan yang mengurusnya adalah mbak Serline"

Mata Andra membulat sempurna, "SERLINE?"

"Iya den." Andra buru-buru masuk ke dalam rumah, di ikuti dengan Aina yang menggendong Bintang.

Sebenarnya pak Joko ingin menanyakan siapa gadis yang Andra bawa, tapi sepertinya Andra begitu mengkhawatirkan mami'nya hingga membuatnya lupa mengenalkan siapa Aina.

Sesampainya di dalam sana, semua orang rumah terkejut dengan kehadiran Andra, terutama mami'nya dan juga Serline.

Wanita paruh baya itu duduk di atas kursi roda, wajahnya nampak pucat dan tubuhnya tak sesehat dahulu. Andra menangis, berlutut di hadapan sang ibu yang melahirkannya bertaruh nyawa, membesarkannya penuh cinta. Rasanya Andra menyesal karna telah pergi dari rumah atas ke-egoisannya.

Suasana menjadi haru, bahkan Aina sendiri menangis melihat moment itu.

"Mami seneng akhirnya kamu pulang bang,"

"MAAFIN ANDRA MI, MAAF..."

"Yang penting sekarang kamu pulang.."

"Mami sakit pasti gara-gara Andra kan?"

"Bukan sayang, mami cuman sedih gak bisa kamu tinggal, dan juga mami kehilangan adik kamu saat mami mengandung 3 bulan, mami cuman punya kamu, tapi kamu juga malah pergi ninggalin mami sendirian. Papi kamu kan sibuk dengan pekerjaan, selama ini yang merawat mami adalah Serline"

Gadis cantik berambut panjang itu tersenyum di hadapan Andra. Mata mereka bertemu dan Aina dapat melihat ada hal lain disana.

Tak di sangka Andra memeluk gadis itu, di hadapan Aina!

"Thanks! Dari dulu lo emang yang terbaik Ser," lirih Andra.

"Gapapa Ndra, gue pas balik ke Indonesia kemudian denger nyokap lo sakit, di tambah lo pergi dari rumah, gue langsung syok banget. Tiaphari balik kuliah gue kesini, gue tinggal disini dan udah anggap nyokap lo, nyokap gue juga"

Aina masih membeku di tempat, beberapa pertanyaan masuk ke dalam pikirannya. Tentang siapa gadis itu, dan mengapa nampak begitu dekat dengan Andra. Sementara sejak tadi Andra diam tak mau memperkenalkan dirinya pada orangtua Andra.

Para pembantu yang ada di rumah itu'pun melanjutkan kembali kegiatannya, mereka nampak bahagia dengan kehadiran Andra.

"Andra, dia siapa?" tanya Renita---nama mami'nya Andra. Wanita paruh baya itu menunjuk Aina, melirik Aina dengan saksama sambil memperhatikan bayi berusia 6 bulan yang Aina gendong.

"Aku---" Aina hendak bicara, namun seketika ucapannya di sanggah oleh Andra.

"Dia orang yang nolong Andra di Bogor mi, dia ngasih Andra tempat tinggal. Andra numpang idup sama dia, terus pas Andra mau balik ke Jakarta, Andra kasian dan bawa dia aja kesini. Itu yang dia gendong, adiknya."

Aina terkejut atas pernyataan yang Andra berikan, apa maksud pria itu?

Bukan'kah Andra sendiri yang mengatakan bahwa semuanya akan baik-baik saja setelah ia menceritakan kebenarannya? Tapi mengapa hari ini di hadapan Aina, ia memberikan kebohongan pada maminya sendiri?

"Oh, nama kamu siapa nak?" tanya Renita.

"Ai-Aina tante.." Aina menunduk menahan tangis yang sebentar lagi akan meledak. Ia tahu diri, ia memang tidak pantas bersanding dengan Andra sebagai isterinya. Tapi setidaknya ucapan Andra berhasil menjatuhkan hargadirinya, membuat hatinya sakit bukan kepalang.

"Adik kamu namanya siapa?"

"Bintang tante"

"Wah namanya bagus, boleh saya gendong?"

Aina mengangguk ragu, kemudian ia menyerahkan Bintang untuk Renita gendong. Nampaknya mami'nya Andra ini sangat menyukai anak-anak, maklum ia hanya mempunyai Andra yang sudah tak lagi selucu anak-anak.

Mami'nya Andra nampak akrab sekali dengan Bintang, "Aina kamu boleh tinggal disini sampai kapanpun kamu mau. Terimakasih sudah menolong anak saya" ucap Renita tersenyum senang.

"Anu tante--tapi saya ngerasa gak enak, jadi sebaiknya saya kembali saja ke bogor"

"Jangan Aina, saya menyukai adik kamu yang menggemaskan ini. Saya akan merasa sangat berhutang budi jika kamu menolaknya"

Tidak ada pilihan lain, Aina harus menerima tawaran itu. Ia akan tinggal di rumah Andra, entah sebagai apa. Bahkan saat ini Andra tak memperdulikannya, ia malah mengajak Serline ke tempat lain dan bicara berdua.

Aina sebenarnya ingin bertanya pada mami'nya Andra, tentang siapa Serline, tapi rasanya ia tak cukup pantas menanyakan hal pribadi.

Hari ini Aina merasakan hal yang berbeda dari Andra. Hatinya berdenyut merasakan sakit, dan keadaan inilah yang membuatnya sadar, bahwa ia telah jatuh cinta pada pria itu.

Perlakuan Andra sangat berbeda disini, entah karna merasa Aina tak pantas menjadi isterinya, atau karna keberadaan Serline.

Kalau tau kaya gini, gue nyesel percaya omong kosong lo Andra!

Weird Wedding ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang