Chapter 32

291 67 20
                                    

32. KONTRAKSI

_______

"ASTAGFIRLLAH ALAZIM, TIKUS GOT NGAPAIN LO KEMARI LAGI? GAK ADA KAPOKNYA LO YA?" Aina benar-benar kesal, sudah belakangan ini Cicil slalu mampir ke rumahnya dan bicara jujur bahwa ia mau bertemu dengan Andra.

"Andra mana? Kok aku gak lihat-lihat dia ya di kampus? Apa dia baik-baik aja?" Wajahya nampak khawatir.

"Dia baik-baik aja selama sama gue! Dia menghindarlah dari lo, dia kan udah punya isteri."

"Aina kalau boleh, aku mau minta izin sama kamu buat jadi isteri kedua Andra"

Detik kemudian Aina tertawa terbahak-bahak, "HAHAHA. UDAH GILA LO YA? SEBESAR APA SIH CINTA LO SAMA ANDRA SAMPE LO SEGILA ITU PIKIRANNYA?"

"Aku udah suka sama dia sejak lama Aina, mungkin sebelum dia bertemu dengan kamu."

Mendengar Cicil mengatakan hal itu dengan ekspresi sebuah ketulusan disana, lantas membuat hati Aina sedikit tertegun.

Namun tiba-tiba...

"Awwwww, perut gueeee---" Aina mendesis sakit sambil meremas perutnya yang terasa nyeri.

"Loh, Aina kamu kenapa? Kamu kena mental, tapi kok perutmu yang sakit?"

"GUE PENGEN BERAK ANJIRRR!!!" Aina buru-buru berlari menuju kamar mandi.

Wanita itu berbohong, ia tak mau buang air besar, melainkan perutnya kesakitan karna ia mengalami kontraksi.

Cicil mengikuti dari belakang, bahkan gadis itu berdiri di depan kamar mandi. Niatnya hanya menunggu Aina selesai berak saja, sebab ucapannya belum selesai.

"Awssshh ya Allah sakit banget.." lirih Aina duduk di atas kloset menahan rasa sakitnya.

Cicil curiga bahwa Aina bukan sakit karna ingin buang air besar, sebab tak sengaja di depan pintu kamar mandi ia melihat setetes darah. "Darah apa ya ini? Aina berdarah lubang pantatnya?" gumamnya tak mengerti.

Aina masih mendesis di dalam sana, bahkan ia menahan mati-matian tangisnya. "Ya Allah, aku mohon beri kesempatan anakku dan aku agar tetap hidup"

Disana Cicil dapat mendengarnya, lantas ia terkejut dengan perkataan Aina. Apa maksudnya? Hatinya terus menanyakan hal itu.

Tak lama suara Aina tidak terdengar lagi, dan kemudian perlahan Aina mulai membuka pintu kamar mandi setelah ia selesai membersihkan tetesan darah yang keluar dari vagina'nya melewati paha. Cicil segera berlari dan duduk di atas sofa ruang tamu, jujur ia penasaran setengah mati, tapi jika Cicil menanyakannya pada Aina, pasti wanita itu tak mau jujur padanya.

"Lo? Ngapain lo masih disini?" Wajah Aina terlihat pucat.

"A-aku.. hem Aina, AKU MAU KITA TEMENAN!"

"What? Hahaha. Temenan? Sama lo? Najis! Pergi lo dari sini!"

"Aina, aku mohon" biarin aku jadi temen kamu di sisa hidup kamu, meskipun aku gak tau apa sebenarnya masalah kamu. Gadis itu bahkan berlutut di hadapan Aina, terlihat tulus.

"Lo kenapa sih?" Aina mencoba membangunkannya dan kini mereka saling bertatapan.

"Gapapa. Aku pengen temenan aja sama kamu, maaf ya kalau selama ini aku gak tahu malu dengan mau merebut Andra dari kamu, tapi niat aku cuman jujur aja sama perasaanku bukan bermaksud jadi pelakor."

Aina tahu bahwa Cicil ini adalah gadis yang baik, bahkan kepolosannya benar-benar murni dari dalam dirinya.

Tingkah Cicil yang seperti anak-anak kadang membuat Aina pening saja jadinya.

"Oke gue mau temenan sama lo, tapi jangan curi-curi kesempatan buat deket sama Andra ya?"

"Aku janji Aina."

"Sekarang, bantuin gue masak di dapur! Sebentar lagi Andra pulang kerja" Aina terpaksa meminta bantuan Cicil, karna ia baru saja mengalami kontraksi, jadi biarkan gadis itu membantunya memasak.

Mereka berdua sedang bekerjasama membuat masakan kesukaan Andra. Jika sudah begini, Aina jadi merasa akur dengan isteri keduanya Andra. 'amit-amit ya Allah' gumamnya menepis dalam hati.

"Aina ini jagungnya di apain?" tanya Cicil tak mengerti.

"Di hayatin aja sampe berkembang biak!"

"Hah? Emang bisa?"

"YA GAK BISA LAH TIKUS GOTTTT! LO POTONG TIGA TERUS MASUKIN KE DALEM PANCI PAS AIRNYA UDAH MENDIDIH"

Sebenarnya Cicil tak mengerti, Aina ini mau masak apa? Ia bahkan tak pernah sedikitpun menyentuh dapur untuk masak.

"Aina inikan keras, aku mana bisa motongnya, kamu aja deh!"

Aina mengambil alih untuk memotong jagung itu, "Dasar letoy. Motong jagung aja lo kaga bisa! Jangan-jangan lo gak tau kalau gue mau bikin sayur apa?"

"Iya emang aku gak tau. Emang itu sayur apa sih? Kok di air'in? Di jagung'in? Aku gak pernah makan."

"SAYUR ASEM! KAYA KETEK LO, ASEM, SEPET, BAU CUKA!" kesal Aina.

Ini sih namanya Aina masak sendirian. Cicil benar-benar tak bisa di andalkan. "Padahal kalau lo pinter masak, gue bisa pertimbangin buat lo---" belum sempat Aina meneruskan ucapannya, Cicil sudah bersemangat 46 memotong pembicaraannya.

"Buat jadi isteri keduanya Andra kan ya?"

"BUAT JADI PEMBOKAT LAH! GILA LO, MANA MAU GUE NYERAHIN SUAMI GUE BUAT LO!"

Cicil mendengus sebal. Padahal ia sudah berharap banyak, tapi wanita itu masih juga belum mau menerimanya sebagai madu.

°°°°°°

Makan malam berjalan dengan semestinya meskipun di tengah-tengah Andra dan Aina, ada Cicil yang menyelip sebagai tamu tak di undang.

"Cil, lo kaya cicak. Dimana-mana ada, kadang-kadang sembunyi di balik tembok" ucap Andra menyindir gadis itu. Sebenarnya ia tahu Cicil suka mengintip di balik tembok kampus pada saat jam pelajaran di kelas Andra sedang di mulai.

"Hah? Itu anu---aku.. hem, aku kesini cuman mau cobain sayur ketek asem buatan Aina"

"Sayur ketek asem?" Bibir Andra berkedut menahan tawa. Pasti ini ulah Aina yang memberi nama makanan itu aneh-aneh.

"Iya, kata Aina itu namanya sayur ketek asem. Nah aku mau coba Andra, bisa gak tolong kamu ambilin nasi'nya, itu jauh banget tau!"

"Jauh darimana? Nasi depan muka lo, dasar modus! Kecuali nasinya di paris, lo makan di indonesia, wajar lo bilang jauh! Gak usah modus sama suami gue ya," Cicil menciutkan bibirnya kesal, lagi-lagi usahanya agar di perhatikan Andra gagal total.

Tak apalah. Sudah menjadi teman Aina saja itu sangat berarti untuk Cicil, ia merasa sudah menjadi bagian keluarga Aina sekarang meskipun Aina galak macam singa.

Cicil menginap di kediaman Aina dan Andra, ia betul-betul berniat menginap bukan untuk sekedar modus, melainkan ingin saja menemani Aina.

"Cil, mending lo balik! Kan gue ada Andra" kesal Aina.

"Iya Cil. Gue jadi susah nih mau gerepe'an," timpal Andra.

"Iya gue juga jadi susah mau remes-remesan" dan lagi Aina.

"Apalagi olahraga malem kaya biasanya"

"ADA LO SIH!" Mereka mengatakan secara bersamaan.

Cicil menggaruk kepalanya yang tak gatal. 'Gerepe, remes, olahraga? Apa maksud mereka?' pertanyaan itu menyatu dalam pikiran'nya, ia betul-betul tidak mengerti.

"Hm, tapi aku mau menginap disini, gapapa kok kalau kalian mau makan anggur terus anggurnya di remes sambil olahraga"

Grepe yang Cicil pikir buah anggur itu lantas membuat Aina dan Andra tepuk jidat!

Weird Wedding ✓Where stories live. Discover now