Four

9.2K 451 24
                                    

Acara besar yang di tunggu-tunggu keluarga Costa pun datang juga. Dimana para tamu undangan yang sudah berhamburan memenuhi gedung mewah nan megah itu. Tamu yang datang pun bukan sembarang tamu, tetapi pebisnis kelas atas semua. Tidak hanya itu, para artis dan model papan atas pun mereka undang.

Pada saat MC mempersilakan Lucas untuk maju ke atas panggung seketika suara tepuk tangan memenuhi gedung itu. Berbeda dengan Joe yang lebih fokus mendengar model-model lain yang sedang membicarakan pesona Lucas.

"Sepertinya Lucas sangat terkenal," ucap Joe pada Ella yang ada disamping Joe.

"Dia memang sangat terkenal." Jawab Ella sambil meminum juz yang ada di tangannya.

"Apa kau termasuk wanita yang menyukai pesona pria itu?" Pertanyaan Joe sukses membuat Ella menatap Joe dan terkekeh.

"Untuk sekedar mengagumi mungkin." Jawab Ella kembali menatap Lucas yang sedang memberi sambutan.

"Benarkah hanya mengaguminya?" Tanya Joe untuk meyakinkan saja. Otomatis langsung dibalas anggukan oleh Ella.

"Saya sangat berterimakasih sekali pada tamu undangan yang sudah hadir diacara ulang tahun Costa Group." Tanpa disadari, ternyata Ella diam-diam menatap Lucas sambil tersenyum tipis.

Kegiatan Ella yang menatap Lucas pun terpaksa harus terhenti karena Joe kembali mengajaknya berbicara.
"Lucas sangat profesional sekali ya, aku ingin sekali seperti dirinya yang dikagumi oleh banyak orang termasuk dirimu," ucap Joe yang merasa insecure.

"Hehe, kau sedang membedakan dirimu sendiri dengan Lucas?" Tanya Ella.

"Tapi memang begitu bukan?"

"Jangan mematok dirimu hanya dengan satu orang Joe. Kau lihat ribuan bahkan jutaan manusia yang masih jauh dari dirimu. Kau CEO, setiap orang mempunyai porsi masing-masing," ucap Ella untuk meyakinkan Joe.

Kalian jangan heran lagi dengan cara bicara Ella pada Joe yang seperti tidak mencerminkan seorang bos dan anak buahnya. Joe sendiri yang meminta Ella untuk menganggap Joe sebagai teman sendiri. Ella pun meng iya kan itu.

"Kau sepertinya cocok untuk menjadi motivator," ucapan Joe sukses membuat Ella tertawa pelan.

"Aku hanya memberitahumu Joe."

Detik selanjutnya, Ella pun berpamitan pada Joe untuk ke kamar mandi karena tiba-tiba perut Ella merasa tidak nyaman.
"Em Joe, aku akan ke kamar mandi terlebih dahulu," ucap Ella.

"Apa perlu ku antar?" Tanya Joe yang hendak ikut berdiri.

"Tidak perlu Joe, kau tunggu disini saja. Aku hanya sebentar." Setelah itu, Ella pun berjalan ke arah kamar mandi.

Ella sempat kebingungan saat mencari letak kamar mandi, karena gedung ini begitu luas. Alhasil ia pun terus berjalan untuk mencarinya.

"Ah sudah berapa lama aku berjalan, tapi tidak menemukan kamar kecil itu. Sialan," ucap Ella dengan sendirinya.

Tanpa Ella sadari, ia kembali berjalan kearah tempat yang sangat minim sekali cahayanya. Berharap ia menemukan apa yang ia cari.

Kakinya pun mengajaknya berhenti tepat di depan pintu yang menjulang tinggi. Tempat itu lumayan jauh dari keramaian, membuatnya sedikit was-was. Tanpa menunggu lama gadis itu pun membuka pintunya dengan sekali tarikan.

Dengan otomatis, pintu terbuka dengan sendirinya. Ella pun masuk ke dalam nya, tapi ia tidak menemukan kamar mandi dan sialnya lagi pintu itu tertutup dengan sendirinya yang langsung membuat jantung Ella berdetak tidak karuan. Ruangan itu tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap, tapi sukses membuat Ella ketakutan. Tangan Ella tidak hentinya menarik-narik gagang pintu, berharap bisa terbuka kembali. Namun, nihil yang ia dapatkan.

Ella merasakan dadanya bertambah sesak saat melihat dinding-dinding ruangan itu dipenuhi oleh senjata tajam. Ella benar-benar ketakutan, ia takut seseorang akan membunuhnya ditempat itu.

"Tolong! Siapapun tolong aku. Aku terkunci di dalam!" Gadis itu pun terus berteriak minta tolong sampai suaranya hampir menghilang, namun tidak ada seorang pun yang mendengar suaranya.

Jalan satu-satunya Ella keluar yaitu dengan meminta Joe untuk membantunya. Tapi lagi-lagi kesialan sedang berpihak kepadanya, karena ia lupa membawa ponsel dan tasnya. Ella pun merutuki kebodohannya sendiri.

Karena tidak dapat menahan ketakutannya, gadis itu pun luruh ke lantai dan menangis terisak. Ella yakin, bahwa dirinya akan segera mati. Seketika tangis gadis itu semakin menjadi kala melihat senjata tajam ada dimana-mana, itu benar-benar mengerikan.

Ella bertambah yakin, kalau pemilik benda-benda itu adalah seorang psychopath. Mata gadis itu terus menyusuri setiap dinding ruangan itu, tiba-tiba pandangannya harus tertuju pada senjata api yang tergeletak di atas meja.

Dengan buru-buru gadis itu langsung berdiri dan mengambil benda tersebut, ia akan menggunakan pistol itu saat psikopat itu datang. Anggap saja sebagai perisai Ella. Gadis itu cukup cerdik, ia pun mencari tempat untuk dirinya bersembunyi. Agar psikopat itu tidak langsung melihatnya.

Setelah menemukan tempat yang strategis gadis itu pun langsung menyembunyikan dirinya diantara benda-benda itu. Baru beberapa menit ia bersembunyi, ia langsung dilanda kebosanan yang membuat dirinya memejamkan mata dan berharap itu hanyalah mimpi.

Lima jam kemudian, Ella yang masih setia memejamkan matanya pun seketika langsung terbuka saat mendengar seseorang memasuki ruangan itu. Ella yakin, pasti itu psikopatnya. Sayangnya gadis itu tidak dapat melihat wajah orang tersebut, ia hanya melihat punggung pria yang menggunakan stelan jas hitam formal.

Ternyata pria itu berjalan menaiki tangga yang berada diseberang Ella. Kesempatan itu sengaja Ella gunakan untuk keluar dari tempat sialan ini. Ella pun keluar dari tempat persembunyiannya dengan tergesa-gesa hingga membuat ujung hiels yang ia kenakan menginjak besi yang ada di bawahnya dan itu sukses membuat gadis itu terjungkal.

Otomatis gadis itu memekik kesakitan, ia pun dapat mendengar kembali pria itu melangkahkan kakinya diatas tangga. Ella tidak bisa mencerna pikirannya kembali, ia pun buru-buru berlari menuju pintu keluar, Ella sangat bersyukur saat pintunya tidak terkunci kembali, jadi itu akan memudahkan dirinya.

Ella pun berhasil keluar dan menjauhi tempat itu, tapi ia lupa mengembalikan pistol yang sedari tadi ia genggam. Ah kau bodoh sekali Ella. Ia pun berlari hanya menggunakan satu hiels karena hiels satunya tertinggal di sana. Gadis itu terus berfikir keras, agar pria itu tidak bisa menemukannya.

"Ya Tuhan, apa yang harus aku lakukan?" Ella hanya bisa bolak-balik memikirkan dirinya harus bagaimana. Dia benar-benar kacau.

"Astaga! Aku melupakan sesuatu." Ella buru-buru berlari ke aula gedung yang tadi digunakan, tapi ia tidak menemukan siapapun karena acara sudah selesai dari tadi. Ia melirik jam yang melingkar dipergelangan tangannya. Seketika matanya membulat sempurna saat melihat jam sudah menunjukan pukul 12.00 PM.

Gadis itu pun lebih memilih untuk pulang, pasti orang tuanya akan mengkhawatirkannya.

________

Halo jangan lupa tekan vote dan komen ya, aku tunggu komentar kalian nih hihihi...

A Mafia Da Costa [TAMAT] Where stories live. Discover now