Twenty Four

5.7K 291 6
                                    

"Bagaimana dad bisa tahu, kalau aku diculik pria-pria itu?" Tanya Ella dengan mata sembab.

"Tentu saja dari teman dad, untung saja mereka cepat memberitahu berita itu," jawabnya.

"Lalu, bagaimana dad mendapatkan uang sebanyak itu?"

"Kau tak perlu pikirkan itu."

"Bagaimana aku harus melunasi uang dad?"

"Ella, kau ini putriku. Kau tak perlu melakukan itu. Dad hanya ingin kau seperti dulu, tidak ada ancaman, tidak ada kekerasan, tidak ada paksaan." Jelas ayahnya panjang lebar.

"Aku mengerti dad, maafkan aku yang selalu membuatmu khawatir," ucap Ella.

"Semua ini gara-gara Lucas, kau tahu. Musuh Lucas ada dimana-mana, jadi tidak mungkin dirimu tidak mendapat imbasnya," ucap sang ayah dengan wajah serius.

"Jangan bicarakan dia dad, aku kesal dengan pria itu. Bahkan dia tidak mau menolongku hiks." Lagi-lagi Ella harus menangis.

****

Satu bulan sudah berlalu. Semenjak kejadian itu, Ella tidak pernah keluar rumah sama sekali. Dia sibuk menulis sebuah buku di rumahnya, menulis adalah salah satu hobi Ella dari kecil. Sempat dulunya ia bercita-cita ingin menjadi penulis profesional, tapi takdir berkata lain. Dirinya malah menjadi seorang model.

"Ella."

"Iya mom," jawab Ella yang tangannya sibuk mengetik sesuatu di layar komputernya.

"Ada seseorang yang ingin bertemu denganmu," ucap sang ibu yang dibalas anggukan oleh Ella.

Gadis itu pun turun ke bawah untuk bertemu dengan seseorang yang dikatakan ibunya.

"Hai Ella," sapa orang itu terlebih dahulu.

"Oh, Mrs. Fonsi," Ella pun hanya melongo kaget. "Maafkan aku nyonya, aku sungguh tidak percaya ini." lanjutnya.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Fonsi yang dibalas senyum getir dari Ella.

"Tidak terlalu buruk Mrs."

"Maksud kedatanganku kesini, untuk mengajakmu bekerja sama."

"Kerja sama apa Mrs?" tanya Ella.

"Aku sudah melihat beberapa karyamu dan aku tertarik untuk memproduksinya," jawab Mrs Fonsi.

"Really," ucap Ella dengan netra berbinar.

"Ya, mau kah kamu?"

"Tentu saja," balas Ella.

Ting Ting Ting...

Bell rumah berbunyi membuat mereka berdua harus menghentikan ucapannya.

'Ck, mengganggu saja.' Batin Ella.

Ceklek!

"Oh hai Ella, maaf aku langsung masuk. Ku kira tidak ada orang di sini," ucap seorang pria yang baru saja masuk dengan sendirinya, sedangkan Ella hanya memutar bola matanya malas.

Sepertinya pria itu tidak menyadari bahwa ada tamu yang sedari tadi duduk bersama Ella. Sudahlah, biarkan saja pria itu terus berbicara.

"Lain kali kau harus membukakan pintu untukku Ella, jika tidak ak–" ucapan pria itu terpotong oleh suara nyonya Fonsi.

"Hallo tuan Joe," sapa nya membuat Joe sedikit gelagapan.

"Oh hai, Mrs Fonsi. Aku tidak tahu kau ada di sini. Maafkan aku sudah mengganggu pembicaraan kalian hehe," ucap Joe sambil menunjukkan deretan giginya.

"Hm, tidak apa. Sepertinya aku harus pamit."

"Kenapa kau cepat sekali Mrs Fonsi? Padahal aku baru saja datang,"

"Aku sudah dari tadi bersama dengan Ella," jawabnya.

Setelah kepulangan Mrs Fonsi, di sana hanya tinggal Ella dan Joe yang sedang duduk di ruang tamu. Pandangan Joe terus saja tertuju pada Ella, sedangkan Ella lebih memalingkan pandangannya.

Bukannya apa-apa, Ella hanya sedikit gerogi saja saat mata pria itu terus menatapnya, ditambah posisi mereka yang berhadapan membuat jantung Ella tidak aman.

"Aku benar-benar heran denganmu," ucap Joe dengan nada serius dan tatapan terus melekat pada Ella.

"Hah, apa yang kau bicarakan?" tanya Ella yang bingung dengan pernyataan Joe.

"Kenapa kau tidak kembali bekerja denganku? Padahal aku sudah menunggu kedatanganmu." Ella hanya bisa tersenyum dan menggelengkan kepalanya.

"Itu hal yang tidak mungkin Joe."

"Apa yang membuatnya tidak mungkin? Aku bosnya, aku berhak menentukan."

"Kau hanya melihatku dari satu sisi Joe, bahkan aku hampir gila saat memikirkanya," ucap Ella yang sibuk membersihkan meja di depannya dengan sebuah kain.

Tangan Ella yang tidak sengaja langsung berhenti dari aktivitasnya, saat tangan Joe tiba-tiba menyahut dan menggenggam erat tangan itu. Kaget? Tentu saja Ella kaget dan berusaha melepasnya dari cekalan Joe.

"Aku tahu, selama ini kau berbohong Ella," gumam Joe sambil terus menatap lekat manik mata Ella. "Selama ini kau tinggal bersama Lucas bukan?"

BAM!

Bagai disambar petir, seketika Ella benar-benar syok saat mendengar Joe mengatakan nama pria itu. Bagaimana Joe bisa tahu? Pertanyaan seperti itu yang terus melayang di pikiran Ella.

Tangan Ella yang digenggam Joe pun lepas, sehingga dimanfaatkan oleh Ella untuk menjauh dari hadapan Joe. Gadis itu berniat untuk pergi ke kamarnya. Namun, tubuh Joe kembali menghadang perjalanan Ella. Perlakuan Joe justru menimbulkan amarah Ella.

"Menyingkirlah Joe." Perintah Ella yang sedikit menaikkan nada bicaranya.

"Tidak, sebelum kau bercerita padaku tentang Lucas."

"Itu bukan urusanmu Joe."

"Tentu saja itu urusanku Ella, pria itu membohongiku dengan memberikan surat pengunduran dirimu yang palsu." Ella terdiam sejenak saat apa yang dikatan Joe ada benarnya.

"Lalu apa yang harus aku lakukan?" tanya Ella yang terus-menerus berfikir mencari solusi.

"Kembali bekerja denganku," jawab Joe.

"Maaf Joe, aku tidak bisa kembali bekerja denganmu. Apa tidak ada cara lain?"

"Jadilah kekasihku." Lagi-lagi Ella dibuat terkejut oleh ucapan Joe yang menurutnya sangat di luar dugaan. Tangan gadis itu pun terulur untuk menyentuh keningnya sendiri dan memijatnya pelan. Nampaknya gadis itu sedang mencoba berfikir keras.

"Maaf, aku tidak bisa menjawabnya sekarang. Aku harus memikirkan terlebih dahulu," ucap Ella yang kini sudah berada didekat tangga.

"Baiklah, aku beri waktu untuk berfikir. Jika sudah ada jawaban, kabari saja," ucap Joe yang diangguki Ella. Setelahnya Ella pun langsung berjalan menuju kamarnya.

Di sana, gadis itu pun menenggelamkan wajahnya dibantal dan berusaha menghilangkan beban pikiran yang terus menghantui dirinya.

Ucapan yang dilontarkan Lucas, Joe dan ayahnya seolah terus terngiang di dalam pikirannya.

"Jika kau macam-macam, aku akan membunuhmu." ~ Lucas

"Jadilah kekasihku." ~ Joe

"Dad ingin kau seperti dulu lagi, tidak ada kekerasan...."

"TIDAKKK!!!"

******

Hallo, jangan lupa tekan vote dan komennya ya

Je

A Mafia Da Costa [TAMAT] Where stories live. Discover now