Twenty Three

5.9K 298 4
                                    

Ella, gadis yang baru saja sadar dari pingsan. Tiba-tiba pandangan gadis itu harus menatap terkejut dengan seseorang yang telah menculik dan membiusnya. Sontak gadis itu pun berusaha melepaskan diri, namun hanya sia-sia.

"Hey, lepaskan diriku," teriak Ella dengan wajah ketakutan. Gadis itu yang semula hanya menggunakan selimut untuk menutupi tubuhnya, kali ini ia sudah berganti menggunakan pakaian yang sebenarnya.

Tampak tiga orang pria dengan raut wajah menyeramkan, sedang meneliti Ella yang diikat tangannya di belakang kursi. Pria itu sesekali tersenyum dan berbisik satu sama lain. Entah apa yang mereka bisikkan, intinya Ella tidak tahu.

Ella yang geram dengan tiga orang itu pun, langsung menambahkan volume suaranya menjadi dua kali lipat dan sukses membuat pria-pria itu melongo tak percaya.

"KALIAN SIAPA BRENGSEK!" Teriak Ella yang wajahnya sudah merah akibat emosi yang hendak memuncah.

"Hehehe...Kami yang menculikmu," jawab si pria dengan santainya.

"Aku tahu itu, kenapa kau menculikku?" Tanya Ella.

"Karena kami tidak suka dengan temanmu."

"Teman? Siapa temanku? Aku tidak punya teman," ucap Ella dengan sangat berani.

"Maksud kami kekasihmu,"

"Aku tidak punya kekasih, sialan. Jangan mengada-ada."

"Tapi kami menculikmu dari rumah kekasihmu," ucap pria itu lagi. Seketika pikiran Ella langsung tertuju pada Lucas. Jelas-jelas Lucas bukan kekasihnya.

"Apa Lucas yang kalian maksud?" Tanya Ella.

"Entahlah, kami tidak tahu namanya," jawab si pria yang kembali sibuk.

"Kalian benci pada Lucas? Lalu kenapa menculikku?. Satu lagi, Lucas bukan kekasihku. Jadi lepaskan aku,* ucap Ella panjang kali lebar.

"Aku tidak peduli siapa nama pria yang kau sebut."

"Lalu, untuk apa kau menculikku bodoh?" geram Ella. "Siapa yang berani mengganti pakaianku?" Lanjutnya lagi.

Dari ketiga pria yang berada di depan Ella, hanya satu pria yang menunjukkan ketidaksukaanya pada Ella. Nampak pria itu terus menatap bengis gadis itu.

"Kau cerewet sekali, kau lebih baik DIAM!" bentak si pria yang meninggikan suara diakhir kalimatnya.

Lalu Ella? Tentu saja gadis itu bertambah ketakutan. Untung saja salah satu teman pria itu langsung mengajak keluar pria yang sedang marah. Jadi, di ruangan itu hanya ada Ella dan satu orang pria yang terus menatap Ella dengan datar.

"Kenapa kau terus menatapku?" Tanya Ella risih karena selalu diperhatikan.

"Kau model rupanya," ucap si pria.

"Dasar gila, padahal aku tidak menanyakan hal itu," bisik Ella dengan sendirinya.

"Aku mendengarmu," ucap pria itu lagi.

"Lalu kenapa kalau aku model?" tanya Ella lagi.

"Jelas saja akan sangat menguntungkan jika ku jual."

"Hah? Jangan macam-macam kau." Ancam Ella dengan mata menyipit. Berbeda dengan pria itu yang malah tertawa.

"Aku tidak pernah macam-macam saat bicara," ucap si pria, lalu berjalan dan berjongkok di depan Ella. Tangan pria itu pun menyentuh dagu Ella dengan jari telunjuknya.

"Ck, aku bukan barang yang bisa kau jual." Ella benar-benar ingin menendang wajah pria di depannya. Tapi apalah daya, kakinya yang di ikat pula.

Pria kembali membungkukkan badannya, hingga wajah pria itu berhadapan langsung dengan wajah Ella yang putih mulus. Ella dapat melihat jelas setiap lekukan wajah pria itu. Terdapat pula luka kiloid yang menghiasi wajah si pria. Hanya goresan, tapi terlihat menyeramkan.

Ella buru-buru memalingkan wajah dan berusaha menjauhi pria itu. Detak janutung Ella sudah tidak karuan, antara takut dan grogi menjadi satu. Namun...

Drrttt drttt..

Bunyi telpon yang berada di atas meja sukses membuat pria itu menghentikan aktivitasnya, Ella pun dapat bernafas lega.

"Halo.."

"Hey sialan. Jangan apa-apakan putriku, jika terjadi sesuatu pada putriku, aku akan membunuhmu," ucap seorang pria di seberang telepon dan suara itu Ella sangat mengenalnya.

"Hahaha, aku hanya–" suara pria itu terpotong oleh ucapan Ella.

"DADY, AKU MOHON TOLONG AKU!" Teriak Ella dengan air mata yang sudah mengalir.

"Aku akan menolongmu nak," balas sang ayah.

"Haha, jika kau ingin putrimu selamat. Kau harus menebusnya," ucap pria itu pada ayah Ella.

"Berapa aku harus menebusnya? Dan jangan sakiti putriku." Tanya sang ayah.

"500 juta dollar–"

"KAU GILA! MANA MUNGKIN AYAHKU MEMILIKI UANG SEBANYAK ITU!" Teriak Ella yang lagi-lagi memotong ucapan pria itu.

"Baiklah, aku akan menebusnya. Aku mohon jangan sakiti putriku." Jawaban sang ayah sukses membuat Ella melongo dan seketika dadanya sesak.

Setelah telpon dimatikan, pria itu kembali berdiri di samping Ella yang merunduk sedih.

"Tidak sia-sia aku menjual pada ayahmu," ucap si pria yang tidak di jawab oleh Ella.

Pikiran Ella terus tertuju pada sang ayah yang rela mengeluarkan uang sebanyak itu hanya untuk menebus dirinya. Ella pun yakin, bahwa sang ayah sebenarnya tidak memiliki uang itu.

Satu jam berlalu, akhirnya apa yang ditunggu-tunggu datang juga. Dimana sang ayah yang datang untuk menjemputnya, terlihat dari balik pintu sang ayah yang sedang menyeret koper yang diduga isinya uang tebusan.

"DAD!" panggil Ella yang samping kanan dan kirinya sudah dijaga bodyguard.

Ayahnya pun melemparkan koper itu ke seseorang yang diduga bos mafia.

"Lepaskan putriku sekarang juga," ucap sang ayah yang malah dibalas dengan kekehan dari bos mafia.

Belum sempat ayahnya berjalan menuju Ella, tiba-tiba sebuah pukulan mendarat dipunggung sang ayah. Membuat pria itu ambruk ke depan. Seketika gadis itu pun tak mampu menahan jeritannya.

"Aku mohon jangan sakiti dia!" teriak Ella yang terus menangis menatap sang ayah yang begitu lemah saat pria-pria itu terus memukulnya.

"Cukup!" Terdengar suara intrupsi dari bos mafia, yang otomatis langsung menghentikan aktivitas kejam itu.

Setelah itu, para mafia-mafia kejam itu pun pergi meninggalkan Ella dan ayahnya sendiri. Dengan sisa tenaganya, sang ayah berusaha melepas ikatan yang melilit di tubuh Ella.

"Hiks, maafkan aku dad. Semua ini salahku," ucap Ella sambil memeluk erat sang ayah.

"Ayo, lebih baik kita pergi sekarang juga." Perintah sang ayah, lalu membawa pulang putrinya dari tempat terkutuk itu.

Ella tak hentinya menangis, meskipun mereka sedang di perjalanan.

"Sudahlah nak, sekarang kau sudah selamat," ucap sang ayah yang sibuk menyetir. Terlihat bekas pukulan yang membiru di wajah sang ayah.

"Hiks hiks.. Semua ini benar-benar salahku, coba saja aku tidak melawan dad dan tidak kabur dari rumah. Mungkin nasib kita tidak akan seperti ini hiks."

"Apa kau menyesalinya?" Tanya sang ayah.

"Hiks, tentu saja dad. Kau harus menebusku dengan uangmu dan kau harus mendapatkan pukulan itu."

"Hm, tidak usah pikirkan hal itu yang penting kau sudah selamat," balas sang ayah dengan senyuman yang tercetak jelas di bibirnya.

"Bagaimana dad bisa tahu, kalau aku diculik pria-pria itu?" Tanya Ella dengan mata sembab.

******

Oke, mohon maaf banget pokoknya kalo makin gak jelas nih alur. Jangan lupa tinggalin jejak ya💜

Je
19/11/2021

A Mafia Da Costa [TAMAT] Where stories live. Discover now