Forty Two

5.1K 185 25
                                    

Udah makin deket aja nih

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Udah makin deket aja nih

*-*-*-*

Di ruangan bernuansa putih itu, seorang wanita tengah menunggu wanita yang lain yang sedang terbaring di atas ranjang. Sudah enam jam lamanya netra indah itu terus terpejam seolah tak ingin menatap dunia kembali. Tanpa sadar sebening air keluar dari pelupuk mata wanita yang kini masih dibantu dengan selang infus. Siapa lagi kalau bukan Silva.

Silva tak disangka mengeluarkan air mata meski dalam keadaan tak sadarkan diri. Tangan Ella langsung saja terulur maju untuk membelai air itu menggunakan ibu jarinya. Tak bisa ditahan lagi oleh Ella, ia pun ikut mengeluarkan air mata kesedihan yang amat tak berujung juga. Ella tak kuasa melihat orang yang pernah menyakitinya tengah sekarat di atas ranjang dengan keadaan terpejam rapat.

"Bangunlah Silva, sudah lima jam kau tertidur. Kau harus makan, apa kau tega dengan kandunganmu yang membutuhkan asupan?" bisik Ella tepat di telinga Silva. Keadaan Silva mengingatkan pada dirinya yang pernah mendapatkan hal yang sama. Dimana ia harus melawan stres yang mendera, kemudian takut bertemu dengan seseorang hingga keinginan bunuh diri pun sempat terlintas di benaknya. Kenapa keadaan ini justru berpindah pada adik iparnya.

Saat Ella sedang berkutat dengan isi kepalanya, pintu kamar pun terbuka dan melihatkan dua sosok manusia yang sudah berusia tak muda lagi. Mereka adalah kedua orang tua Silva yang baru saja datang dari California setelah mendapat kabar dari Lucas. Ibu Silva pun langsung menghambur memeluk putrinya yang terbaring.

"Apa yang sudah terjadi padamu, sayang." pungkas ibunya di sela tangisnya yang sudah tak terbendung lagi.

Setelah dua belas jam kemudian, akhirnya apa yang diharapkan mereka semua terkabul juga. Silva terbangun dari tidur panjangnya yang pastinya sudah menjadi penjagaan ketat keluarga mereka. Hingga terdengar suara batuk dari Silva membuat Ella langsung menyodorkan gelas kaca yang berisi air putih. Silva meneguk habis minuman itu, pasalnya dua belas jam ia tak minum, tetapi setidaknya masih memiliki asupan dari infus.

"Mom, Dad." Terdengar suara lirih dari Silva yang merasakan tenggorokannya tercekat.

"Kami di sini sejak tujuh jam yang lalu."

Bersamaan dengan itu, raut wajah Silva pun berubah menjadi ketakutan dan kembali pucat. Silva mengira kedua orang tuanya akan marah besar dan bisa saja mencoreng namanya di dalam indentitas keluarga mereka.

"Apa yang kau takutkan sayang?" Kata Ibunya yang duduk di ranjang samping Silva. Lantas Silva menggelengkan kepala sebagai jawaban.

"Maafkan aku Mom, Aku tahu pasti kau marah padaku." Silva sudah pasrah jika ibunya akan mengusirnya detik ini juga. Tetapi semua di luar dugaan Silva. Mengingat ibunya Justru memberinya kasih sayang yang terdalam. Kasih sayang yang ia dapat pada saat dirinya berusia lima tahun.

A Mafia Da Costa [TAMAT] Where stories live. Discover now